Wednesday, January 9, 2013

Shalat Khusyuk

Shalat Khusyuk

Assalmu’alaikum wr wb

A’udzubillahiminashaiythonirrojiim,

Bismillahirrohmanirrohiim,

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad, wa’ala ali sayyidina Muhammad.

” Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya” (Q.S.Al-Maa’uun 4-5).

Orang yang lalai disini adalah orang-orang yang tidak khusyuk dalam sholatnya. Saya tidak akan memberi komentar mengenai khusyuk dari sisi saya sendiri, karena dalam diri saya masih banyak kesalahan dan Ego, namun akan mencoba sharing dari pengetahuan yang didapat dari para Ulama.
Saya ambil sedikit dari kitab tafsir Alquran Al-Iklil mengenai Bismillahirrohmanirrohim, imam syafi-i berkata:” Tidak sah sholat tanpa diawali niat terlebih dahulu sebelum sholat…..”. pembacaan niat ini adalah pengukuhan niat ibadah, dan selama niat inilah kita dituntun untuk bisa menyampaikan syukur kita dalam ibadah, syukur karena Allah maha Pengasih lagi maha Penyayang sehingga diberi
kesempatan untuk menghadap Allah(sholat).  Niat ibadah dalam rasa syukur inilah yang akan mendatangkan rahmat Allah sehingga dalam sholat, kita bisa diberi kekusyukan.

Hadis riwayat Mughirah bin Syu`bah ra.:
Bahwa Nabi saw. mengerjakan salat sehingga kedua telapak kaki beliau membengkak, lalu beliau  ditanya: Apakah engkau masih membebankan dirimu dengan beribadah seperti padahal Allah telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang akan datang? Kemudian beliau menjawab: Apakah
aku tidak ingin menjadi seorang hamba yang bersyukur Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim 5044

Maka sebelum sholat dianjurkan untuk menenangkan diri terlebih
dahulu untuk kemudian membaca niat, Urutannya ialah :
1. Ta’awudz
2.Basmalah 3
. QS.Annas
4.Niat sholat.(jangan membaca basmalah kemudian niat, basmallah harus dilanjutkan suratul Quran,
jika ingin mempercepat maka baca ta’awudz kemudian langsung saja
membaca niat}. Khusyuk itu bukan dari kita, namun itu dari Allah SWT”.

Dari Kitab FafiruilaAllah: Syarat Khusyuk ada 5 perkara, dan 5 perkara ini harus dipenuhi kesemuanya, 5 perkara ini adalah sebagai berikut:
1.    Sholat dilakukan tepat waktu
2.    Sholat tepat waktu dilakukan secara Istiqomah ( continue / berkesinambungan)
3.    Rutin melakukan Puasa Sunah.
4.    Menjauhi kemaksiatan
5.    Makan makanan yang halal.

Yang pertama-tama dipertanyakan terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya  adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya
buruk maka dia kecewa dan merugi (Hr.Annasa’i dan Attirmidzi) Beberapa nasihat yang saya rangkum dari ahlul hikmah :

” setelah selesai sholat janganlah langsung beranjak pergi, duduklah sebentar untuk berdzikir dan berdo’a,  karena jika sesudah sholat beranjak pergi tanpa dzikir dan do’a maka baginya sama hal dengan
kera”.

” jika jualan rokok tidak laku, maka kamu bisa jualan beras, demikian pula jika kamu sholat, maka berdikirlah sesudahnya, karena hal itu untuk menutup kekurangan atas sholatmu.”

Tiba-tiba saya ingin menulis mengenai bai’at, padahal pokoknya mengenai sholat dan khusyuk. Namun apalah daya, jika saya tidak menulisnya, maka tidak tenang rasanya hati ini.
Bai’at adalah kesempurnaan beragama, karena para sahabat juga berbai’at kepada Rosululloh SAW.
Sekarang ini  sepeninggal Rosululloh SAW, Bai’at tetap dilakukan kepada pengganti Baginda Nabi Muhammad SAW yaitu para ulama terutama yang mursyid, yang memiliki jalur dari guru-guru menuju Baginda Nabi SAW.

Dari abu abdurrahman bin auf bin malik ra, ia berkata; Kami sedang duduk-duduk bersama rasulullah saw, waktu itu kira-kira berjumlah sembilan , delapan atau tujuh orang , kemudian beliau bertanya”Apakah kalian tidak akan berbai’at  (berjanji setia) kepada rasulullah ? ; padahal kami baru saja berbai’at ; maka kami menjawab; bukankah kami telah berbaiat kepada engkau wahai rasulullah ?? beliau bertanya lagi; “apakah kalian tidak akan berbaiat kepada rasulullah saw ? kemudian kami mengulurkan tangan  dan berkata; kami telah berbaiat kepada engkau, maka dalam hal apakah kami harus berbaiat ? beliau menjawab ; kalian harus menyembah Alloh, Zat yang maha esa dan kalian tidak boleh mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, Salat lima waktu, serta harus senantiasa mendengarkan dan mentaati segala perintah-Nya, dan beliau berbisik “Janganlah kalian meminta-minta sesuatu pun kepada sesama manusia” setelah itu , sungguh saya telah menyaksikan , bahwa salah
seorang di antarakemlompok ini, ada yang cambuknya terjatuh dan ia tidak mau meminta kepada seseorang untuk mengambilkan cambuknya  (HR Muslim ).

Maka jika ingin bersungguh-sungguh dalam beragama, lakukanlah sholat dan bai’at. Siapa saja yang membaca tulisan ini insyaAllah mengetahui Maulana syech Nazim & Maulana Syech Hisyam, maka beruntunglah yang sudah melakukan bai’at kepadanya.

Cintailah beliau, jika sudah mencintai, akan mudah untuk mengikuti. Bertemunya cinta kepada Rosululloh SAW adalah cinta  kepada para pewarisnya. Ditanah jawa ini banyak para wali, jika cinta kita terbalas oleh MSN / MSH, maka akan sangat mudahlah kita bertemu dengan para wali-wali
tersebut.

Para wali ditanah jawa ini melakukan pertemuan setiap bulan sekali, jadi sebenarnya para wali itu tetap satu, tidak ada wali kanan ataupun wali kiri.

Masih sekitar shalat khusyuk, menurut Syeh Mustofa, latihan yang bisa dilakukan supaya khusyuk dengan cara diam sejenak berkonsentrasi sebelum mengangkat tangan takbiratul ihram.

”Aja ujug-ujug takbiratul ihram Allahu Akbar,” katanya dengan logat Jawa Timuran yang medhok. Saat diam dan konsentrasi tersebut gunakan untuk menghitung-hitung segala kenikmatan yang diterima beberapa saat sebelum shalat. ”Bicaralah dengan hati,” tuturnya.

Renungkan juga beban hidup, musibah, berbagai keruwetan masalah yang dihadapi sesaat sebelum shalat. Bila beban dan persoalan itu sangat berat, sampaikan dan pasrahkan semuanya kepada Allah. ”Kalau semuanya sudah, baru takbiratul ihram Allahu Akbar. Coba resep ini, kalau sungguh-sungguh Insya Allah berhasil. Intinya jangan kesusu takbiratul ihram” katanya sambil tersenyum.

Ia menyontohkan peristiwa saat Sayidina Ali terkena panah. Ia minta para sahabatnya untuk mencabut anak panah yang menancap di punggung saat Ali terlihat sudah dalam keadaan benar-benar khusyuk. Benar saja, ketika pengaruh otak dan ego sudah hilang dan berpindah ke hati, para sahabat buru-buru mencabut anak panah. Dan Sayidina Ali tidak merasa kesakitan sedikitpun. (Agus Fathuddin Yusuf-46)
Billahi Taufik…Al-Fatikhah.

Wassalamu’alaikum wr wb

sumber

Kesultanan Ottoman (Utsmaniyah)

Kesultanan Ottoman (Utsmaniyah) yang memerintah selama 700 tahun dan merupakan negara Super Power dimasanya, melebihi Kerajaan Inggrin, Jerman, Spanyol.

Osmanlı Padişahlarının Bilinmeyen Yönleri

1. Osman Gazi 1299-1326
2. Sultan Orhan Gazi 1326-1359
3. Sultan Murad Hüdavendigar 1359-1389
4. Sultan Yıldırım Bayezid 1389-1403
5. Sultan Çelebi Mehmed 1413-1421
6. Sultan Murad II 1421-1451
7. Fatih Sultan Mehmed 1451-1481
8. Sultan Bayezid II 1481-1512
9. Yavuz Sultan Selim 1512-1520
10. Kanuni Sultan Süleyman 1520-1566
11. Sultan Selim II 1566-1574
12. Sultan Murad III 1574-1595
13. Sultan Mehmed III 1595-1603
14. Sultan Ahmed I 1603-1617
15. Sultan Mustafa I 1617-1623
16. Sultan Osman II 1617-1622
17. Sultan Murad IV 1623-1640
18. Sultan İbrahim I 1640-1648
19. Sultan Mehmed IV 1648-1687
20. Sultan Süleyman II 1687-1691
21. Sultan Ahmed II 1691-1695
22. Sultan Mustafa II 1695-1703
23. Sultan Ahmed 1703-1730
24. Sultan Mahmud I 1730-1754
25. Sultan Osman III 1754-1757
26. Sultan Mustafa III 1757-1774
27. Sultan Abdülhamid 1774-1789
28. Sultan Selim III 1789-1807
29. Sultan Mustafa IV 1807-1808
30. Sultan Mahmud II 1808-1839
31. Sultan Abdülmecid 1839-1861
32. Sultan Abdülaziz 1861-1876
33. Sultan Murad V 1876-1876
34. Sultan Abdülhamid II 1876-1909
35. Sultan Mehmed Reşad 1909-1918
36. Sultan Mehmed Vahideddin 1918-1922

Tuesday, January 8, 2013

TATA CARA SHALAT LIDAF’IL BALA

TATA CARA SHALAT LIDAF’IL BALA


Menyikapi semakin maraknya musibah, bencana atau bala yang menimpa manusia saat ini, menuntut kita (umat muslim) untuk bertindak cerdas dan tepat sesuai dengan tuntunan agama. Tindakan tersebut direfresentasikan dalam suatu bentuk ibadah yang bertujuan atau dengan harapan (Semoga dikabulkan oleh Allah SWT.) agar diri dan lingkungan kita terhindar dari segala bentuk bala serta semakin mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dalam tuntunan agama Islam terdapat suatu ibadah / shalat sunah untuk mencegah atau menolak dari berbagai bala yang akan menimpa yaitu SHALAT LIDAF'IL BALA.
  1. Apa yang dimaksud Shalat lidaf’il bala ?
    Pengertian Shalat lidaf’il bala artinya Shalat sunah untuk mencegah atau menolak dari berbagai bala yang akan menimpa. Maka dianjurkan untuk melaksanakannya setiap hari pada waktu yang tidak ditentukan / kapan saja.
  2. Adakah hadist dan qaul ulama tentang Shalat lidaf’il bala ?
    Dalam Kitab Khozinatul Asror halaman 39, hadist shahih dari Abi Ali Hasim bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “idzaa ashobatkum mushibatun aw najalat bikum faaqotun fatawadhouu wa sholuu arbaa rakaatin wayaquulu ba’dahaa ad-du’a paraja Allahu bikum..
    Artinya : “Dimana menimpa kamu semua yaitu musibah atau bala maka berwudlulah dan shalatlah 4 rakaat dan setelahnya berdoalah maka Allah akan melepaskan dari semua itu..
    Dalam Kitab Sunanun Mardhiyah Fii Amaliyah Mursyid Kamil hal 50, Syekh Kamil Faridudin Sakarjanji bahwa setiap setahun sekali Allah menurunkan 320.000 bala / musibah.
    Dalam Kitab Makanatut Dzikri, Allah menurunkan musibah atau bala pada akhir bulan shafar jumlah 320.000 ini tersimpan dalam kekuasaan Allah untuk satu tahun ini turun ke bumi tanpa mengenal waktu, tempat, hari dan bulan. Bisa jadi pada bulan rajab, mulud, bulan Sya’ban dan lain sebagainya.
  3. Kapan dan bagaimana tatacara Shalat lidaf’il bala ?
    Berikut ini cara shalat sunat lidafil bala bulan shafar dan shalat sunat lidafil bala dilakukan setiap hari :
    • Cara shalat sunat lidaf'il bala hari rabu diakhir bulan shafar.
      Dalam Kitab Sunanun Mardhiyah ini karya Syekh Abdul Ghaust Saefullah Al-Maslul hal 50; Barang siapa yang melaksanakan shalat sunat Lidafil bala pada hari rabu akhir di bulan shafar (guna terhindar dari bala), Dilaksanakan sesudah shalat isroq (sekitar jam 06.00 lebih atau 06.30) ba'da membaca Al-Fatihah, baca Al-Kautsar 17 kali, kemudian Al-Ihklas 5 kali, Al falak 1 kali, Annas 1 kali. Dilaksanakan sebanyak 4 rakaat dengan 2 kali salam...dan dilanjutkan dengan pembacaan shalawat.
    • Cara shalat sunat lidaf'il bala yang dilaksanakan setiap hari.
      Shalat sunat ini dilaksanakan setelah shalat sunat ba’da Isya. Jumlah shalat sunat lidaf’il bala ini yaitu 2 rakaat. Setiap rakaat membaca Ayat Kursy 1 kali, Al-Ikhlas 1 kali, Al-Falaq 1 kali, Annas 1 kali, dan Al-Ikhlas 1 kali.
Sebelum memulai shalat sunat melafalkan Istighfar 3 kali. Dengan lafadz istighfarnya sebagai berikut :Astaghfirullahal ’azhiim alladzi laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum wa atuubu ilaiih, taubata ’abdin zhoolimin la yamliku linafsihi dhorron walaa naf’aan, wala mautan, walaa hayaatan, walaa nusyuuron.

Artinya : “Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, Dzat yang tiada Tuhan kecuali Dia, Yang Maha Hidup dan Maha Tegak dan aku bertaubat kepada-Nya. Taubat hamba yang zhalim, yang tidak bisa menguasai dalam dirinya kemadharatan yang ada padanya, kemanfaatannya, matinya, hidupnya, dan pada waktu dikembalikannya.

Niat shalat lidaf’il bala :Usholli sunnatan lidaf’il balaa-i rokataini lillahi ta’ala.

Artinya : “Aku berniat shalat sunah lidaf’il bala dua rakaat karena Allah Ta'ala.

Setelah selesai shalat sunat melafalkan doa sebanyak 3 kali, dengan lafadz doanya sebagai berikut :
Bismiillaahiirahmaaniirahiim yaa sadiidaaquwaa wa yaa sadiidaalmihaali allahumma innii a’udzuubika bikalimaatikat taammaati kullihaa minar riihil ahmari waminad daa-il akbari fin nafsi waddami wallahmi wal’udzmi wal ’uruuqi subhaanaka idzaa qhodhoita amron an taquula lahuu kun fayakuun (Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar) birrohmatika yaa arhamarrohimiin.

Artinya : “Ya Allah, dengan kalimat-Mu yang sempurna, sesungguhnya aku berlindung dari Riihil Ahmar (Angin Merah) dan dari cobaan yang besar dalam diri, dalam darah, dalam daging, dalam tulang, dan dalam setiap tetes keringat. Maha Suci Engkau (Dzat Yang) jika Engkau menghendaki sesuatu maka Engkau berkata padanya : 'Jadilah', maka jadilah. (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar), dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

(Catatan : Dalam tulisan doa tersebut di atas bila ada huruf aa, ii, uu artinya panjang.)Terimakasih semoga tulisan nan singkat ini dapat bermanfaat. Dan semoga Allah melepaskan diri kita dari berbagai bala dan ujian serta bencana yang menghalangi diri kita untuk dekat kepada Allah SWT. Terutama untuk negara kita ini Semoga termasuk negara yang baldatun thoyyibatun wa Robbun Ghoffur... dan umumnya Alam semesta ini.

[Dikutip, disarikan serta disusun dari berbagai sumber]
Sumber 



============================================


SHALAT SUNNAH LIDAF'IL BALA'

Bagi para ikhwan Thoriqoh Qadiriyah Naqsyabandiyah, pelaksanaan Shalat Sunnah Lidaf'il Bala' bukanlah hal yang asing. Seperti yang diajarkan Pangersa Abah Anom (Syekh Ahmad Shohibul Wafa Taajul Arifin), shalat itu dilaksanakan ba'da shalat Isya dan sebelum shalat Subuh. Jadi, ikhwan dan akhwat TQN PP Suryalaya memang sudah dibiasakan melaksanakan tugas itu dua kali dalam sehari.

Shalat Sunat Lidaf'il Bala' merupakan shalat sunnah yang bertujuan mencegah atau menolak berbagai bala dari mana pun. Karena datangnya bala itu ternyata selalu tiba-tiba dan tidak pernah memberi tahu, apalagi SMS, maka para ikhwan dan akhwat merasa perlu untuk menjalankannya secara rutin.

Khusus pada hari Rabu di setiap akhir bulan Shafar, Pangersa Abah Anom juga telah menyerukan dalam pertemuan para Wakil Talqin pada hari Rabu tanggal 25 Februari 2009 dan dilaksakan ba'da shalat Isroq, Istiadzah, dan Istikharah, sebanyak empat rakaat. Bisa dengan dua salam atau satu salam. Di setiap rakaat, kita dianjurkan membaca surat Al-Kautsar sebanyak 17 kali, Al-Ikhlas sebanyak lima kali, Al-Falaq sebanyak satu kali, dan surat An-Nas sebanyak satu kali sebagaimana dijelaskan dalam kitab Sunnanul Mardhiyah karya Syekh Abdul Ghouts Saefullah Al-Maslul hal 50.


Adapun kaifiat pelaksanaannya sebagai berikut :
Sebelum memulai shalat mengucapkan istighfar sebanyak 3 kali sebagai berikut :


"Astaghfirullahal ’azhiim alladzi laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum wa atuubu ilaiih, taubatan ’abdin dzhoolimin la yamliku linafsihi dhorron walaa naf’aan, wala mautan, walaa hayaatan, walaa nusyuuron.” 


Artinya : “Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, Dzat yang tiada Tuhan kecuali Dia, Yang Maha Hidup dan Maha Tegak dan aku bertaubat kepada-Nya. Taubat hamba yang zhalim, yang tidak bisa menguasai dalam dirinya kemadharatan yang ada padanya, kemanfaatannya, matinya, hidupnya, dan pada waktu dikembalikannya.”

Niat Shalat Sunnah Lidaf'il Bala':
"USHOLLI SUNNATAN LIDAF'IL BALAA'I ROK'ATAINI LILLAHI TA'ALA"


Artinya : “Aku berniat shalat sunah lidaf’il bala dua rakaat karena Allah Ta’ala.


Setelah selesai shalat sunat kemudian berdo'a sebanyak 3 kali, dengan lafadz doanya sebagai berikut :


Bismiillaahiirahmaaniirahiim, yaa syadiidaalquwwaa wa yaa syadiidaalmihaali, Allahumma innii a’udzuubika bikalimaatikat taammaati kullihaa minar riihil ahmari waminad daa-il akbari fin nafsi waddami wallahmi wal’udzmi waljuluudi wal’uruuqi subhaanaka idzaa qhodhoita amron an taquula lahuu kun fayakuun (Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar) birrohmatika yaa arhamarrohimiin.”


Artinya : “Ya Allah, dengan kalimat-Mu yang sempurna, sesungguhnya aku berlindung dari Riihil Ahmar (Angin Merah) dan dari cobaan yang besar dalam diri, dalam darah, dalam daging, dalam tulang, dan dalam setiap tetes keringat. Maha Suci Engkau (Dzat Yang) jika Engkau menghendaki sesuatu maka Engkau berkata padanya : ‘Jadilah’, maka jadilah. (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar), dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”


Kebiasaan melaksanakan shalat Lidaf'il Balaa' pada hari Rabu di penghujung bulang Safar dinukil dari kitab Al-Jawahir Khomsi (halaman 51-52) dan juga kitab Kanzunnajah. Inti pesan yang disampaikan Syekh Al-Kamil Fariduddin Sakrajanji, "Saya telah melihat dalam aurad Al-Khawaja Mu'iduddin Q.S, sesungguhnya dalam setiap tahun Allah SWT menurunkan 320.000 bala' penyakit dan seluruhnya di hari Rabu akhir di bulan Safar. Maka hari tersebut merupakan hari yang tersusah dari hari-hari yang lain dalam satu tahun".
 
 

Monday, January 7, 2013

Penyembuhan

Hari ini banyak orang pergi ke psikiater. dan mereka pikir mereka akan pulih melalui terapi dari psikolog atau psikiater. Mereka memberikan pengobatannya melalui teori dan logika. Mereka berkata,"Anda harus melakukan ini dan melakukan itu", dan kemudian memeriksa apa yang terjadi dan apakah berhasil.

Mereka melakukan diagnosis penyakit pasiennya dan menasehati. Pekerjaan psikiater adalah salah satu dari praktek yang paling sulit. karena orang yang depresi datang dengan banyak energi negatif, bukan energi positif. Dan energi itu, akan mencerminkan dirinya dan apa yang telah dia kerjakan. Seperti yang mereka katakan hari ini, dalam perang dilarang menggunakan senjata kimia, karena efeknya akan menyebar.

Demikian juga dalam dunia kedokteran ketika Anda bersin, berapa banyak virus, kuman yang keluar dari satu kali bersin. Jutaan virus keluar hanya dengan satu kali bersin. Sehingga virus tersebar dan mengenai semua orang, dan akan mempengaruhi Anda secara medis. Jika sakitnya berbahaya maka kau akan mendapatkan virus yang berbahaya dan kalian tertular penyakit itu.

Berapakah kecepatan virus menyebar melalui bersin? Seberapa cepat? Setidaknya 100mph, itulah sebabnya dianjurkan untuk tidak menutupinya, karena akan balik kembali kepada kalian penyakit yang telah dikeluarkan. Tetapi jika Anda tidak menutupinya, maka akan mengenai orang lain. Sehingga orang lain akan terpengaruh dari bersinmu. Begitu juga efek bersin dengan orang-orang yang membawa banyak energi negatif, maka akan mempengaruhi kalian secara spiritual.

Seperti seseorang yang duduk dengan pandai besi selama satu jam, maka setidaknya dia mendapat beberapa percikan api yang akan membakar kaki dan pakaiannya sehingga tubuh berbau tidak enak. Dan jika kau pergi ke tukang parfum, maka kalian akan mendapatkan bau yang wangi. Demikian juga duduk dengan Awliyaullah, maka kalian akan mendapatkan wangi yang baik untuk spiritual kalian.

Sebaliknya duduk dengan orang-orang buruk, maka kau mendapatkan energi yang buruk. Demikianlah mereka yang depresi dan bermasalah pergi ke psikiater. dan mereka membuang semua energy negatif pada psikitaer atau psikolog, dan akhirnya para psikitaer menemukan dirinya sangat lelah pada akhir praktek ketika mereka pulang. Dia mendengarkan keluhan mereka dan setengah dari apa yang mereka katakan adalah imajinasi saja.

Para Syaikh, para Wali Allah adalah para ahli jiwa, mereka adalah psikolog dan psikiater dan mereka mendengarkan orang-orang yang depresi dan menderita ini.

Tetapi ada para penyembuh palsu, orang yang mengaku sebagai Syaikh, padahal dia tidak memiliki otoritas sebagai Syekh atau diberikan izin oleh Syaikh. Mereka yang tidak memiliki otoritas, mereka menggunakan dzikir Asmaul Husana, Nama Indah Allah dan AtributNya di tempat yang salah atau menggunakan ayat Al-Quran ditempat yang salah, maka pasien mereka bukannya sembuh malah akhirnya menjadi gila.

Demikian juga psikolog dan psikitar yang tidak memiliki ilmu yang lengkap, maka akan seperti itu, demikian juga dengan dokter, juga sama akibatnya. Kekuatan mereka akan hilang.

Para Wali Allah dan Syaikh kami mengajarkan bahwa segera setelah Anda membacakan ayat quran atau asmaul husna pada seseorang yang menderita depresi, maka kalian harus menyalurkan keluar energi buruk mereka, jangan kalian simpan dan telan. Seperti stop kontak berkaki tiga dimana ada arde untuk pentanahan yang berfungsi mengalirkan energi negatif kebumi. Dua kaki terhubung dengan Syekh dan kaki ke 3 adalah penetral dimana Syaikh menyalurkan ke bumi. Anda harus menyalurkannya dan bukan membawanya, karena akan sangat berat dan setelah beberapa saat anda juga akan menderita sakit.

Anda harus segera menyalurkan udara energi buruk itu ketanah, jika Anda tidak menyalurkannya dan tetap membawa energy negatif, maka satu demi satu akan bertambah dan mulai mempengaruhi kehidupan Anda, bahkan meskipun Anda adalah seorang Syaikh anda dapat jatuh sakit.

Jadi kalian harus sangat berhati-hati dengan siapa kalian mengambil pengobatan tersebut, darimana dia dan apakah ia memiliki saluran keluar sebagai arde pentanahan atau tidak. Jika ia tidak memiliki saluran untuk mengeluarkan energi negatif itu maka kita akn jatuh sakit akibat energi negatif dari orang-orang yang datang. (Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani qs, 5 Januari 2013)

 
Saya melihat banyak psikiater datang ke Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani qs, dan mereka mengatakan kami menghadapi banyak masalah. Ada banyak masalah berat yang dibawa para pasiennya dan akhirnya menjadi beban yang berat bagi mereka. Kemudian Mawlana Syaikh Nazim qs akan memberikan wirid atau dzikir kepada para psikiater untuk melindungi mereka dari enerji buruk dan agar mereka tetap dapat memilki kekuatan dan kesahatan.

Mawlana Syaikh Nazim qs menasehati bahwa yang paling utama adalah setelah kalian mengobati pasien dan ketika Anda pulang ke rumah di malam hari, mandi dan berwudhu, kemudian salat dan berdoa. Kemudian apa pun beban yang kalian dapat setelah mengobati pasienmu kirim ke Mawlana Syaikh Nazim qs, jika kalian merupakan murid beliau. Atau jika kalian tidak memiliki Syaikh, kalian dapat mengirim bebanmu berdoa kepada Allah swt atau kepada Nabi (saw) dengan memohon pertolongannya.

Seperti sebuah stop kontak dengan tiga colokan dimana yang ketiga adalah arde pentanahan (seperti banyak dinegara barat), demikian juga energi buruk dari pasien jangan kalian bawa tetapi disalurkan melalui 1 kaki arde dan 2 kaki disalurkan ke Syaikh.

Saya tahu banyak para penyembuh spiritual yang bertanya kepada saya doa untuk penyembuhan. Mereka harus menyalurkan energi negatif ke tanah. Jika kalian tidak memiliki garis penetral ini, maka energi buruk itu akan mengambil semua kekuatanmu.

Shaykh adalah garis penetral tersebut. Ketika kau mendapatkan arus enerjinya, maka Syaikh bisa mengambilnya dan membuangnya. Semoga Allah menjaga kita di pintu para Syaikh dan semoga Allah memanjangkan umur dan kesehatan Mawlana Syaikh Nazim qs dan memberkatinya, Amin Fatihah. (Mawlana Syekh Hisyam Kabbani qs, 5 Januari 2013).

Sayyidina Ali (ra)


Sayyidina Ali (ra)
Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani qs
14 Desember 2012    Burton, Michigan




Khotbah Jumat di As-Siddiq Institute and Mosque


Alhamdulillah, alhamdulillahii nasta`iinuhu wa nastaghfiruhu was nastahdiihi wa na`uudzuu billaahi min syuruuri anfusinaa wa sayyiaati `amaalinaa wa nasyadu an laa ilaaha illa-Llah, wahdahu laa syariika lah, wa nasyadu anna Muhammadan `abduhu wa habiibuhu wa rasuuluh...
ayyuha ’l-mu’minuun al-hadhiruun.

إِنَّ اللّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَواْ وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ


Ittaqullaha wa athi`uuh. Inn Allah ma`a ‘Lladzina at-taqaw wa ‘Lladzina hum muhsinuun.
Wahai orang-orang yang beriman!  Bertakwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (Surat an-Nahl, 16:128)

Wahai Mukmin!  Nabi (saw) tidak meninggalkan apapun tanpa beliau (saw) jelaskan, dan beliau (saw) membimbing kita melalui para Sahabatnya (ra), khususnya Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq (ra), Sayyidina `Umar (ra), Sayyidina `Utsman (ra) dan Sayyidina `Ali (ra).

Nabi (saw) bersabda,

أصحابي كالنجوم بأيهم اقتديتم اهتديتم

Ash-haabii ka 'n-nujuum bi ayyihim aqtadaytum ahtadaytum.
Sahabatku bagaikan bintang-gemintang (di malam yang gelap); siapapun yang kalian ikuti, kalian akan terbimbing.
(`Abd ibn Humayd, ad-Daraqutnii, ibn `Adiyy, ibn `Abd al-Barr, dengan sanad yang tidak sahih, tetapi maknanya sahih.)

Bergunung-gunung ilmu dan tidak ada seorang pun yang mampu memahami Nabi (saw) sebagaimana keempat khalifah ini.  Nabi (saw) menjadikan Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq (ra) yang menemaninya ketika hijrah dari Mekah ke Madinah, dan beliau (saw) berkata bahwa iman Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq (ra) adalah lebih besar daripada semua Sahabat (ra).  Dan mengenai Sayyidina `Umar (ra), Nabi (saw) bersabda, “Jika setelahku masih ada nabi, maka `Umar-lah yang akan menjadi nabi itu.”  Dan Sayyidina `Utsman (ra) disebut sebagai “Dzi 'n-Nurayn,” Penerima Dua Cahaya, karena beliau menikah dengan dua di antara putri-putri Nabi (saw).  Beliau juga menyusun Kitab Suci al-Qur’an dan menempatkan setiap ayat di posisinya masing-masing.  Dan untuk Sayyidina `Ali (ra), yang merupakan topik dari khotbah Jumat hari ini, Nabi (saw) bersabda,

أنا مدينة العلم و علي بابه

Anaa madinatu 'l-`ilmi wa `Aliyyun baabuha.
Aku adalah kotanya ilmu dan `Ali adalah pintu (atau gerbangnya). (al-Haakim, Tirmidzi)

Allah (swt) telah mengaruniai Sayyidina `Ali (ra) dengan banyak hal.  Diriwayatkan oleh Sayyidina `Ali (ra) di dalam Sahih Bukhari:


عن علي قال : أنا أول من يجثو للخصومة بين يدي الرحمن يوم القيامة قال قيس وفيهم نزلت هذان خصمان اختصموا في ربهم قال هم الذين بارزوا يوم بدر علي وحمزة وعبيدة وشيبة بن ربيعة وعتبة بن ربيعة والوليد بن عتبة

Anaa awwala man yajtsuu’l-khusuumata bayna yadaayi ’r-rahmaana yawm al-qiyamah. Qaala Qays wa fiihim nazalat haadzaan khashmaan ‘khtashamuu fii rabbihim. Qaala humu’Lladziina baarazoo yawma badrin: `aliyyin wa hamzata wa `ubaydata wa syaybata bin rabi`ata wa `utba bin rabi`ayata wa’l-waliid ibn `utba.

Nabi (saw) bersabda, “Aku akan menjadi yang pertama di antara Tangan ar-Rahmaan pada Hari Kiamat.

Pada saat itu, Allah (swt) akan memberinya kekuatan syafaat untuk membantu manusia.  Ibn `Asakir (ra) menyebutkan bahwa Sayyidina `Ali (r) telah disebutkan di dalam kitab suci al-Qur’an lebih banyak daripada yang lainnya dan lebih dari 300 ayat diturunkan mengenai beliau, itu artinya Sayyidina `Ali (ra) adalah seseorang yang dimuliakan oleh Allah!  Bagaimana tidak, beliau adalah menantu Nabi (saw) dan merupakan salah satu dari ulama besar yang Allah kirimkan bagi manusia, karena setelah Nabi Muhammad (saw) tidak ada lagi nabi lainnya.  Sayyidina `Ali (r) adalah salah satu `ulama, ‘ar-Rabbaniyyuun,’ ulama-ulama besar yang muncul setelah Nabi (saw).

Umm Salama (ra) meriwayatkan dari Nabi (saw), “Sayyidina `Ali (ra) bersama kitab suci al-Qur’an dan al-Qur’an bersama Sayyidina `Ali (ra),” artinya beliau membawa al-Qur’an sepenuhnya di dalam kalbunya, bukan seperti kita membaca kitab suci al-Qur’an, tetapi beliau dapat mengekstrak makna dari setiap ayat al-Qur’an, dan dari setiap kata dan huruf, beliau dapat mengekstrak maknanya.  Kalian mungkin bertanya, “Bagaimana beliau dapat mengekstrak makna dari sebuah kata?”  Ada banyak huruf di dalam kitab suci al-Qur’an yang memulai beberapa surat dan huruf-huruf itu merupakan kode.

Demikian pula, setiap ayat dan setiap kata di dalam al-Qur’an mempunyai kode-kode dan Sayyidina `Ali (ra) mampu mengekstrak rahasia-rahasia itu.  Kini kalian mempunyai kode untuk kartu plastik yang kalian gunakan di mesin-mesin ATM.  Serupa dengannya, huruf-huruf ini adalah kode-kode rahasia yang Allah (swt) turunkan kepada Nabi (saw), yang kemudian menurunkannya kepada beberapa Sahabatnya dan kita tahu bahwa Sayyidina `Ali (ra) adalah salah satu yang dapat mengekstrak makna dari huruf-huruf itu.

Suatu ketika orang bertanya kepada Sayyidina `Ali (ra) mengenai `ilm dan beliau berkata,

العلم يرفع الوضيع والجهل يضع الرفيع.

Al-`ilmu yarfa`u 'l-wadhii` wa 'l-jahl yadha`u 'r-rafii`
Ilmu akan mengangkat mereka yang berada di derajat yang rendah.

Ketika kalian mempelajari ilmu duniawi, bahkan jika kalian berasal dari keluarga yang sangat miskin atau dari keluarga yang tidak memenuhi tugasnya dalam melaksanakan Syariah, dan setiap orang melihat kalian seolah-olah kalian berasal dari keluarga kelas bawah, tetapi bila kalian mempunyai ilmu, maka tidak ada orang yang dapat berkata apa-apa.  Kalian dapat menjadi seorang profesor, dan tak seorang pun yang dapat bicara buruk mengenai keluarga kalian, karena Allah (swt) mengangkat mereka dari kelas bawah ke kelas yang lebih tinggi.  Jadi bagaimana menurut kalian mengenai seseorang yang mempunyai ilmu tentang Islam dan hakikat, di mana Nabi (saw) bersabda, “Aku adalah kotanya ilmu dan Sayyidina `Ali (ra) adalah pintunya.” Ini artinya tidak ada seseorang yang dapat memberikan ilmu seperti yang diberikan oleh Sayyidina `Ali (ra) dan tidak ada yang dapat menyerupainya!

Sayyidina `Ali (ra) berkata:
Kebodohan dan kesombongan akan menjatuhkan derajat seseorang.
Itu artinya ilmu mengangkat kalian dan kebodohan menjatuhkan kalian.

Sayyidina `Ali (raw) berkata:
العلم خير من المال

Al-`Ilm khayrun min al-maal.
Ilmu lebih baik daripada uang.

Suatu hari kalian akan mati dan tidak membawa apa-apa bersama kalian.  Di masa dulu, sebuah rumah dari tanah liat dianggap sebagai istana, sementara yang lain mempunyai rumah dari jerami; tetapi sekarang mereka tidak bisa menerima hal itu karena mereka menginginkan rumah-rumah yang bagus; namun demikian pergilah ke Afrika dan kalian masih dapat menemukan rumah-rumah dari tanah liat atau pergilah ke Siprus dan kalian akan melihat bahwa bahkan rumah Mawlana Syekh Nazim (q) pun dibuat dari tanah liat!  Itu adalah rumah yang sederhana dan sekarang orang-orang menginginkan istana karena mereka penuh dengan Setan jika mereka tidak mengikuti Syari`atullah.  Rumah-rumah dari tanah liat adalah rumah yang penuh kedamaian dan menentramkan dan ketika kalian tinggal di sana, kalian tidak mempunyai sifat sombong di dalam hati kalian, karena kalian tinggal di rumah yang sederhana, sementara orang yang tinggal di rumah yang besar mungkin berkata, “Aku lebih baik dari yang lain, aku kaya.”

Jadi Sayyidina `Ali (ra) berkata, “Ilmu lebih baik daripada kekayaan,” karena kalian tidak bisa membawa kekayaan kalian ke dalam kubur tetapi ilmu adalah sesuatu di mana orang dapat mempelajarinya dan itu adalah Shadaqat al-Jariyyah, amal yang pahalanya terus mengalir, sebagaimana Nabi (saw) bersabda,
Amal dari anak cucu Adam terputus kecuali tiga:

1) Shadaqah al-Jariyyah, (misalnya membangun sebuah masjid, rumah bagi anak yatim, rumah sakit, dll);

2) Anak yang saleh, yang berdoa bagi kalian dan ketika anak itu mengucapkan, “Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim,” pahala mereka dalam membaca kitab suci al-Qur’an akan tertulis bagi kalian di dalam kubur; dan

3) ilmu yang bermanfaat bagi manusia.

Jadi untuk meninggalkan ilmu yang bermanfaat adalah dengan cara belajar dan mengajarkan orang lain, bukannya belajar lalu menyimpannya untuk diri sendiri.  Syariah memerintahkan kita untuk mengajarkan apa yang kita ketahui dan bukannya menyimpannya untuk diri sendiri.

Sayyidina `Ali (raw) berkata, “`Ilm lebih baik daripada uang.”  Uang harus dijaga, kalian selalu melihat pada kotak penyimpanan uang atau khawatir apakah bank yang menyimpan deposit kalian aman, dan berbagai isu-isu lain yang masuk ke dalam pikiran kalian.  Kalian menjaga uang kalian.  Apa yang beliau katakan?  “Ilmu akan menjaga kalian agar selamat, sementara kalian harus menjaga uang kalian,” jadi di lain pihak, ilmu akan menjaga kalian agar tetap selamat.  Al`ilmu haakiman, “Ilmu akan memegang kendali,” dan seseorang dengan ilmu akan mampu memberi penilaian, meskipun tanpa uang.

Dan kita akan akhiri dengan yang satu ini.


قصم ظهري رجلان عالم متهتك وجاهل متنسك

qashurra zhahri rajulaan, `aalimu mutahattik wa jaahilun mutanassik
Dua tipe manusia yang mematahkan punggungku, seorang ulama yang bangga dan kasar terhadap orang dan seorang bodoh yang zuhud.

Tipe terakhir seperti orang yang dengan malas duduk di sudut hanya mengingat Allah.  Tetapi Allah ingin agar hamba-hamba-Nya untuk menolong, untuk bekerja dan menjadi baik, bukannya untuk duduk di sudut, menjadi orang yang malas, dan mengulurkan tangannya untuk meminta-minta!

Tipe pertama adalah seorang yang `alim, yang berilmu tetapi ia bangga terhadap dirinya.  Ia akan membuat orang lari darinya, karena ia sombong; dan orang yang duduk di sudut, di mana orang mengira ia seorang wali besar dan `alim, membuat orang menyimpang dari Jalan Syariah dan mengikuti jalannya.  Jadi, orang harus sangat berhati-hati, dan Sayyidina `Ali (ra) tidak mengatakan sesuatu tanpa alasan, beliau mengatakan itu sebagai suatu peringatan!

Ilmu adalah reservoir bagi peradaban, bukannya peradaban seperti yang mereka definisikan sekarang, bukannya dunia yang sekarang, yang membawa kita entah ke mana.  Orang-orang terdahulu adalah orang-orang ‘beradab’ karena mereka mempunyai ilmu tentang akhirat dan mereka semua dijanjikan Surga.  Semua Sahaabah (ra) akan masuk Surga, jadi kita harus mengikuti jejak mereka!

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Qul in kuntum tuhibbuuna 'Llaaha fattabi`uunii yuhbibkumullaahu wa yaghfir lakum dzunuubakum w 'Allaahu Ghafuuru 'r-Rahiim.
Katakanlah (wahai Muhammad), "Jika engkau (sungguh) mencintai Allah, maka ikutilah aku! Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Surat Aali-`Imraan, 3:31)

Kini, banyak praktik di Barat yang berasal dari Islam tetapi kita tidak menggunakannya, misalnya kebebasan untuk bicara dan kebebasan beragama.  Nabi (s) memberi kebebasan kepada kaum Yahudi dan Nasrani selama bertahun-tahun di Madinah dan beliau (s) berusaha untuk membangun perdamaian dan hubungan yang baik, sebagaimana Allah (swt) berfirman,

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ

W `atasimuu bi hablillaahi jamiyy`an wa laa tafaraquu.
Berpegang teguhlah pada Tali Allah dan jangan bercerai-berai. (Surat Aali-`Imraan, 3:103)

Wahai Muslim! Tugas Islami kita adalah menjaga perdamaian, menuntut ilmu dan bersikap tawaduk.

Wa min Allahi 't-tawfiiq, bi hurmati 'l-habiib, bi hurmati 'l-Fatihah.

http://www.sufilive.com/Sayyidina_Ali_r_-4731.html

Kekuatan Tasbih dan Aayaat asy-Syifaa

Kekuatan Tasbih dan Aayaat asy-Syifaa
Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani qs
7 Desember 2012   Burton, Michigan



Khotbah Jumat di Masjid As-Siddiq


Wahai Muslim dan Mukmin!  Allah (swt) menciptakan segala sesuatu dan memerintahkan mereka untuk bertasbih, artinya mengucapkan, “SubhaanAllah wa ‘l-hamdulillah wa laa ilaaha illa-Llah Allahu Akbar,” atau pujian apapun kepada Allah (swt) melalui Asmaul Husna wal Sifat-Nya.

Allah (swt) berfirman,

أَنَا جَلِيْسُ مَنْ ذَكَرَنِي


Anaa jaliisu man dzakaranii.
Aku duduk bersama orang yang mengingat-Ku. (Ahmad, Bayhaqi)
Jadi, mengingat Allah (swt) secara terus-menerus merupakan suatu keharusan setiap saat dalam kehidupan kita!  Allah (swt) membuat segala sesuatu bertasbih dan keberadaan setiap elemen atau unsur adalah melalui tasbihnya, dan tidak ada yang mengetahui (tasbihnya) kecuali unsur itu sendiri.  Demikian pula, Allah (swt) menciptakan kita dari berbagai unsur di dalam tubuh kita, masing-masing melakukan tasbihnya sendiri dan melakukan fungsinya di dalam tubuh melalui tasbih itu.  

Tetapi kita berjuang melawan kejahatan, berjuang untuk melalukan yang baik dan menghindari yang buruk, dan karena kita berada di tempat transisi itu, kita tidak dapat mendengar tasbih dari tubuh kita (yang secara konstan mengingat Allah).  Ketika salah satu bagian tubuh sedang sakit, itu disebabkan adanya perubahan di dalam tasbihnya yang membuatnya sakit, dan untuk menyembuhkannya, kalian harus mengubah tasbihnya, untuk menghilangkan penyakit itu dari tubuh.  Nabi (saw) menyebutkan tentang ruqya, tawiiz, hijab, atau apapun kalian ingin menyebutkannya, yaitu untuk dibaca dan Aayaat asy-Syifaa’, enam ayat di dalam kitab suci al-Qur’an untuk menyembuhkan penyakit.[1]

Nabi (saw) bersabda bahwa Surat al-Fatihah limaa quriyat lah, “Surat al-Fatihah dibaca untuk apa saja, ia akan menyembuhkan yang sakit,” dan membuat panjang umur melalui tasbih itu, yang kita lakukan (tanpa sengaja) dan kita tidak merasakannya. Kita katakan bahwa tubuh kita bertasbih karena segala sesuatu di alam semesta ini bertasbih dan kita adalah bagian dari alam semesta ini, sebagaimana firman Allah (swt) di dalam kitab suci al-Qur’an:
وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدَهِ

Wa in min syay'in illa yusabihu bihamdih.
Dan tidak ada apapun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya! (Surat al-'Israa, 17:44)
Segala sesuatu bertasbih, tetapi kita tidak bisa memahami atau mendengarnya karena nafsu fisik kita, nafs/ego menguasai kita di dunia dan kekuasaannya mengalahkan sisi baik kita.  Allah (swt) ingin agar kita keluar dari kekuasaan ego yang buruk dan mengubahnya menjadi penguasaan oleh sisi baik kita.
Bukti bagi hal ini ada di dalam hadits dari Abu Dzarr al-Ghifar (ra):
في حديث أبي ذر قال تناول رسول الله صلى الله عليه وسلم سبع حصيات فسبحن في يده حتى سمعت لهن حنينا ثم وضعهن في يد أبي بكر فسبحن ثم وضعهن في يد عمر فسبحن ثم وضعهن في يد عثمان فسبحن أخرجه البزار والطبراني في الأوسط وفي رواية الطبراني فسمع تسبيحهن من في الحلقة وفيه ثم دفعهن إلينا فلم يسبحن مع أحد منا

Tanawala an-Nabi (saw) saba` hashaayaat, fa sabahna fi yaddih, hatta sami`ta lahu haniinan, tsumma wadha`hunna fii yad Abi Bakrin fasabihna tsumma wadh`ahunna fii yad `Umar fasabahna tsumma wadha`ahunna fii yadi `Utsmaan fa sabahna fasama`a tasbiihihinna man fi’l-halaqata wa fiihi tsumma dafa`hunna ilaynaa falam yusabihna ma` ahadun minnaa.

Nabi (saw) mengambil tujuh butir batu, hasaayaat dengan tangan sucinya, dan mereka (batu-batu itu) bertasbih, mengagungkan Allah (swt) di tangannya, dan kami dapat mendengar tasbih mereka. Aku mendengar suaranya yang merdu dengan kerinduan (dengan kecintaan pada Nabi [saw] dan kerinduan dengan kecintaan pada Allah [swt]).

Kalian lihat bagaimana mereka dulu hidup?  Tidak seperti sekarang, kita duduk dan salat di atas karpet lalu kalian melangkah keluar dan melihat rumput yang dipangkas rapi dan jalan yang bagus aspalnya.  Dulu hanya ada jalan kecil dan gang di antara rumah-rumah, dan semuanya dipenuhi kerikil kecil.  Nabi (saw) duduk bersama para Sahabat dan beliau (saw) mengambil tujuh butir batu dari lantai, yang artinya beliau (saw) sedang duduk di suatu tempat, mungkin di sebuah rumah, dan tidak ada apa-apa (di bawah mereka) kecuali kerikil.  Apakah kalian duduk di atas kerikil sekarang?  Kaki kalian akan terasa nyeri, tetapi mereka duduk di atas kerikil!
Dan Allah (swt) berfirman bahwa segala sesuatu bertasbih, tetapi kalian tidak dapat mendengarnya, tetapi ketika batu-batu itu berada di dalam tangan yang suci (dari Nabi (saw)), para Sahabat (ra) dapat mendengarnya!
Batu-batu itu bukan hanya memuji Allah (swt) dan bertasbih, tetapi mereka juga merindukan Nabi (saw), untuk berada di tangannya, bukan di lantai.  Dan setiap sel dari tubuh kita juga bertasbih, tetapi kita terhalang untuk mendengar tasbih mereka dan oleh sebab itu kita perlu bekerja untuk membersihkan diri kita dari segala gangguan yang membuat kita tidak bisa mendengar tasbih batu-batuan atau tubuh kita.
Dan hadits itu berlanjut:
Kemudian beliau (saw) meletakkan ketujuh batu itu ke tangan Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq (ra) dan mereka memuji Allah (swt) di tangan Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq (ra).

Ia mengetahui karena ia mendengar tasbih di tangan Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq (ra), tetapi ia tidak mengatakan bahwa mereka ‘rindu’.  Kerinduan itu adalah adab, artinya batu-batu itu juga mempunyai adab!  Kita harus belajar tentang adab, artinya ketika Nabi (saw) hadir, pandangan kalian hanya tertuju pada Nabi (saw), bukan yang lain di dalam masjid atau majelis itu.  

Jadi adab di dalam sebuah masjid adalah ketika guru telah hadir, kalian tidak berhak untuk memandang orang lain, kalau tidak kalian akan mengganggu pelajaran bila kalian melihat seseorang yang datang ke pintu.  Oleh sebab itu, ketika guru kalian sedang memberi pelajaran, kalian tidak boleh memandang yang lain, bahkan ke arah pintu.  Batu-batu tadi memperlihatkan kerinduannya ketika mereka berada di tangan Nabi (saw), tetapi ketika berada di tangan Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq (ra) mereka bertasbih, tetapi tidak mempunyai kerinduan.

Kemudian beliau (saw) meletakkannya ke tangan Sayyidina `Umar (ra), dan serupa halnya, mereka juga bertasbih dan beliau (saw) meletakkannya ke tangan `Utsmaan (ra), dan serupa juga mereka bertasbih memuji Allah (swt).”  (Bazzaar dan at-Tabarani).

Ia tidak mengatakan jenis tasbihnya, barangkali ‘subhaanAllah’ atau ‘alhamdulillah’ atau ‘laa ilaaha illa-Llah’ atau ‘Allahu Akbar.’
Dan dalam riwayat yang lain, hadits itu berlanjut:
Pada saat itu semua orang yang berada di sekeliling itu dapat mendengar tasbih (batu-batu itu).  Lalu Nabi (saw) mengambilnya dari tangan Sayyidina `Utsmaan dan memberikannya ke tangan seorang Sahaabah, tetapi tidak ada yang dapat mendengar tasbih mereka saat itu dan mereka tidak bertasbih dengan suara keras ketika diletakkan di tangan Sahabat yang lain.

Jadi batu-batu kerikil itu melakukan tasbih dengan suara keras ketika berada di tangan Nabi (saw), Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq (ra), Sayyidina `Umar (ra) dan Sayyidina `Utsmaan (ra), kemudian ketika Nabi (saw) meletakannya ke tangan Sahabat yang lain, mereka tidak bersuara.  Sayyidina `Ali (ra) tidak hadir pada saat itu.  Karena kita bukan Sahabat dan mereka pun tidak bisa mendengar lagi suara tasbihnya, bagaimana kita bisa mendengar tasbih dari tubuh kita?  Ada masalah di sini: kita tidak bisa mendengar.  Jadi untuk mengatasi masalah itu, kita harus melakukan tasbih dalam hati (diam) dan dengan lidah (suara keras) karena dengan demikian Allah akan mengaruniai tubuh kalian untuk lebih banyak bertasbih dan secara perlahan Allah akan membukakan bagi kita untuk dapat mendengarnya!  Itulah sebabnya Nabi (saw) bersabda bahwa Allah (swt) berfirman,

من عادا لي وليا فقد آذنته بالحرب

Man `adaa lii waliyyan faqad aadzantahu bi ’l-harb.
Barang siapa yang menentang wali-Ku, Aku nyatakan perang terhadapnya. (Hadits Qudsi; Bukhari dari Abu Hurayrah)

Dan Allah (swt) berfirman:
عن ‏ ‏أبي هريرة ‏ ‏قال ‏‏قال رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏إن الله قال ‏ ‏من عادى لي وليا فقد ‏ ‏آذنته ‏ ‏بالحرب وما تقرب إلي عبدي بشيء أحب إلي مما افترضت عليه وما يزال عبدي يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به وبصره الذي يبصر به ويده التي يبطش بها ورجله التي يمشي بها وإن سألني لأعطينه ولئن استعاذني لأعيذنه وما ترددت عن شيء أنا فاعله ترددي عن نفس المؤمن يكره الموت وأنا أكره مساءته ‏
ولا يزال عبدي يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه، فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به وبصره
الذي يبصر به، ويده التي يبطش بها ورجله التي يمشي بها،

Man `adaa lii waliyan faqad aadzantahu bi ’l-harb wa maa taqarraba ilayya `abdii bi-syayy’in ahabba ilayya mimmaa ’ftaradhtu `alayhi wa maa yazaalu `abdii yataqarabu ilayya bi’ n-nawaafil hatta uhibbah. Fa idzaa ahbaabtahu kuntu sama`uhulladzii yasma`u bihi wa basharahulladzii yubshiru bihi, wa yadahulladzii yabthisyu bihaa wa rijlahullatii yamsyii bihaa.

Barang siapa menentang seorang Wali-Ku, sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya.  Dan hamba-Ku tidak akan berhenti mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Kuwajibkan atas mereka, dan hamba-Ku tidak akan berhenti mendekati-Ku melalui ibadah sunnah (nawafil) sampai Aku mencintainya.  Ketika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya ia melakukan sesuatu, dan kakinya yang dengannya ia berjalan (dan dalam versi lain termasuk juga, “dan lidahnya yang dengannya ia berbicara”). (Hadits Qudsi, Bukhari)

Jadi, jika kita melakukan tasbih lebih banyak secara sukarela, kita akan mencapai level itu.
Dan di dalam hadits lain dari Imam Bukhari sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Mas`uud:

كنا نأكل مع النبي صلى الله عليه وسلم الطعام ونحن نسمع تسبيح الطعام

Kunna naakul ma` an-Nabi (saw) ath-tha`am, wa nahnu nasma` tasbiih ath-tha`m.
Kami duduk dengan Nabi (saw) untuk makan dan kami mendengar makanan itu bertasbih dan bershalawat atas Nabi (saw).
Meskipun ia dimasak dalam api, makanan itu tetap bertasbih!  Jika dipanaskan dengan api, ia terbakar, dan jika dididihkan seluruh rasanya akan berubah, tetapi ia tetap bertasbih.  Jadi bagaimana dengan tubuh kita?  Apakah mereka bertasbih?  Ya, tetapi kita tidak mendengarnya.  Jadi semoga Allah (swt) mengampuni kita dan memberkati semua Mukmin dan Muslim di seluruh dunia, apapun latar belakang mereka.
(Du`a.)
(Salaat al-Jumu`ah.)
http://sufilive.com/The_Stones_Made_Tasbeeh-4726.html
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...