Sunday, June 9, 2013

Fenomena Kemunculan Api yang Aneh di Yaman Buat Warga Panik


Jumat (07/06/13) secara tiba-tiba api dan asap keluar dari perut bumi di salah satu propinsi Yaman. Hal ini mengundang kebanyakan rasa taku penduduk propinsi tersebut, di mana mereka tidak bisa menemukan penjelasan ilmiah untuk fenomena aneh ini.

Penduduk yang tinggal di lingkungan al-Salam, kota al-Hodaidah, panik akibat meunculnya
api dari bawaah tanah sebelah cekungan drainase dan lidah asap yang mengepul dari retakan bumi.

Warga Yaman mengatakan, sejak 10 hari yang lalu secara tiba-tiba asap mengepul dan keluar dari bumi. Kemudian diikuti oleh kebakaran yang mengakibatkan retakan. Dan dua hari kemudian api semakin meningkat kobarannya.

Warga menambahkan, belum ada tim khusus dari pihak yang berwenang dan otoritas daerah di propinsi tersebut yang bergerak untuk mengetahui penyebab fenomena ini yang menyebabkan kepanikan di seluruh wilayah tersebut.

Berikut link videonya: klik disini


Madaad ya Sayyidi Yaa Rasulalllah..Madaad Yaa Sahibus Zaman.. Madaad Yaa Sulthanul Awliya..
Madaadul Haq..

Ummu Haram dan Kota Larnaca, Siprus

Belakangan nama Siprus banyak disebut-sebut oleh media massa. Negara pulau ini banyak dibicarakan karena krisis ekonomi yang sedang dialaminya, krisis yang menyebabkan terjadinya bail out yang memukul perbankan dan perekonomian masyarakat di negeri itu.

Siprus adalah sebuah pulau yang tidak terlalu besar di Laut Tengah (Mediterrania).

Pulau ini oleh legenda dianggap sebagai tempat kelahiran Aphrodite, dewi kecantikan Yunani Kuno. Ia terletak di selatan Turki dan di sebelah barat Syam (Palestina-Libanon-Suriah-Yordania). Pulau ini memiliki sejarah yang panjang, menjadi bagian dari kerajaan-kerajaan kuat di sekitarnya, dan sejak tahun 1960 menjadi sebuah negara yang berdiri sendiri.


Jumlah penduduknya hanya sekitar satu juta orang. Mayoritasnya keturunan Yunani dan beragama Kristen Ortodoks. Agama Kristen memang telah berkembang lama di pulau ini.

Barnabas, generasi awal pengikut Nabi Isa as. yang dikatakan sebagai penulis Injil Barnabas, berasal dari pulau ini. Ia menyampaikan dakwahnya di pulau ini dan mati terbunuh juga di pulau ini.

Jika mendengar nama pulau ini, kita mungkin tidak membayangkan pulau ini memiliki komunitas Muslim. Namun kenyataannya, pulau yang disebut dalam literatur Arab sebagai Jazirah Qubrus ini memiliki komunitas Muslim yang cukup signifikan pengaruhnya. Islam merupakan agama kedua terbesar di pulau ini. Walaupun jumlah kaum Muslimin di pulau ini hanya sekitar 18%, komunitas yang hampir seluruhnya berasal dari ras Turki ini punya pengaruh lebih besar dari apa yang ditampakkan oleh persentasenya. Sebenarnya pulau ini sempat berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani selama lebih dari tiga abad, yaitu sejak 1571 hingga 1878 atau 1914. Dan Turki masih memainkan pengaruhnya di Siprus hingga sekarang ini.

Hala Sultan Tekke

Islam telah mulai masuk ke pulau ini sejak awal sekali. Beberapa sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam. telah berlayar ke pulau ini dalam satu misi jihad. Bukan saja mereka telah menapakkan kakinya di pulau ini, bahkan seorang sahabiyah yang mulia telah dimakamkan di pulau ini. Ya, sahabiyah ini bernama Ummu Haram binti Milhan ra. Beliau telah diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam. menyertai pelayaran tersebut. Beliau ternyata ditakdirkan meninggal dunia di pulau Siprus dan dimakamkan di sana.

Ummu Haram merupakan saudari Ummu Sulaim ra dan bibi Anas bin Malik ra. Beliau dan saudarinya termasuk wanita-wanita Anshar yang pertama kali masuk Islam dan memiliki kedudukan terhormat di sisi Nabi. Suami dan anaknya menyertai Perang Badar dan termasuk yang mati syahid pada pertempuran itu. Kemudian ia menikah lagi dengan seorang sahabat Anshar, yaitu Ubadah bin Syamit ra., dan mempunyai anak darinya yang bernama Muhammad bin Ubadah (Ghadanfar, 2001: 185).

Pada suatu kesempatan, Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam berkunjung ke rumahnya di Quba’. Beliau tertidur dan ketika terbangun beliau tersenyum. “Apa yang membuat Anda tersenyum, wahai Rasulullah?” tanya Ummu Haram. “Sebagian dari ummatku ditampakkan kepadaku (melalui mimpi) sebagai orang-orang yang berjuang di jalan Allah di atas lautan,” jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam. “Mereka seperti raja-raja di atas singasananya.” Maka Ummu Haram pun berkata, “Wahai Rasulullah, mohonlah kepada Allah agar saya termasuk salah satu di antara mereka.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam pun mendoakannya.

Kemudian beliau tertidur lagi, kemudian terbangun dan tersenyum. “Apa yang membuat anda tersenyum, wahai Rasulullah?” tanya Ummu Haram lagi. “Sebagian dari pengikutku ditampakkan kepadaku sebagai pejuang di jalan Allah,” Nabi menceritakan hal yang sama dengan mimpi sebelumnya. “Wahai Rasulullah, doakanlah agar saya pun termasuk di dalamnya,”
pinta Ummu Haram. “Kamu termasuk dalam kumpulan yang pertama, bukan kumpulan yang kedua,” jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam. (kisah ini disebutkan di dalam Sahih Bukhari).

Apa yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam itu terjadi pada tahun 28 H/ 649 M, pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan ra. Ketika itu Muawiyyah bin Abi Sufyan atas persetujuan khalifah menyiapkan kapal dan pasukan untuk menaklukkan Pulau Siprus yang ketika itu berada di bawah kekuasaan Byzantium. Ubadah bin Syamit dan istrinya, Ummu Haram, yang usianya ketika itu sudah cukup tua ikut menyertai pasukan tersebut. Ini merupakan angkatan pertama pasukan Muslim yang melakukan perjalanan jihad melalui laut. Pasukan ini mendarat di kota Larnaca, di bagian selatan pulau Siprus.

Menurut Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah (2002: 368-9), walaupun pasukan Muslim mendapatkan banyak pampasan dan tawanan perang, pertempuran berakhir dengan perjanjian damai oleh kedua belah pihak. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Siprus akan membayar upeti tahunan sebanyak 7000 dinar kepada kaum Muslimin.

Setelah mengalahkan musuh dan pasukan Muslim bersiap untuk pulang, Ummu Haram mengalami kecelakaan. Ia terjatuh dari baghal (hewan hasil kawin silang antara kuda dan keledai) yang dikendarainya. Leher beliau patah dan beliau pun meninggal dunia disebabkan kejadian itu. Jenazah Ummu Haram kemudian dimakamkan di tepi danau garam, sekitar lima kilometer dari kota Larnaca.

Belakangan kerajaan Turki Utsmani menghormati makam ini dengan membangun sebuah masjid di sebelahnya. Kompleks makam ini kemudian dikenal sebagai Hala Sultan Tekke (Mirbagheri, 2010: 98).

Menurut The Blue Beret (June 2003: 8-9), bulletin bulanan yang dikeluarkan oleh pasukan perdamaian PBB di Siprus, Tekke bermakna biara atau tempat ibadah yang dalam konteks Islam biasanya dikaitkan dengan masjid atau makam. Hala Sultan bermakna bibi dari dari seorang pemimpin atau sultan. Sebutan ini tampaknya mengacu pada anggapan umum bahwa Ummu Haram merupakan bibi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam, walaupun sebutan bibi ini sebenarnya lebih bersifat majaz (perumpaan), bukan bibi yang menjadikannya mahram kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam.

Tempat ini banyak dikunjungi oleh para peziarah. Belakangan, ada beberapa makam lain yang juga berlokasi di tempat ini. Di antara yang dimakamkan di tempat ini adalah Khadijah, istri Raja Hussein dari Hijaz, atau buyut dari Raja Abdullah dari Yordan. Khadijah merupakan keturunan Turki. Ia meninggal saat berkunjung ke pulau ini pada tahun 1929 dan dimakamkan di kompleks Hala Sultan Tekke.

Masjid di kompleks ini sempat beberapa kali diserang oleh orang-orang tak bertanggung jawab sehingga merusak beberapa bagiannya. Namun secara umum, situs yang masuk dalam daftar monumen kuno ini berada dalam keadaan yang baik dan terjaga. Semoga ia tetap terpelihara dan terus menjadi simbol penting penyebaran nilai-nilai Islam.

Sebagai penutup, biarlah saya mengutip gambaran tentang kompleks makam ini dari bulletin The Blue Beret: Tak jauh dari bandara Larnaca, dikelilingi oleh sebuah oase yang terdiri dari pohon-pohon palem, zaitun dan cemara, menara dan sebuah bangunan berkubah kecil menyembul keluar. Pada musim-musim penghujan, masjid dan pohon-pohon itu membentuk citra ganda, karena danau Garam Larnaca memantulkan suasana. Saat air danau menguap, menara itu berkilauan diterpa uap panas yang keluar dari  hamparan datar kristal garam putih yang tertinggal.

Makam Hala Sultan atau Ummu Haram terbentang di sana, di tepian Larnaca, Siprus, sebagai saksi kecintaan pada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam dan semangat berjihad di jalan-Nya. Semoga kita yang hidup berpuluh generasi setelahnya tak ketinggalan dalam mengambil pelajaran dan contoh dari kehidupan beliau. [yy/hidayatullah.com]

Terusan Suez Adalah Karya Master Piece Umar bin Khattab

Banyak yang belum tahu , bahwa ternyata Terusan Suez ternyata adalah sebuah karya agung berdasar ide dan gagasan cemerlang sekaligus membuktikan kejeniusan Amirul Mukminin Umar Bin Khaththab raddiyallahu’anhu. Ide jenius beliau menghubungkan Laut Merah dan Laut Putih Tengah karena adanya berbagai potensi domestik yang sudah dikenal pada zamannya. Juga kejeniusan beliau patut kita berbangga karenanya, adalah kemampuan beliau mewujudkan proyek tersebut dalam waktu relatif singkat sehingga terusan tersebut bisa dilalui oleh kapal-kapal.
Di musim dingin tahun 641-642 M, Amru bin Ash ra. membuka terusan yang menghubungkan antara laut Qalzim dengan Laut Romawi atau di posisinya sekarang, dikenal dengan nama Terusan Amirul Mukminin.

Al Qadha’i bercerita, Umar bin Khattab ra. menginstruksikan pada Amru bin Ash ra. pada saat musim paceklik untuk mengeruk teluk yang berada di samping Fusthath kemudian dialiri air sungai Nil hingga laut Qalzim.
Belum setahun, teluk inipun sudah bisa dilalui oleh kapal dan digunakan untuk mengangkut logistik ke Mekkah dan Madinah. Teluk ini juga dimanfaatkan penduduk dua tanah suci itu hingga disebut Teluk
Amirul Mukminin.
Al Kindi bertutur bahwa teluk tsb dikeruk pada tahun 32 H dan selesai hanya dalam waktu 6 bulan. Kapal-kapal sudah bisa lalu lalang menyusuri teluk hingga sampai di Hijaz bulan ke tujuhnya.

Terusan ini sangat membantu penduduk Mesir hingga era Khalifah Abu Ja’far Al Manshur , yang dibendungnya untuk memutus aliran dan dukungan Mesir terhadap perlawanan Muhammad bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib di Hijaz.

Sebagian sejarah juga menyebut, bahwa Amru bin Ash telah memikirkan untuk menghubungkan 2 laut putih dan Merah , namun tampaknya yang dimaksud adalah terusan lain, yang membelah antara Selat Timsah dengan Barzah, antara Mesir dan Sinai hingga Laut Tengah. Tapi rencana ini dibatalkan karena alasan pertimbangan militer yang ada pada zaman itu.

Pada masa Khilafah Utsmaniyyah, teluk ini dibersihkan tiap tahun. Musim dingin, teluk ini biasanya ditutup karena dikeruk dan dibersihkan seperti perayaan. (biasanya bulan Agustus). Lumpur yang dikeruk lalu diangkat dan ditimbun di samping kanan-kiri aliran teluk. dan ini sungguh menarik perhatian penduduk setempat.

Sumber : mediaumat.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...