Saturday, May 18, 2013

5 Fakta Unik Tentang KA'BAH


5 FAKTA UNIK tentang KA’BAH – Sebagai Umat Muslim pasti sudah mengenal Ka’bah. Kabah atau yang disebut juga Bayt al `Atiq adalah bangunanyang dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, surah 14:37 tersirat bahwa situs suci Kakbah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim menempatkan Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut.(http://id.wikipedia.org/wiki/Kakbah). Bangunan Ka’bah yang merupakan kiblat bagi orang Islam terletak di Masjidil Haram di Mekah. Ia merupakan bangunan yang harus dikunjungi jamaah haji.
Ka’bah merupakan poros Alam semesta
“(Baitullah) Al-Haram adalah tanah suci poros tujuh langit dan tujuh bumi (Akhbar Makkah, dikutip oleh Mujahid dari Syu’ab Al-Iyman karya Al-Baihaqi)”
Hadist ini mengandung pengertian bahwa Kabah merupakan poros atau sentral alam semesta. Al-Qur’an selalu membandingkan antara langit dan bumi, meski bumi relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan kebesaran langit. Dan perbandingan ini tidak mungkin dilakukan jika bumi memiliki posisi istimewa di pusat semesta.
Ketujuh bumi semuanya berada di bumi kita ini. Lapisan luar satu bagian bumi menutupi lapisan dalam bumi lain. Begitu juga tujuh langit semuanya menaungi kita pada tingkatan yang jelas mengelilingi matahari. Bagian luar menutupi bagian dalam langit yang lain.
Ka’bah berada di tengah-tengah lapisan pertama bumi, yaitu daratan, sementara di bawahnya terdapat enam lapisan bumi yang lain. Dengan posisi demikian, Kabah berarti menjadi poros tujuh langit dan tujuh bumi. Kemukjizatan dalam hadis Nabi yang ada di hadapan kita, yakni sabda beliau:(Baitullah) Al-Haram adalah tanah suci poros tujuh langit dan tujuh bumi.
Dan hingga kini, Ilmu pengetahuan yang banyak dipelajari orang telah banyak membuktikan dan  menemukan FAKTA tentang Mu’zizat dari Ka’Bah.

% Fakta Unik tentang KA'BAH

Berikut ini 5 FAKTA UNIK tentang KA’BAH

Ka’bah mengeluarkan sinar radiasi

Planet bumi mengeluarkan semacam radiasi, yang kemudian diketahui sebagai medan magnet. Penemuan ini sempat mengguncang National Aeronautics and Space Administration (NASA), badan antariksa Amerika Serikat, dan temuan ini sempat dipublikasikan melalui internet. Namun entah mengapa, setelah 21 hari tayang, website yang mempublikasikan temuan itu hilang dari dunia maya.
Namun demikian, keberadaan radiasi itu tetap diteliti, dan akhirnya diketahui kalau radiasi tersebut berpusat di kota Makkah, tempat di mana Ka’bah berada. Yang lebih mengejutkan, radiasi tersebut ternyata bersifat infinite (tidak berujung). Hal ini terbuktikan ketika para astronot mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih tetap terlihat. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’bah di planet bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.

Zero Magnetism Area

Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’, artinya adalah apabila seseorang mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.
Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Makkah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Oleh sebab itu, ketika mengelilingi Ka’ah, maka seakan-akan fisik para jamaah haji seperti di-charge ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.

Tekanan Gravitasi Tinggi

Ka’bah dan sekitarnya merupakan sebuah area dengan gaya gravitasi yang tinggi. Ini menyebabkan satelit, frekuensi radio ataupun peralatan teknologi lainnya tidak dapat mengetahui isi di dalam Ka’bah. Selain itu, tekanan gravitasi tinggi juga menyebabkan kadar garam dan aliran sungai bawah tanah tinggi. Inilah yang menyebabkan salat di Masjidil Haram tidak akan terasa panas meskipun tanpa atap di atasnya.
Tekanan gravitasi yang tinggi memberikan kesan langsung kepada sistem imun tubuh untuk bertindak sebagai pertahanan dari segala macam penyakit.

Tempat ibadah tertua

Pembangunan Ka’bah telah dilakukan sejak zaman Nabi Adam AS. Ada pula sumber yang menyebutkan, Ka’bah telah dibangun semenjak 2000 tahun sebelum Nabi Adam diturunkan. Pembangunannya pun memerlukan waktu yang lama karena dilakukan dari masa ke masa.
Menurut sebagian riwayat, Ka’bah sudah ada sebelum Nabi Adam AS diturunkan ke bumi, karena sudah dipergunakan oleh para malaikat untuk tawwaf dan ibadah. Ketika Adam dan Hawa terusir dari Taman Surga, mereka diturunkan ke muka bumi, diantar oleh malaikat Jibril. Peristiwa ini jatuh pada tanggal 10 Muharam.

Ka’bah memancarkan energi positif

Ka’bah dijadikan sebagai kiblat oleh orang yang salat di seluruh dunia, karena orang salat di seluruh dunia memancarkan energi positif apalagi semua berkiblat kepada Ka’bah. Jadi dapat Anda bayangkan energi positif yang terpusat di Ka’bah, dan juga menjadi pusat gerakan salat sepanjang waktu karena diketahui waktu salat mengikuti pergerakan matahari. Itu artinya, setiap waktu sesuai gerakan matahari selalu ada orang yang sedang salat. Jika sekarang seseorang di sini melakukan salat Dhuhur, demikian pula wilayah yang lebih barat akan memasuki waktu Dhuhur dan seterusnya atau dalam waktu yang bersamaan orang Indonesia salat Dhuhur orang yang lebih timur melakukan salat Ashar demikian seterusnya.
Memandang Ka’bah dengan ikhlas akan mendatangkan ketenangan jiwa. Aturan untuk tidak mengenakan topi atau kepala saat beribadah haji juga memiliki banyak manfaat. Rambut yang ada di tubuh manusia dapat berfungsi sebagai antena untuk menerima energi postif yang dipancarkan Ka’bah.
(FOTO & 5 fakta unik tentang Ka’Bah, seperti yang dikutip dari sumber: http://www.facebook.com/pages/Strawberry/203846879754531)

Thursday, May 16, 2013

Mencari Wasilah (Perantara), Kisah Syaikh Ahmad Badawi dan Syaikh Magribi. (Dari Siapa Kita Dapat Mengambil Tariqah )

Mencari Wasilah (Perantara), Kisah Syaikh Ahmad Badawi dan Syaikh Magribi. (Dari Siapa Kita Dapat Mengambil Tariqah )


Qutub Mutassarif Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani qs
Senin 24 Agustus 2009 | Fenton USA



A`udzu billahi min 'asy-Syaythani 'r-rajiim. Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim. `Athi Allah wa `athi'ur Rasul wa uli' l-amri minkum.Taati Allah, taati Rasul dan orang yang diberikan otoritas atas diri kalian.

Kita membicarakan dari mana kita dapat mengambil tariqah; siapa yang dapat mengajar dan memberi bay'at'. Ada sebuah tanya-jawab antara Sayyidina Abdul-Khaliq al-Ghujdawani Qaddasallahu Sirrahu dan seorang tamunya, Syekh Abdur-Rahiim al-Maghribi dari Maroko, yang telah belajar di bawah bimbingan Sayyidina Nabi Khidir (as) selama sembilan tahun, menerima berbagai macam Ilmu Ilahi. Dan dari tanya-jawab mereka, kita dapat mempelajari karakteristik siapa seseorang itu dan dari mana kalian dapat belajar.

Ketika kalian ingin belajar tentang Al-Quran, kalian tidak dapat mengajari diri kalian sendiri; kalian dapat menghapalnya, tetapi itu bukanlah jalan yang benar. Kalian harus belajar dari seseorang yang mempunyai otoritas untuk mengajar Al-Quran, seorang Qaari, karena mereka mengetahui cara pengucapan yang benar, tajwiid, tartiil, dan semua aturan pembacaan khusus lainnya, bagaimana setiap huruf diucapkan. Mereka telah dilatih melalui serangkaian pembaca Quran berijazah yang semuanya sampaii kepada para Imam Mazhab dan sampai kepada generasi Sahabat, yang belajar Al-Quran dari Nabi Muhammad (sallallahu alayhi wasalam).

Serupa dengan itu, dalam ajaran spiritual kalian harus mengambil dari seseorang yang telah mempelajarinya dari gurunya dan seterusnya hingga sampai pada Sahabat dan Nabi (saw). Kalian tidak bisa mengambilnya begitu saja dari seseorang; kalian harus mengambilnya dari seseorang yang telah merasakan dari Realitas, dan ia akan meletakkan (Ilmu Ilahiah) di lidah kalian dan di dalam hati kalian.

Sebagaimana yang kita katakan dalam sesi sebelumnya, Syekh Abdur-Rahiim Maghribi bertanya, "Dari mana engkau mengambil tariqah ini? Apakah dari seorang wali yang dapat bicara dengan orang-orang mati dari Timur ke Barat?" dan Sayyidina Abdul-Khaliq al-Ghujdawani Qaddasallahu Sirrahu menjawab, "Tidak!" Lalu ia bertanya, "Apakah dari wali yang tahu segala sesuatu di alam semesta, yang memuji dan mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta`ala dari Timur ke Barat? Dapatkah aku mengambil tariqah darinya? Dapatkah aku belajar dengannya?" Dan sekali lagi Sayyidina Abdul-Khaliq al-Ghujdawani Qaddasallahu Sirrahu menjawab,"Tidak."

Lalu Abdur-Rahiim al-Maghribi tidak tahu lagi harus berkata apa. Jika kau tidak bisa mengambil dari wali itu dan tidak juga dari wali yang satunya lagi, lalu siapa yang memenuhi syarat untuk memberinya tariqah? Kita tidak bicara tentang hal-hal yang berhubungan dengan ulama, di mana kalian dapat mengambil ilmu dari siapa saja. Di dalam tariqah ada batasan-batasan dan Wali yang tidak mempunyai
hak atau otoritas tidak dapat mengajar dan ia akan diam. Banyak awliya yang tidak diketahui atau dikenal orang-orang, mereka diam.

Apa manfaat dari ajaran seorang Wali bila ia tidak dapat mengangkat kalian sampai pada levelnya? Itulah sebabnya ketika Grandshaykh Abdullah faiz ad-Daghestani qs, semoga Allah memberkatinya, diminta untuk menerima tanggung jawab mneneruskan kepemimpinan bagi tariqah, beliau berkata, "Aku tidak menginginkan tanggung jawab itu." Syekh beliau, Syekh Syarafuddin Qaddasallahu Sirrahu, berkata, "Tak seorang pun diperintahkan untuk membawa tariqah kecuali dirimu, mengapa kau mengatakan 'tidak'?" Grandshaykh Abdullah berkata, "Apa manfaatnya ya Sayyidii, jika aku tidak dapat mengangkat murid-murid ke levelku ketika mereka duduk bersamaku?"

Jadi awliya tahu pentingnya memberikan tariqah. Saya akan mengutip di akhir bagaimana buruknya mendengar seseorang yang tidak mempunyai tanggung jawab untuk mengajar tariqah, karena semua ajarannya akan menjadi negatif pada diri kalian, karena ia tidak memenuhi persyaratan dalam memberikan tariqah.

Jadi kemudian Syekh Abdur-Rahiim Maghribi menanyakan Sayyidina Abdul-Khaliq al-Ghujdawani Qaddasallahu Sirrahu pertanyaan ketiganya, "Dapatkah aku mengambil atau mempelajari tariqah dari seorang wali yang sanggup mencapai bagian bawah Arasy dan semua level di bawahnya?" Itu artinya bahwa wali itu telah mencapai kemampuan untuk sujud di bawah Singgasana Allah Subhanahu wa Ta`ala. Dan Sayyidina Abdul-Khaliq al-Ghujdawani Qaddasallahu Sirrahu tetap diam, lalu ia bertanya lagi, "Ya Sayyidi, demi Allah, dapatkah aku mengambil tariqah dari seseorang yang mampu mencapai level di bawah Arasy dan seluruh level di bawahnya?" Sayyidina Abdul-Khaliq al-Ghujdawani Qaddasallahu Sirrahu kembali melihatnya dan berkata, "Tidak."

Jika ini "tidak", dan ini "tidak", dan yang ini "tidak", dari mana ia akan mengambil ilmu itu? Itu artinya apapun yang kita bicarakan itu belum dari level yang benar untuk diajarkan, yang artinya kalian belum memenuhi syarat untuk mengajarkan dan orang-orang yang mendengar belum mendapat tariqah dari sisi yang benar--mereka mengambil dari nama ajarannya, tetapi belum mengambil rahasia darinya. Awliya berusaha untuk mendapat rahasia dari setiap kata yang mereka ucapkan, untuk dicurahkan ke dalam hati kalian!

Kemudian ia bertanya, "Bagaiama tentang orang yang telah mencapai alam semesta dan tujuh langit dalam sekejap tanpa berpindah dari posisinya, dan ia dapat berada di segala tempat yang Allah ciptakan? Dapatkah aku belajar darinya dan mengambil tariqah?" Bagaimana menurut kalian, apa yang Sayyidina Abdul-Khaliq Qaddasallahu Sirrahu katakan, ya atau tidak? Beliau berkata, "Tidak!" Jadi,
lalu dari mana ia dapat mengambil tariqah?! Kemudian Syekh Abdur-Rahiim Maghribi tidak mempunyai kata-kata lagi, dan ia bertanya kepada Sayyidina Abdul-Khaliq al-Ghujdawani Qaddasallahu Sirrahu, "Lalu kepada siapa aku akan menyerahkan diriku sendiri? Siapakah orang itu yang dapat mengajarkan diriku?"

Sebelum sampai di sana, ia tidak menyerahkan dirinya. Ia terus mengajukan pertanyaan, menunjukkan bahwa ia mengetahui sesuatu, dengan bertanya, "Dapatkah aku mengambil tariqah dari orang yang bisa menjangkau orang mati, atau dari orang yang mengetahui tasbih seluruh ciptaan kepada Allah?" Ia memuji egonya di sana. Ketika ia bertanya, "Dapatkah aku mengambil dari orang yang bertasbih di
bawah Arasy?" Ia memperlihatkan bahwa ia tahu semua level yang beragam dari para awliya Allah. Ketika Sayyidina Abdul-Khaliq Qaddasallahu Sirrahu mengatakan kepadanya, "tidak", barulah ia menyerah. Ia sampai pada titik di mana ia sadar,"Ya Sayyidii, aku tidak tahu apapun."

Melalui pelajaran itu, Sayyidina Abdul-Khaliq Qaddasallahu Sirrahu mengajarkan kepadanya, "Jangan tunjukkan pengetahuanmu di hadapanku." Banyak orang yang bicara terus; dan mereka senang menunjukkan bahwa mereka tahu segala hal. Dalam kehidupan normal atau kehidupan spiritual, kita semua berusaha untuk mengatakan bahwa kita tahu sesuatu. Dalam kehidupan normal, hal itu tidak masalah, tetapi lebih baik diam dalam hadirat seorang Wali Allah. Jangan bicara! Jika kalian bicara,kalian membuat suatu kesalahan. Jika tidak bicara, kalian akan aman.

Orang yang memberi presentasi senang untuk menunjukkan kehebatan dirinya sendiri; mereka tidak berserah diri. Mereka bertanya, "Apakah kalian suka membuat presentasi?" dan mereka berlomba-lomba untuk itu, agar mendapat ketenaran. Jika kalian bertanya pada para Awliya Allah, "Apakah engkau ingin membuat presentasi atau sebuah wawancara?" maka mereka akan menjawab "tidak." Mereka tidak suka berbicara kecuali terpaksa. Jadi Syekh Abdur-Rahiim Maghribi bertanya. "Apa yang akan kulakukan sekarang? Aku berusaha untuk mengerahkan semua pengetahuanku untuk mengetahuinya."

Seperti halnya kisah dengan Syekh Ahmad al-Badawi dari Mesir. Kalian tahu ceritanya. Ia berdoa, "Bukalah Pintu-Mu, ya Rabbii!" dan seseorang datang dan berkata, "Aku mempunyai kunci-kuncimu, berserahdirilah padaku." Ia menjawab,"Memangnya siapa aku musti berserah diri padamu?!" Berserah diri kepada Allah, baik, tetapi ada disiplinnya: pertama berserah diri dulu kepada gurumu, lalu kepada Nabi (saw) dan kemudian kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala.

Jadi ia menjawab, "Aku hanya akan mengambil kunci dari Sang Pembuat Kunci langsung!" Lalu orang itu pergi. Berbulan-bulan kemudian Syaikh Ahmad al-Badawi mendengar sebuah suara,"Apakah kau menginginkan kuncimu? Aku meninggalkannya pada seorang Wali yang dahulu kau usir!" Jadi sekarang ia tahu bahwa ia harus mengambilnya dari orang itu, tetapi egonya menghalanginya. Sayyidina Ahmad al-Badawi mencari wali itu, ia berlari, berlari, berlari selama enam bulan, dan itu mengajarkannya bersabar. Akhirnya wali itu muncul di hadapannya.

Sayyidina Ahmad al-Badawi berkata, "Wahai saudaraku! Dari mana saja engkau?" Wali itu menjawab, "Aku di sini, tetapi kau tidak bisa melihatku.""Bisakah aku mendapatkan kunci-kunciku?" "Tidak, sudah terlambat wahai saudaraku. Ketika aku datang dan menawarkannya kepadamu, kau menolak. Sekarang kau menginginkannya, tetapi aku tidak akan memberikannya; ada harga untuk itu." Sayyidina Ahmad al-Badawi berkata, "Aku akan membayarnya dengan seluruh kekayaanku, hartaku dan rumahku." "Kami tidak mengejar harta duniamu." "Lalu apa yang harus kuberikan?"

"Aku menginginkan ilmumu, semua ilmu yang telah kau ajarkan dan yang telah kau pelajari dari buku-buku dan amal ibadah yang telah kau lakukan, Syaikh Ahmad Badawipun mengatakan 'Aku bersedia, aku bersedia, aku bersedia.' Kau selalu menggunakan egomu dan membandingkan segala sesuatu dengan dirimu. Aku menginginkan mengangkat keegoisan itu, keegoisan dalam ilmu yang telah kau bangun dengan egomu."

Allah berfirman di dalam Alquran suci: "Afaman assasa bunyaanahu `ala taqwa mina Allahi wa ridwaanin khayrun am man assasa bunyaanahu `ala syafaa jurufin haarin fanhara bihi fii naari jahannama wa Allahu laa yahdi qawma azh-zhaalimiin"

Lalu manakah yang terbaik? - orang-orang yang mendirikan masjidnya atas dasar taqwa kepada Allah dan rida-Nya? - atau orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersamanya ke neraka Jahanam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Surat Tawbah [9:109]

Di tepi jurang itu akan jatuh ke neraka. Itu artinya kalian tidak dapat membangun ilmu kalian melalui ego kalian, karena ego akan dipotong bila kalian berada dalam tariqah. Karena ego akan runtuh, baik cepat ataupun lambat. Jadi Wali itu berkata padanya "Aku tidak dapat membiarkan kau memiliki ilmu ini."

Ahmad al-Badawi saat itu merupakan Grand mufti di Tanta, daerah di Mesir, sangat terkenal, dan dua juta orang mengunjungi makamnya setiap tahun. Wali itu berkata, "Berikan ilmu itu kepadaku." Ahmad al-Badawi berkata, "Baiklah." Kemudian Ahmad Badawi melihat ke dalam mata wali itu dan wali itu menarik semua ilmunya keluar, bagaikan magnet menarik logam. Ia meninggalkan Ahmad al-Badawi tanpa mengetahui apa pun, bahkan satu kata pun, bahkan untuk membaca Surat al-Fatiha! Bila kalian melakukan kesalahan dalam membaca Surat al-Fatiha, itu artinya awliya mengambil pengetahuan itu. Jadi ia menarik segala sesuatu dari Ahmad al-Badawi sampai ia tidak mengetahui apa-apa, hingga anak-anak mengejar dia seperti orang gila, mengejeknya dengan berkata, "Dia tidak tahu apa-apa lagi!"

Jika kalian kehilangan akal kalian, kalian akan baik-baik saja. Setiap orang diseluruh dunia berpikir bahwa mereka mengetahui sesuatu. Lihatlah, ketika Mawlana Syekh Nazim qs, semoga Allah memanjangkan umurnya, memberikan nasihat harian melalui siaran langsung di sufilive.com, orang-orang juga senang untuk mendengarkan. Mereka menghentikan pekerjaan mereka, menghentikan semua kegiatannya hanya untuk mendengar beliau. Mengapa? Karena pesan beliau mencapai hati mereka dan mereka telah siap dalam menerima informasi itu.

Dan setiap orang begitu gembiranya dan memuji Mawlana Syaikh Nazim dengan pujian yang tinggi karena kecintaan mereka terhadapnya, karena mereka tahu tanpa beliau mereka bukanlah apa-apa! Jadi mereka yang menyaksikan siarannya setiap malam maka mereka sungguh beruntung. Bagi yang tidak menyaksikan; jika mereka mempunyai alasan seperti karena pekerjaannya, itu tidak apa-apa. Tetapi yang lainnya (tidak menyaksikan) karena sombong dengan diri mereka dan disibukan urusan dunia. Menurut kalian, memangnya kalian siapa? Apakah Mawlana membuang- buang waktunya untuk siaran itu?!! Berikanlah paling tidak setengah jam dari waktu duniawi kalian untuk melihat dan mendengar, itu lebih baik.

Jadi dalam setiap hal, wali itu mengambil segala sesuatu dari Syaikh Ahmad al-Badawi dan meninggalkannya selama enam bulan, dan anak-anak mengejar dia sambil berkata, "Grand mufti kita menjadi gila!" Dan Ahmad Badawi terus mencari wali itu, mencari dan mencari, sementara wali itu menyembunyikan dirinya lagi. Kemudian ia muncul dan berkata, "Ya Ahmad! Apakah engkau sudah siap?" Ia menjawab, "Aku siap." Setelah perjuangan yang panjang. Ia mendengar suara yang mengatakan, "Ambil kunci itu darinya." Jika ia menerimanya sejak awal, ia pasti telah mencapai level yang lebih tinggi lagi dan tidak membuang waktunya sedemikian lama!

Wali itu berkata, "Lihatlah mataku sekarang." Lalu ia mencurahkan apa yang ada di dalam hatinya ke dalam mata Ahmad al-Badawi sampai ia tidak bisa melihat lagi, hingga sorotan matanya bagaikan kilat, dan wali itu membukakan Enam Realitas dari Hati, yang sebelumnya telah kita bicarakan berulang kali: Realitas Daya Tarik (Haqiqatu Jazbah); Realitas Mengantarkan Berkah (Haqiqatul Fayd); Realitas Memfokuskan (Haqiqatu Tawajjuh); Realitas Perantaraan (Haqiqatu Tawassul); Realitas Bimbingan (Haqiqatu Irshad); dan Realitas Menggulung -Folded Space, bumi dan waktu terlipat (Haqiqatu at-Tayy). Setelah Wali itu mentransfer seluruh pengetahuan surgawi itu, maka tak seorang pun dapat melihat ke dalam mata Ahmad al-Badawi secara langsung, karena mereka akan pingsan bila melihatnya. Sehingga setelah itu Syaikh Ahmad Badawi selalu menuntup matanya dengan kain penutup kepalanya.

Abdur-Rahiim al-Maghribi paham bahwa setiap pertanyaan yang ia ajukan, Syekhnya selalu mengatakan "tidak". Segala sesuatu yang ia tanyakan, Sayyidina Abdul-Khaliq al-Ghujdawani Qaddasallahu Sirrahu menjawabnya "tidak" untuk setiap pertanyaan. Ia mengajukan lima pertanyaan, dan semuanya ditolak. Lalu ia berkata, "Ya Sayyidii, ke mana aku harus memasrahkan diriku?" Ia lalu mengerti, dan kemudian menjadi pasrah. Di luar itu, tak ada yang dapat dicapai; jika kalian tidak berserah diri kepada kehendak syekh, kalian tidak bisa melangkah ke mana-mana atau mencapai sesuatu.

Misalnya, setiap hari Mawlana Syekh memberikan pelajaran dan banyak orang yang menerjemahkannya ke dalam berbagai bahasa, dan jika kalian mendengar, itu saja sudah cukup; jika kalian mengerti atau tidak, rahasianya terpancar ke dalam hati kalian! Seperti halnya ketika komputer sedang mengambil, memuat (upload) informasi, kalian melihat garis-garis hijau mentransfer data (menunjukkan progres dari proses upload yang sedang berjalan) atau kalian menulis pesan atau gambar atau suatu lampiran, dan ketika kalian membukanya, lambat laun ia terbuka.

Tetapi di lain waktu kalian ingin melihatnya lagi, dengan cepat ia terbuka, tidak memerlukan waktu lama. Sama halnya, Mawlana Syekh Nazim qs mengisi kalian dengan cahaya ini; kalian mungkin tidak memahaminya, tetapi ketika waktunya tiba untuk dibuka, ia sudah berada di sana (pada diri kalian). Kalian akan bergerak seperti roket menuju level yang mereka ingin kalian capai. Sekarang kalian belum bisa diangkat; kalian mungkin mendengar sebuah suhbah (ceramah) dan melupakannya, tetapi hati kalian tidak melupakannya, dan hati kalian telah mengunduh (download) informasi itu. Kalian telah mengunduhnya dan dalam waktu satu detik, kalian dapat mengecek dan melihatnya.

Ketika saat download / mengunduh tiba dan syekh memberi kalian kunci spiritual kalian, maka itu akan membuka seluruh kata-kata bercahaya, rahasia ilmu yang beliau telah sampaikan sebelumnya, dan kalian dapat melihat dari level mana beliau berkata, di mana beliau berdiri, dan mengucapkan salam kepada Nabi (saw) dan mengucapkan syahadah. Dari mana beliau berdiri? Di mana? Apakah Mawlana Syekh berdiri di Lefke, di samping kursinya? Ketika beliau berdiri mengucapkan salam kepada Nabi (saw), beliau berdiri di Hadirat Ilahiah dari Nabi (saw). Dan ketika waktunya tiba, kalian akan melihatnya, apa yang telah kalian dengar dari beliau akan tampak sebagai sebuah Realitas.

Itu akan muncul ketika kalian berserah diri, tetapi sekarang kita tidak berserah diri. Bahkan kalian melihat orang-orang melakukan chatting. Mengapa mereka melakukan hal itu ketika Mawlana Syekh sedang bicara? Lakukan chatting sebelum atau setelahnya. Bila kalian berserah diri, maka komputer kalian akan siap untuk menerima semua informasi yang dimasukkan (upload) ke dalam hati kalian.

Syekh Abdur-Rahiim al-Maghribi berkata, madha afal, "Aku berserah diri. Apa yang harus kulakukan; aku perlu jawaban. Aku datang kepadamu untuk berserah diri. Kepada wali yang mana aku harus berserah diri?" Ia masih melakukan kesalahan, karena ia belum menyadari: wali yang kau bicarakan adalah yang bertanggung jawab atas dirimu! Dengan mengatakan, "Wali yang mana," lebih baik
menjadi seorang pengembala dari pada biri-birinya.

Kau menanyakan semua pertanyaan ini dan beliau terus mengatakan "tidak", dan di saat akhir, ia masih bertanya, "Wali yang mana?" Banyak orang seperti itu saat ini, mereka tidak berserah diri. Kalian tidak merasa senang dengan Wali yang kalian bicarakan itu? Kita akan melanjutkannya besok, insyaAllah. Bi hurmati l-Habiib, bi hurmati 'l-Fatiha.

Wa min Allah at Tawfiq

Note : Sayikh Abdul Khaliq al-Ghujdawani, qaddasa-l-Lahu sirrah adalah Mursyid ke 11 dalam silsilah Naqshbandi Haqqani, beliau Sulthan Awliya pada jamannya dan merupakan Imam Khatam Kawajagan pertama ketika seluruh Awliya dikumpulkan di Gua Tsur ketika Rasulullah saw dan Abu Bakar ra hijrah dari Makkah ke Madinah, disinlah pertama kali dzikir ini dibacakan.


Mata Rantai Emas Naqshbandi Haqqani


1. Rasulullah Muhammad, shalla-Allahu `alayhi wa `alihi wa sallam
2. Abu Bakar ash-Shiddiq, radiya-l-Lahu `anh
3. Salman al-Farsi, radiya-l-Lahu `anh
4. Qassim bin Muhammad bin Abu Bakar, qaddasa-l-Lahu sirrah
5. Ja’far ash-Shadiq, alayhi-s-salam
6. Abu Yazid Tayfur al-Bistami, radiya-l-Lahu `anh
7. Abul Hassan Ali al-Kharqani, qaddasa-l-Lahu sirrah
8. Abu Ali al-Farmadi, qaddasa-l-Lahu sirrah
9. Abu Yaqub Yusuf al-Hamadani, qaddasa-l-Lahu sirrah
10. Abul Abbas, al-Khidir, alayhi-s-salam
11. Abdul Khaliq al-Ghujdawani, qaddasa-l-Lahu sirrah
12. Arif ar-Riwakri, qaddasa-l-Lahu sirrah
13. Khwaja Mahmoud al-Injir al-Faghnawi, qaddasa-l-Lahu sirrah
14. Ali al-Ramitani, qaddasa-l-Lahu sirrah
15. Muhammad Baba as-Samasi, qaddasa-l-Lahu sirrah
16. as-Sayyid Amir Kulal, qaddasa-l-Lahu sirrah
17. Muhammad Baha’uddin Syah Naqsyband, qaddasa-l-Lahu sirrah
18. Ala’uddin al-Bukhari al-`Attar, qaddasa-l-Lahu sirrah
19. Yaqub al-Charkhi, qaddasa-l-Lahu sirrah
20. Ubaydullah al-Ahrar, qaddasa-l-Lahu sirrah
21. Muhammad az-Zahid, qaddasa-l-Lahu sirrah
22. Darwisy Muhammad, qaddasa-l-Lahu sirrah
23. Muhammad Khwaja al-Amkanaki, qaddasa-l-Lahu sirrah
24. Muhammad al-Baqi bi-l-Lah, qaddasa-l-Lahu sirrah
25. Ahmad al-Faruqi asy-Syirhindi, qaddasa-l-Lahu sirrah
26. Muhammad al-Ma’sum, qaddasa-l-Lahu sirrah
27. Muhammad Sayfuddin al-Faruqi al-Mujaddidi, qaddasa-l-Lahu sirrah
28. as-Sayyid Nur Muhammad al-Badawani, qaddasa-l-Lahu sirrah
29. Syamsuddin Habib Allah, qaddasa-l-Lahu sirrah
30. Abdullah ad-Dahlawi, qaddasa-l-Lahu sirrah
31. Khalid al-Baghdadi, qaddasa-l-Lahu sirrah
32. Ismail Muhammad asy-Syirwani, qaddasa-l-Lahu sirrah
33. Khas Muhammad asy-Syirwani, qaddasa-l-Lahu sirrah
34. Muhammad Effendi al-Yaraghi, qaddasa-l-Lahu sirrah
35. Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni, qaddasa-l-Lahu sirrah
36. Abu Ahmad as-Sughuri, qaddasa-l-Lahu sirrah
37. Abu Muhammad al-Madani, qaddasa-l-Lahu sirrah
38. Syarafuddin ad-Daghestani, qaddasa-l-Lahu sirrah
39. Abdullah al-Fa’iz ad-Daghestani, qaddasa-l-Lahu sirrah
40. Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani, qaddasa-l-Lahu sirrah

Penjelasan mengenai Kata “Sulthan” di Dalam Surat ar-Rahman

Penjelasan mengenai Kata “Sulthan” di Dalam Surat ar-Rahman
Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani qs
9 Maret 2013 - Maryland, US


Bismillahir Rahmaanir Rahim

Syafaat Nabi (saw). Tingkatkan kecintaan kalian kepada Nabi (saw) lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, karena beliau adalah Sultan. Jadi apa yang Allah (swt) katakan di dalam kitab suci al-Qur’an:

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ

Yaa ma`asyar al-jinni wa’l-insi in istatha`tum an tanfudzuu min aqthaari’s-samawaati w ’al-ardhi fa ’nfudzuu laa tanfudzuuna illa bi-sulthaan.

Wahai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah! Kamu tidak akan dapat melewatinya tanpa otoritas! (Surat ar-Rahmaan, 55:33)

Dalam bahasa Arab, “sulthan” artinya “orang yang memiliki segalanya,” yaitu Nabi (saw). Jadi pertama adalah melalui Nabi (saw), kedua melalui Syariahnya, ketiga melalui awliyaullah dan keempat melalui Imam Mahdi (as). Siapapun dari keempatnya dapat membawa kalian menuju level tertentu dan Nabi (saw) dapat membawa kalian ke level tertinggi.

Insyaa-Allah semoga Allah (swt) memberi kita seorang Sultan, dan untuk menemukan seorang Sultan di zaman sekarang adalah sulit. Bukannya mereka yang menyebut diri mereka “sultan”, tetapi Sultan sejati. Saya mendengar dari Grandsyekh, semoga Allah memberkati ruhnya, (bahwa maqam seorang) Sultan adalah mencapai Level Fana. Ketika kalian mencapai Level Fana, kalian sungguh mengalami:

أَنَا جَلِيْسُ مَنْ ذَكَرَنِي
Anaa jaliisu man dzakaranii.
Aku duduk bersama orang yang mengingat-Ku. (Ahmad, Bayhaqi)

Jadi Sultan kalian adalah ‘di samping kalian,’ jika kalian dapat mengatakannya seperti itu, artinya Allah (swt) membusanai kalian dari Kekuatan Nabi (saw) di mana kalian mampu mencapai “baqaa,” dan baqaa adalah Sang Sultan. Jadi baqaa muncul setelah fana; Fanaa’un fillah, lalu muncul Baqaa’un fillah. Setelah kalian meniadakan diri dan fana sepenuhnya terhadap Allah, pada saat itu Allah akan membusanai kalian dengan baqaa, “kekal.” Ketika kalian dibusanai dengan itu, maka kalian akan disebut sebagai “Sulthan al-Awliya.” Itulah sang Sultan yang dapat membawa kalian ke sana.

Itulah sebabnya mengapa awliyaullah mengetahui bahwa para pengikut mereka tidak mampu melakukan hal itu. Jadi, apakah mereka mempunyainya? Kalian mungkin telah melihat bulu-bulu serabut pada sikat rambut. Ketika kalian menyisir rambut, banyak rambut yang terkumpul pada bulu-bulu sikat itu, bahkan jumlahnya lebih banyak daripada bulu-bulu sikat itu sendiri. Jadi awliyaullah adalah “bulu-bulu sikat” dan Nabi (saw) yang memegang mereka semua.

Ketika kalian menggunakannya, menyisirkan cinta mereka dan memberi wangi-wangian pada diri kalian, kalian melihat (banyak helai) rambut. Murid akan terhubung dengan bulu-bulu sikat itu dan bulu-bulu sikat itu akan menghubungkan dengan gagangnya, yang memegang sikat itu, dan sikat itu adalah Nabi (saw). Awliyaullah tahu bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa, jadi mereka berkata, “Baiklah, sisir mereka!” dan dengan satu tarikan, mereka menarik kita semua! Jadi, mereka menyisir kita setiap hari, seperti halnya seseorang yang tidak bisa menyisir rambutnya, mereka memerlukan seseorang untuk menyisirkannya. Awliyaullah menyisirkan kalian dan menghubungkan kalian kepada Nabi (saw) dan Nabi (saw) menghubungkan kalian kepada Hadirat Ilahi. Semoga Allah mengampuni kita dan menjadikan kita di antara orang-orang ini.

Wa min Allahi 't-tawfiiq, bi hurmati 'l-habiib, bi hurmati 'l-Fatihah.

© Hak cipta 2013 oleh Sufilive. Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Transkrip ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta internasional. Mohon menyebutkan Sufilive ketika membagi transkrip ini. JazakAllahu khayr.

Wednesday, May 15, 2013

Pengalaman Mendekati Kematian Syaikh Abdullah Faiz qs


Pengalaman Mendekati Kematian Syaikh Abdullah Faiz qs

Mawlana Syaikh HishamKabbani qs
Dari Buku Silsilah Rantai Emas Naqshbadni Haqqani



Bismillahir Rohmaanir Rohim


Syaikh `Abdullah Faiz ad-Daghestani qs ق bercerita dalam sebuah insiden penembakan yang terjadi selama pengabdian beliau dalam kemiliteran Ottoman. Suatu hari ada serangan dari musuh dan kami, 100 orang tertinggal dibelakang untuk mempertahankan wilayah perbatasan.  Aku adalah seorang penanda yang ulung, mampu memukul sebuah ancaman dari jarak jauh. Kami tidak mampu mempertahankan posisi kami di bawah serangan yang tajam.  Aku merasakan sebuah peluru menembus jantungku, aku pun terjatuh di tanah.

Ketika aku terbaring sekarat, aku melihat Nabi MuhammadSallallahu alayhi wasalam menghampiriku. Beliau berkata, ”Oh anakku, engkau ditakdirkan untuk meninggal di sini, namun kami masih memerlukanmu di bumi ini, baik secara spiritual maupun fisik. Aku datang padamu untuk menunjukkan bagaimana seorang manusia meninggal dan bagaimana malaikat mengambil nyawa.”

Beliau saw memberiku penglihatan di mana aku melihat rohku mulai meninggalkan tubuhku, dari sel ke sel, berawal dari ibu jari kakiku.  Begitu kehidupan dilepaskan,  aku dapat melihat berapa banyak sel-sel dalam tubuhku. Fungsi-fungsi setiap sel, dan penyembuh setiap penyakit dari setiap sel dan aku juga mendengar zikir di setiap sel tubuhku itu.

Begitu rohku mulai bergerak meninggalkan tubuh, aku mengalami apa yang orang rasakan ketika meninggal dunia.  Aku dibawa melihat berbagai keadaan saat kematian: kepedihan, kemudahan, dan kematian yang sangat membahagiakan.  Nabi Muhammad saw mengatakan, “Engkau termasuk orang yang meninggal dengan keadaan bahagia.”  Aku menikmati kematian itu, karena hal itu membuatku memahami ayat Quran, ‘Kami adalah milik Allah, dan pada-Nya kami kembali‘ [2:156].

Penglihatan itu berlanjut sampai aku mengalami saat rohku sampai pada napas terakhir.  Aku melihat malaikat maut datang dan mendengar pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan.  Segala macam penglihatan bagi orang yang sedang sekarat aku alami, namun aku masih dalam keadaan hidup, sehingga aku dapat memahami rahasia segala tingkatan itu.

Aku melihat rohku memandang ke bawah pada jasadku, dan Nabi Muhammad saw mengatakan padaku, “Kemarilah!”  Aku menemani Nabi saw  dalam sebuah penglihatan akan ketujuh surga.  Aku melihat apa pun yang Nabi saw inginkan aku melihatnya di dalam tujuh surga-surga itu.  Beliau mengangkatku pada maqam kebenaran dimana aku melihat nabi-nabi, semua awliya, seluruh syuhada, dan kaum yang lurus imannya.

Beliau mengatakan, “Oh anakku, sekarang aku akan membawamu melihat siksaan-siksaan neraka.“ Di sana aku melihat semua yang Nabi saw pernah sebutkan dalam hadis-hadis dan sabda beliau saw tentang siksaan-siksaan neraka. Aku pun berkata, “Ya Nabi, engkaulah yang dikirim sebagai wasilah bagi umat manusia, adakah cara agar mereka dapat terselamatkan?”  Beliau menjawab, “Anakku, dengan syafaatku mereka dapat terselamatkan.  Aku menunjukkan padamu, takdir dari kaum yang aku tidak mempunyai kekuatan untuk campur tangan atas mereka.”

Nabi saw berkata, “Anakku, kini aku kembalikan kamu ke dunia dan ke dalam tubuhmu.”  Begitu Nabi Muhammad saw mengatakan hal itu, aku melihat ke bawah di mana terlihat tubuhku telah membengkak.  Aku pun berkata pada Nabi saw, “Ya Nabi Allah, lebih baik aku di sini bersamamu.  Aku tidak mau kembali.  Aku bahagia bersamamu dalam Hadirat Ilahi.  Lihatlah dunia itu.  Aku sudah pernah di sana dan sekarang aku telah meninggalkannya.  Mengapa harus kembali? Lihat, tubuhku sudah membengkak.” Nabi saw menjawab, “Oh anakku, engkau harus kembali.  Itulah tugasmu.” 

Atas perintah Nabi saw, aku kembali pada tubuhku, meskipun aku tidak menginginkannya.  Aku melihat peluru telah menyatu dalam daging, dan pendarahan telah berhenti.  Begitu aku memasuki tubuhku, dengan lembut penglihatan itu pun berakhir.  Aku melihat para dokter di medan peperangan sedang mencari mereka yang masih hidup di antara yang telah gugur.  Salah seorang berteriak, “Yang itu masih hidup!”  Aku terlalu lemah untuk bergerak atau pun berbicara, sampai aku menyadari bahwa tubuhku telah tergeletak di sana selama 7 hari.  Mereka membawa dan merawatku, sampai kesehatanku pulih.

Mereka mengembalikanku pada pamanku.  Begitu aku bertemu Syaikh Sharafudin qs pamanku, beliau mengatakan, “Ohanakku, apakah kamu menikmati kunjunganmu?” Aku tidak menjawab “Ya” ataupun “Tidak” karena aku tidak tahu yang mana yang dimaksud pamanku, kunjungan kemiliteran atau kunjungan bersama Nabi saw. Kembali beliau bertanya, “Oh anakku, apakah kamu menikmati kunjunganmu bersama Nabi saw?“  Aku pun sadar bahwa beliau mengetahui segala hal yang telah terjadi padaku.  Aku pun langsung menghampirinya dan mencium tangan beliau sambil berkata, “Oh syaikhku, aku harus mengakui bahwa aku tidak ingin kembali.  Namun Nabi saw mengatakan bahwa itulah tugasku.”


Ketika Syaikh Abdullah qs Wafat Meninggalkan Kehidupan ini

Suatu hari pada tahun 1973 beliau mengatakan, “Nabi Muhammad saw memanggilku.  Aku harus pergi dan menjumpai beliau. Beliau mengatakan, ‘Engkau akan datang padaku setelah menjalani operasi mata,’” dan memang mata kiri beliau tidak begitu baik.  Beliau sudah memberi tanda pada kami bahwa beliau akan meninggalkan kami, namun kami tidak mampu menangkapnya.  Beliau hidup di dalam kami dan hidup dalam setiap orang yang pernah mengenalnya, bahkan kucing-kucing yang selalu berada di sekitar beliau.

Setelah beliau pergi untuk operasi mata, beliau tidak mau makan.  Kami memohon beliau untuk makan, namun beliau menolaknya dengan mengatakan, “Aku sedang berada dalam khalwat penuh, karena Nabi saw sedang memanggilku.”  Beliau hanya berkenan menerima roti kering yang dilembutkan dalam air, sekali sehari. Beliau berkata, “Aku tak mau hidup lebih lama lagi.  Aku ingin bergabung dengan Nabiku saw dan bersama beliau.  Beliau sedang memanggilku, Tuhan sedang memanggilku.” 

Hal ini seperti hantaman kilat bagi kami, namun kami tidak mempercayainya.  Beliau kemudian menulis sebuah wasiat yang menyatakan, “Hari Minggu yang akan datang, aku akan wafat.“  Berarti tanggal 30 September1973 atau tanggal 4 Ramadhan 1393 H. Semua orang terpukul dan takut menghadapi hari itu apakah ramalan beliau akan terjadi.

Saat itu pukul sepuluh, hari Minggu, tepat di saat yang beliau ramalkan, kami semua duduk di kamar beliau.  Syaikh `Abdullah ق berkata padaku, ”Rasakan detak jantungku.” Aku pun memeriksa nya dan hasilnya lebih dari 150.  Lalu beliau mengatakan, “Oh anakku, ini adalah detik-detik terakhir hidupku.  Aku ingin sendirian.  Semua harus pergi keruang rapat.”  Hanya tersisa 10 orang dalam kamarnya.  Dua orang dokter datang, salah satunya adalah kakakku dan satunya teman kami. Mereka berdua adalah ahli bedah. Grandsyaikh Abdullah qs tidak ingin yang lain kecuali saudara beliau yang ada dalam kamarnya.

Kami mendengar putri Grandsyaikh menjerit, “Ayahku telah wafat, ayahku telah wafat.”  Kami berlarian menuju kamar beliau dan melihat Grandsyaikh sudah tidak bergerak lagi.  Dengan cepat kakakku memeriksa detak jantung dan tekanan darahnya, namun tidak lagi terdeteksi. Dia berlari dengan histeris menuju mobil untuk mengambil sebuah alat penyemprot dan obat, lalu kembali lagi.  Dia masuk lagi dengan sikap yang sama, ingin menyuntik Syaikh di dadanya dan kembali memompanya.  Dokter yang lain mengatakan, “Apa yang kamu lakukan?  Syaikh sudah meninggal 7 menit yang lalu.  Hentikan ketololanmu.” Namun kakakku tetap bersikeras melakukannya.

Dan kemudian Grandsyaikh membuka mata beliau, mengangkat tangan dan berkata dalam bahasa Turki, “Burak!” yang berati “Hentikan!” Setiap orang terkejut.  Tidak pernah sebelumnya mereka mendengar mayat bisa berbicara.  Aku tidak akan melupakan hal ini sepanjang hidupku. Semua yang hadir, para profesor dan dokter pun tak pernah melupakannya. Setelah itu baru kakakku meletakkan peralatannya kembali. Kami hanya berdiri dalam keadaan takjub.  Beliau sudah meninggal atau belum? 

Apakah beliau hanya menyembunyikan diri sementara untuk kemudian kembali lagi?  Itulah rahasia yang Tuhan anugerahkan pada Kekasih-kekasihnya dan para Awliya yang bepergian dalam Kerajaan-Nya, dalam Cinta-Nya, di dalam Rahasia-Rahasia-Nya. Hari ini menjadi hari yang tak pernah terlupakan. 

Berita duka cita itu tersebar laksana tornado yang dahsyat, berputar dengan cepat melalui Damaskus, Aleppo, Jordan, Beirut.  Pelayat datang dari berbagai penjuru untuk melihat beliau terakhir kalinya.  Kami memandikannya, dan dari jasad sucinya tercium wangi.  Kami menyiapkan beliau dalam salat janazah dan pemakaman keesokan harinya. 

Seluruh ulama Damaskus hadir dalam pemakaman itu.  Empat ratus ribu orang turut dalam salat jenazah untuk beliau.  Penduduk berbaris di sepanjang rumah sampai masjid Ibnu Arabi, di mana beliau dibaringkan.

Ketika kami kembali ke rumah beliau setelah salat jenazah, kami melihat peti mati meluncur di antara kepala-kepala  para pelayat tanpa ada bantuan siapa pun, bergerak dari masjid beliau menuju pemakaman. Butuh waktu 3 jam untuk kembali dari masjid Muhyiddin Ibnu Arabi ق menuju masjid Grandsyaikh, padahal biasanya hanya ditempuh dalam waktu 20 menit. Hal ini disebabkan besarnya kerumunan para pelayat di jalanan.

Semua orang menangis, mereka tidak menginginkan Grandsyaikh Abdullah qs dikubur.  Tidak seorang pun yang mempercayainya dan mau menerimanya.  Hal itu cukup membuat kami mengingat keadaan para Sahabat ketika ditinggalkan oleh Nabi Muhammad saw.  Kami memahami mengapa Umar ra, Utsman ra, dan`Ali ra tidak mampu menerima ketika Nabi Muhammad saw telah meninggal dunia.  Kami mengalami keadaan itu, dan kami membayangkan bagaimana bisa Abu Bakar ra menanggung perasaan itu.

Semua pejabat pemerintahan dan para ulama datang kemasjid menunggu pemakaman beliau. Tiba-tiba tidak tahu asalnya sebuah pesan disampaikan pada imam yangmengatakan bahwa, “Jangan mengubur Grandsyaikh Abdullah Faiz ad-Daghetsani qs sampai Syaikh Nazhim ق tiba.”  Tak seorang pun percaya akan pesan itu, karena tidak ada cara untuk mengontak Syaikh Nazhim ق yang sedang berada di Siprus. 

Tidak ada telepon, mesin faks, ataupun telegram ssat itu, yang memakan waktu 2 hari.  Tidak ada yang percaya bahwa pesan itu adalah nyata. Namun karena cinta kami pada syaikh, kami bahagia untuk menunda pemakaman itu dan menunggu sampai Syaikh Nazhim  قdatang.

Saat itu adalah bulan Ramadhan, semua orang berpuasa.  Para ulama dan kerumunan tidaklah surut.  Ada yang ingin pulang, kami mengatakan bahwa mereka bebas untuk kembali, namun kami tetap akan menunggu.  Setelah beberapa waktu menunggu, dan hanya pengikut beliau yang paling setia yang masih tersisa.  Sebelum matahari terbenam, Syaikh Nazhim ق menaiki tangga.  Bagaimana beliau tiba dengan tiba-tiba tidak seorang pun tahu. Masih menjadi misteri sampai saat ini.

Syaikh Nazhim ق membawa jasad Grandsyaikh Abdullah qs kemasjid dan kembali melakukan salat untuk beliau.  Syaikh Nazhim ق menguburkan jasad Syaikh `Abdullah ق dengan tangan beliau sendiri.  Ketika beliau mengusap debu diwajahnya, kami mencium wangi cendana, amber, musk yang tidak biasa kami cium sebelumnya.  Syaikh Nazhim ق meminta kami semua untuk naik dan berbuka puasa.  Hanya aku dan kakakku yang tetap tinggal, melihat dari jendela untuk melihat apa yang terjadi.

Syaikh Nazhim ق berdiri di pusara makam, seperti sedang salat.  Dan hanya dengan kedipan mata, Syaikh Nazhim ق menghilang.  Peristiwaini semakin memberi kami kejutan setelah berbagai kejutan yang terjadi.  Tak ada kata yang mampu kami ucapkan.  Limabelas menit lewat dan tiba-tiba kami melihat Syaikh Nazhim ق muncul kembali di tempat beliau menghilang. Kami berlari ke pintu begitu Syaikh Nazhim ق keluar.  Beliau berkata, “Mengapa kalian masih di sini? Belum berbuka puasa?  Baiklah, lebih baik temani aku!” Kami pun turun dan berbuka puasa bersama beliau.  Syaikh Nazhim ق kembali ke Beirut malam itu juga, dan naik pesawat menuju Siprus.


Wa min Allah at Tawfiq

Kematian Diusia Muda


Kematian Diusia Muda
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani qs
Diambil dari Buku Tentang Kematian


BismillahirRohmaanirRohim


Kematiandi masa muda dari siapa pun, terutama dari seseorang yang dekat di hati kita, akan terasa luka kesedihan yang amat dalam dan menjadi bagian yang terdalam dari keberadaan kita, dan sering membuat kita bertanya “Mengapa?”

Beberapa tahun yang lalu Syaikh Nazhim qs diundang oleh sebuah keluarga yang baru saja kehilangan putranya yang berusia 20 tahun karena kecelakaan mobil. Hari itu adalah peringatan 40 hari kematian putra mereka, dan Mawlana Syaikh Nazhim Adil Haqqani qs diminta untuk melakukan doa khusus pada hari itu.

Selama doa berlangsung, sang ibu terus menangis. Setelah acara selesai Mawlana Syaikh Nazhim qs berkata kepada wanita tersebut, “Setiap malam setelah matahari terbenam ruh anakmu berdiri di depan pintu menunggu untuk masuk. Tetapi ketika dia melihat engkau menangis dia berbalik karena itu membuatnya sedih.“

Tidak ada yang lebih membuat sedih mereka yang telah meninggal dunia ketika melihat orang-orang yang mereka cintai menangis, karena itu berarti mereka belum bisa menerima Ketentuan Tuhan. Orang-orang yang telah meninggal tahu bahwa hal terpenting adalah Kehendak Tuhan.

Orang-orang yang sungguh-sungguh ingin mengetahui, yang ingin memahami arti dari tantangan besar yang disebut hidup dan mati, Sang Pencipta tak akan meninggalkan mereka. Dia masih mempunyai orang-orang-Nya untuk memberitahu kita, mereka adalah para Awliya (Wali-Wali Allah), orang-orang yang suci. Mawlana Syaikh Nazhim adalah salah satu dari mereka.

Bagi mereka yang telah mencapai tingkat kesucian, yang berarti kita mengikuti KehendakTuhan dalam segala hal, maka hidup mereka dalam penjagaanNya, tetapi bagi kita yang hidup banyak melanggar larangannya, maka hidup kita akan dipenuhi oleh banyak kecelakaan. Kapanpun kita melanggar perintah-Nya, kita akan kehilangan Perlindungan-Nya dan jalan hidup yang kita ambil akan sangat salah.

Kebanyakan orang tidak tahu apa sesungguhnya arti kematian. Kita hidup dalam suatu masyarakat yang merasa telah mencapai puncak peradaban. Tetapi mereka tak mampu memahami apa arti kehidupan dan pada akhirnya peranan kematian di dalamnya. 

Dunia ini adalah dunia di mana Sang Pencipta secara teratur mengirimkan Nabi-Nabi-Nya untuk secara akurat menjelaskan berbagai pertanyaan mendasar tentang eksisitensi kita. Tetapi dunia sekarang, larut dalam tujuan-tujuan dan kebutuhan yang sifatnya materialistis, dan beranjak semakin jauh dari keinginan untuk mengerti tentang jalanNya, dan merekapun tidak mau mendengarkan.

Sesuai penciptaan kita sebagai manusia, kita haus akan rasa menyatu”. Kita cenderung untuk mencari orang-orang yang akan mengisi tempat yang dulunya diisi oleh Para Nabi atau Para Raja. Orang-orang yang misinya adalah menyatukan kita dan membimbing kita kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. Orang-orang tersebut ada bukan untuk kesenangan ego mereka, atau agar mereka dikagumi, tetapi untuk melayani Tuhannya dengan membawa orang-orang kembali kepada-Nya. Di masa sekarang ini banyak pemahaman seperti ini dengan sangat cerdik berusaha untuk diingkari, orang-orang mencari idola-idola lain sebagai pemersatu mereka, para pemimpin yangtidak mengerti jalan keada Allah, dan idola-idpla lainnya.

Ketika ruh meninggalkan jasadnya dan naik ke Surga, hal pertama yang ditanyakan adalah, “Siapa kalian?” Terkadang Pintu Surga itu terbuka dan ruh tersebut dipersilakan masuk; tetapi kadang-kadang pintu itu tetap tertutup dan ruh tersebut jatuh lagi ke bawah. Tidak penting apakah orang itu pengemis, raja atau seorang putri. Malaikat penjaga pintu Surga mengetahui nama-nama orangyang dipersilakan masuk dan mana yang tidak.

Sayyidina Muhammad saw, Penutup para Nabi, Khatamul Anbiya bersabda bahwa agama berarti memberi nasihat. Nasihat adalah menunjukkan jalan bagi orang-orang, jalan yang baik dan jalan yang buruk. Untuk menunjukkan perbedaan antara langkah yang benar dan langkah yang salah, jalan yang benar dan jalan yang salah.

Seluruh Nabi datang untuk menasihati orang, karena Setan dan pengikutnya mempunyai target utama untuk menyesatkan orang pada jalan yang salah. Ketika Saya berada di Amerika, Saya melihat sebuah tulisan pada rambu-rambu peringatan bag kendaraan bermotor yang mengatakan, “Salah Jalan!” Saya pikir sebagian besar pengendara pasti memperhatikan rambu-rambu seperti itu.

Demikianpula Allah telah mengutus Nabi-Nabi dengan pesan yang jelas baik yang benar maupun yang salah. Tetapi orang-orang tidak peduli. Setan mengatakan kepada mereka bahwa itu tidak benar dan bahwa mereka tidak perlu menerimanya. Dabn manusia mendengarkan perintah setan ini. Setan mengatakan pada mereka bahwa firman Allah menghambat kesenangan dan merupakan sebuah rintangan dalam memuaskan hasrat fisik. Dia menawarkan kebebasan. Di lain pihak, para Nabi menawarkan disiplin dan kejelasan antara apa-apa yang diperbolehkan dengan apa-apa yang dilarang.

Mengapa Abu Jahal dan sahabatnya tidak menerima pesan yang dibawa Sayyidina Muhammad saw dan malah menentangnya? Karena mereka tidak menerima disiplin. Mereka ingin kebebasan sepenuhnya, dapat melakukan apapun yang diinginkannya. Semua penyembah berhala tidak menerima pesan-pesan Ilahiah. Mereka ingin bebas seperti orang di hutan yang hidup tanpa aturan.

Dengan jalan yang sama orang-orang dewasa zaman ini tidak ingin menerima Disiplin Ilahiah dan mereka mengalami kemunduran hari demi hari. Orang-orang yang bodoh masih mengikuti Setan hari ini; mereka lupa bahwa setiap langkah yang salah membawa hukuman bagi mereka.

Hariini ada sebuah kecelakaan. Sejak pagi, setiap berita dipotong, satu-satunya berita yang ada hanyalah menyangkut seorang hamba Tuhan kita yang hidupnya berakhir dalam sebuah kecelakaan mobil. Orang berbicara tentang dia dari Timur ke Barat, memperlihatkan fotonya… begitu banyak foto…Tetapi mereka tidak memberikan nasihat untuk orang. 

Tak ada yang tahu di mana dan kapan Malaikat pencabut nyawa, Malikat Izrail as berada, dan berikutnya akan sampai di mana. Ada sebuah pohon di Surga ke-7 yang mempunyai daun sejumlah banyaknya manusia yang hidup di bumi. Pada setiap helai daun tertulis nama seseorang. Ketika saatnya tiba, daun tersebut jatuh ke tangan malaikat Izrail as yang kemudian dia melihat nama itu. Ini terjadi 40 hari sebelum kematian seseorang.

Orang-orangsuci (Wali Allah) mempunyai kemampuan untuk melihat alam ghaib dapat mengenali bila seseorang akan meninggal dalam waktu 40 hari. Itu dikarenakan wajah mereka akan berubah. Bahkan jika dia tidak mengalami kecelakaan mobil, dia tetap akan tetap meninggal pada hari itu dengan jalan yang berbeda.

Saya mendengar sebuah keluarga yang pergi dari Turki ke Jerman dengan anak yang sakit untuk menemui dokter. Ketika pesawatnya lepas landas, dia meninggal. Mereka tidak dapat menghentikannya. Tak seorang pun yang tahu kapan seseorang akan mati dan bagaimana dia akan mati. Hanya Allah yang tahu.


Kematian

Ketika kalian menutup mata di dunia ini, alam lain akan terbuka di depan kalian. Ketika kalian menyelesaikan hidup ini, kehidupan lain akan dimulai. Setiap orang akan meraihnya. Mereka akan mati dan menutup mata mereka dan alam baru akan muncul dalam pandangan mereka. Kadang-kadang orang meninggal dengan mata terbuka; itulah sebabnya mengapa syariah mengharuskan kita untuk menutup mata mereka.

Waktu kematian adalah saat di mana kalian akan memiliki perspektif sejati. Kalian akan melihat dan mengerti tentang kehidupan sejati, yang tak pernah berakhir. Itu adalah kesenangan yang tak pernah berakhir. Ini maksudnya agar kalian tidak hanya memikirkan kehidupan didunia ini dan kesenangan-kesenangan yang ada di dalamnya. Ambillah hanya apa yang kalian butuhkan dalam hidup yang singkat ini dan berikan lebih banyak perhatian pada kehidupan akhirat yang lebih panjang. Dunya adalah sebuah kehidupan yang singkat. Setelah itu datanglah kehidupan yang panjang. Allah meminta agar hamba-hamba-Nya tidak terlalu sibuk dengan kesenangan dunia yang singkat ini; dan agar mereka mempersiapkan kesenangan bagi kehidupan panjang mereka.

Segala sesuatu yang berada di dunia adalah imitasi dari kehidupan sejati. Itu adalah kehidupan yang pendek dan sementara seperti halnya sebuah jembatan di mana kalian berjalan menuju kehidupan kalian yang kekal. Sebagian orang lewat dengan cepat dan menyelesaikan langkah mereka dalam kehidupan ini. Yang lain lebih lama, tetapi semakin lama, semakin berat karena ‘musim semi’ bagi hidup kita sangat singkat. Setelah itu hidup berlangsung dengan cepat. 

Ketika‘musim semi’ dari kehidupan kalian telah pergi, kalian tidak akan merasakan jalan yang sama seperti biasanya. Setelah periode bersemi, hidup akan semakinberat dan berat lagi. Jangan berpikir bahwa jika seseorang telah mencapai usia 60 tahun, 65, 70, 75, 80, 85 atau 90 tahun maka itu akan menyenangkan! Tidak! Orang-orang ini selalu bertanya kapan kematian akan menjemput mereka.

Pada kenyataannya, hidup kalian sangat singkat. Setelah periode yang singkat itu, hidup kalian akan menjadi suatu beban yang sangat berat. Sebaliknya, ketika kalian telah mencapai kehidupan yang kekal, hari-hari akan dipenuhi kesenangan dan kebahagiaan. Satu-satunya kehidupan yang lebih baik adalah kehidupan yang tak pernah berakhir. Kejarlah untuk itu. Jangan mengejar kehidupan yang singkat.

Bayangkan jika pada jalur kendaraan bermotor tertulis, “Hidup yang tak pernah berakhir” dan “Hidup yang berakhir” mana yang akan kalian pilih? Yang satu bersifat sementara dan akan berhenti, yang lainnya berlanjut terus-menerus… tak pernah berhenti. Siapa pun yang mencapainya, tak akan pernah menjadi tua, menghadapi kesulitan, kelelahan atau mencapai suatu akhir. Di lain pihak, yang satunya akan berhenti dan ketika dia telah selesai, kalian akan musnah bersamanya.

Yang mana yang lebih kalian sukai? Yang tak pernah berakhir atau yang singkat? Yang mana yang kalian persiapkan? Saya tidak berpikir bahwa seseorang menginginkan hidup yang singkat yang penuh dengan kesulitan, kesedihan, masalah dan penderitaan. Saya tidak dapat berpikir bahwa seseorang akan memilihnya melebihi kehidupan tanpa ada masalah, penderitaan, keburukan, kotoran, musuh, kegelapan, kecelakaan, kejahatan dan setan.

Kita mendekati pilihan ini. Beberapa di antara kalian telah melewati ‘musim semi’ kalian, yang lain telah mencapai usia pertengahan dan di antara kalian bahkan ada yang lebih dekat ke akhir dari kehidupan yang singkat ini. Kalian harus berusaha untuk membuat pilihan yang benar. Jangan hanya mengejar dunia dan mempersiapkan diri untuk hidup yang singkat. Seseorang yang melakukannya berarti mereka tidak mempunyai otak.

Waktu berjalan. Tak seorang pun dapat menghentikannya. Kita berada dalam waktu. Waktu mengambil kita dari masa kanak-kanak menuju masa pertengahan lalu ke titik akhir kehidupan. Tiba-tiba dia akan meninggalkan kita dan kita akan jatuh.

Wahai hamba-hamba Allah! Lihat dan ambil pelajaran dari apa yang terjadi pada banyak orang. Lihat apa yang terjadi pada mereka pada akhirnya. Tak ada derajat kerajaan yang dapat melindungi seseorang atau memberi mereka sebuah kehidupan yang kekal. Kita harus mencoba untuk mencapai kehidupan yang kekal. Jadilah orang yang beriman dan ikuti jalannya para Malaikat, jalan Awliya, Sahabat, jalan para Anbiya dan Nabi Penutup.

Kalian dapat mengambil segala sesuatu yang telah diperbolehkan bagi kita, tetapi cobalah untuk menjadi hamba Allah yang baik, seseorang yang mengagungkan Allah, menuji Nabi-Nya dan hamba-hamba-Nya. Kalian adalah kandidat untuk berada di Hadirat Allah. Cobalah untuk mencapai titik ini. Jika kalian mencoba, maka kalian akan mencapainya.

Yaa Allah, ajarkanlah kami langkah yang benar. Jangan tinggalkan kami pada langkah yang salah!

Setiap akhir yang buruk adalah hasil dari langkah-langkah yang salah. Tak seorang pun yang akan memiliki akhir yang buruk kecuali mereka yang telah melangkah dijalur yang salah. Perbuatan yang salah berarti langkah yang salah. Perbuatanyang salah adalah milik Setan dan dia telah dikutuk dan diusir dari Hadirat Ilahi.

Ingatlah akan hal ini, karena minggu-minggu, bulan-bulan dan tahun demi tahun semakin berlalu dan kalian tidak akan bisa mengubahnya. Saat malaikat kematian mendatangi kalian dan meminta kalian untuk pergi bersamanya, kalian hanya bisa pasrah. Inilah hari di mana Tuhan kalian akan memberikan Penilaian-Nya pada kalian. Berusahalah untuk membuatnya menjadi hari yang bersih dan baik bagi kalian. Itu akan memberikan kalian kebahagiaan, kepuasan didunia dan di akhirat dan kebahagiaan bagi fisik kalian juga.

Wa min Allah at Tawfiq

Sayidina Abu Bakr as-Siddiq ra


Sayidina Abu Bakr as-Siddiq ra - Semoga Allah Ridha Kepadanya


 


Hanya satu malamsaja
sang bulanmengarungi gugusan bintang
Mengapakah mi'rajkau bantahkan?

Sang Nabi-Mutiaraindah tak terkirakan
bagaikanberatus-ratus rembulan
Ia yang hanyadengan sedikit pergerakan
terbelah dualahsang rembulan.

Keajaibanditunjukkannya sesuai batas pemahaman
Semesta tak bertepidengan kerlip bintang,
di sanalah segalaurusan para nabi dan utusan

Lampauilah semesta,
Lampauilahperputarannya
Kan kaulihat segala urusan yang dimaksudkan

Rumi, Matsnawi.

Rahasia diteruskandan mengalir dari Guru seluruh umat, Rasulullah  saw kepadaKhalifah Pertama, Imam dari semua Imam Abu Bakar ash-Shiddiq ra .Melalui beliau agama mendapat dukungan dan kebenaran dilindungi.  Allah swt menyebut dan memujinya dalambeberapa ayat al-Qur’an yang suci,

“Adapun orang yangmemberikan (hartanya di jalan Allah swt) dan bertaqwa, dan membenarkan adanyapahala yang terbaik (surga), maka kelak Kami sediakan jalan yang mudah.”(al-Lail 5-7)

“Dan kelak akandijauhkan orang yang paling bertaqwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya(di jalan Allah swt) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang punmemberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi dia (memberikanitu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi.” (al-Lail17-20)

Ibn al-Jawzimenyatakan bahwa seluruh ulama Muslim dan para Sahabat yakin bahwa ayat-ayattersebut merujuk kepada Abu Bakar ra.  Diantara orang banyak, beliau dipanggil dengan sebutan “Al-Atiq,” artinya “yangpaling shaleh dan dibebaskan dari api neraka.”

Ketika ayat 56 Surat al-Ahzab diturunkan,yaitu bahwa, “Allah swt dan malaikatnya bershalawat kepada Rasulullah saw,” Abu Bakar  ra bertanya apakah beliau termasuk yang mendapatberkah tersebut.  Kemudian ayat 43diturunkan dan dinyatakan bahwa,

“Dialah yangmemberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supayaDia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalahDia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (al-Ahzab 43)

Ibn Abi Hatimmenerangkan bahwa ayat ke-46 Surah Ar-Rahman merujuk kepada Abu Bakarash-Shiddiq ra,

“Dan bagi orangyang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” (Ar-Rahman (46)

Dan “Kamiperintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehinggaapabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telahEngkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuatamal yang saleh yang Engkau ridhoi; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberikebaikan) kepada anak cucuku.

Sesungguhnya akubertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserahdiri. Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baikyang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersamapenghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepadamereka.” (Al-Ahqaf (15-16))

Ibn `Abbas berkatabahwa ayat ini merupakan deskripsi tentang Abu Bakar ash-Shiddiq ra, Allah swt memuliakan dan mengangkatkedudukannya di antara seluruh Sahabat Rasulullah saw.  Selanjutnya Ibn `Abbas mencatat bahwa ayat 158 Surah Al-Imran diturunkan denganmerujuk kepada Abu Bakar ra dan‘Umar ra,

“Mintalah nasihatmengenai masalah-masalah penting kepada mereka.” (Al-Imran (158))

Akhirnya,kehormatan terbesar bagi Abu Bakar ra yaitudalam menemani Rasulullah saw dalam hijrahnya dari Makkah ke Madinah,ditunjukkan oleh ayat:

“Ketika orang-orangkafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorangdari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepadatemannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah swt besertakita.” (At-Tawbah (40)

Sebagai tambahanterhadap pujian Allah kepadanya, Abu Bakar ash-Shiddiq ra jugamenerima pujian dari Rasulullah saw dan para sahabatnya.  Hal ini dicatat dalam banyak riwayat haditsyang terkenal.

Rasulullah saw bersabda,

"Allah akanmenunjukkan Keagungan-Nya kepada orang-orang secara umum, tetapi Dia akanmenunjukkannya secara khusus kepada Abu Bakar ra.”

"Tidak pernahmatahari menyinari seseorang lebih terang daripada Abu Bakar ra, kecuali dia seorang nabi.”

"Tak satu punyang diturunkan kepadaku yang tidak kuberikan ke dalam hati Abu Bakar ra.”

“Tidak adaseseorang pun di mana aku mempunyai kewajiban tetapi tidak perlu membayarutangku kembali kecuali Abu Bakar ra, karena Aku berhutang banyak kepadanya danAllah akan menggantinya di Hari Pembalasan nanti.”

“Jika aku akanmengangkat seorang sahabat karib (khalil) selain Tuhanku, aku akan memilih AbuBakar ra."

"Abu Bakar ra tidakmendahuluimu karena banyak melakukan shalat atau puasa, tetapi karena rahasiayang ada dalam hatinya.” 

Bukharimeriwayatkan dari Ibn `Umar ra bahwa,"Di masa Rasulullah saw kita tidak mengenal seseorang yang lebihtinggi daripada Abu Bakar ash-Shiddiq ra, lalu `Umar ra, dan `Utsman ra."

Bukhari jugameriwayatkan dari Muhammad ibn al-Hanafiya (putra Sayidina ‘Ali ra karamAlahu wajah) bahwa, “Aku bertanya kepada ayahku, ‘Siapaorang terbaik setelah Rasulullah saw ?’  Beliau menjawab, ‘Abu Bakar ra.’  Akubertanya, ‘Siapa lagi?’ Beliau berkata, ‘Umar ra’  Sayatakut berikutnya beliau akan mengatakan ‘Utsman ra, jadi aku berkata, ‘lalu bagaimana denganengkau sendiri?’  Beliau (Sayidina Ali as) menjawab, ‘Akuhanya orang biasa saja.’”

Tabaranimeriwayatkan melalui Mu`adz ra bahwaRasulullah saw bersabda, “Aku mempunyai pengelihatanspiritual di mana aku diletakkan di salah satu timbangan dan ummatku berada disisi yang lain dan ternyata aku lebih berat. Kemudian Abu Bakar ra ditempatkan di satu sisi dan ummatku di sisi yang lain, ternyata Abu Bakar ra lebihberat.  Kemudian ‘Umar ra diletakkandi satu sisi dan ummatku di sisi yang lain, ternyata ‘Umar ra lebihberat.  Kemudian ‘Utsman ra diletakkandi satu sisi dan ummatku di sisi yang lain, ternyata ‘Utsman ra lebihberat.  Lalu timbangan itu terangkat.”

Hakim meriwayatkanbahwa  `Ali ra pernahditanya, ‘Wahai Penguasa yang beriman, terangkanlah kepada kami tentang AbuBakar ra.” Beliau menjawab, “Beliau adalah orang yang Allah  panggil dengan sebutan ash-Shiddiq di lidahRasulullah saw dan beliau adalah seorang khalif (penerus)Rasulullah saw. Kita menerimanya untuk agama kita dan kehidupan dunia kita.”

Banyak hadits lainyang menunjukkan  pencapaian Abu Bakarash-Shiddiq ra yanglebih tinggi dibandingkan para Sahabat yang lain. 

Abu Bakar ra merupakanteman terbaik dan sahabat tercinta dari Rasulullah saw. Selama hidupnya beliau diberkati untuk menjadi orang yang pertama danutama, baik dalam hal keyakinan, dukungan, maupaun cinta terahadap Rasulullah saw. Untuk itu beliau diberi kehormatan dengan gelar ash-Shiddiq, atau yangbenar.

Beliau adalah orangdewasa pertama yang merdeka yang menerima Islam dari tangan Rasulullahsaw. Beliau tidak pernah bergabung untuk menyembah berhala yang dilakukanpara leluhurnya.  Beliau memeluk Islamtanpa keraguan.  Bertahun-tahun kemudianRasulullah saw mengingatkan, “Setiap kali Aku menawarkanIslam kepada seseorang, orang itu selalu menunjukkan keengganan atau keraguandan mencoba untuk berargumentasi.  HanyaAbu Bakar ra yangmenerima Islam tanpa keraguan dan argumentasi.”

Beliau yang pertamadalam hal dukungan spiritualnya.  Beliauselalu kukuh dalam memberi dukungannya selama masa-masa sulit di Makkah.  Beliau yang pertama berbicara ketika terjadikejadian-kejadian di luar pemahaman akal, khususnya di antara Muslim baru,seperti halnya dalam kasus Isra’ dan Mi’raj.  Kemudian di Madinah ketika perjanjian Hudaybiya ditandatangani, hanyaAbu Bakar ra yangkukuh imannya.  Beliau menasihati parasahabatnya agar tidak bersifat kritis, melainkan tetap patuh dan setia kepadaRasulullahsaw.

Beliau juga yangpertama dalam hal bantuan material. Ketika  Muslim lain memberi banyakharta untuk memperkuat iman mereka, Abu Bakar ra adalahorang pertama yang memberikan seluruh harta yang dimilikinya.  Ketika ditanya apa yang ditinggalkan untukanak-anaknya, beliau menjawab, “Allah dan Rasulullah saw.” Ketika mendengar ini ‘Umar ra berkata,“Tidak ada yang bisa melebihi Abu Bakar ra dalammemberi pelayanan kepada Islam."

Beliau juga yangpertama dalam hal keramahan dan belas kasihan kepada mukmin pengikutnya. Sebagai pedagang yang sangat makmur, beliau selalu memperhatikan orangyang lemah dan miskin.  Beliaumembebaskan 7 orang budak sebelum meninggalkan Makkah, di antaranya termasukBilal ra. Beliau bukan hanya membelanjakan uangnya yang sangat banyak untukmembebaskan mereka tetapi beliau juga membawa mereka ke rumahnya dan mendidikmereka. 

Ketika beliaumenjabat sebagai khalifah  beliauberkata, “Tolonglah Aku, jika Aku benar dan koreksilah Aku jika Aku salah.  Orang-orang yang lemah di antara kalian harusmenjadi kuat bersamaku sampai atas Kehendak Allah, haknya telah disyahkan.  Orang-orang yang kuat di antara kalian harusmenjadi lemah bersamaku sampai, jika Allah swt menghendaki, Aku akan mengambilapa yang harus dibayarnya.  Patuhilah Akuselama Aku patuh kepada Allah dan Rasulullah saw, bila Aku tidak mematuhi Allah swt danRasulullah saw, jangan patuhi Aku lagi.” 

Di masa-masa awalagama Islam, penafsiran mimpi dianggap sebagai praktek spiritual.  Hanya mereka yang mempunyai hati yang sucidan penglihatan spiritual yang bisa mengalami mimpi yang bermakna, dan hanyamereka yang hatinya suci dan mempunyai pengelihatan spiritual yang dapatmenafsirkan mimpi tersebut. Abu Bakar ra merupakanpenafsir mimpi yang terkenal.  Rasulullahsaw  sendiri hanya akan berkonsultasidengan beliau dalam mencari kejelasan tentang mimpi kenabiannya. 

Sebelum perangUhud, Rasulullah saw dalam mimpinya melihat bahwa beliau menggembalakan ternak,tetapi  beberapa di antaranya telahdisembelih.  Pedang yang beliau pegangpatah.  Abu Bakar ra  menafsirkanbahwa binatang yang telah disembelih menunjukkan adanya kematian beberapaMuslim, dan pedang yang patah menandakan akan ada salah satu kerabat Rasulullahsaw yang meninggal.  Sayangnya keduaprediksi ini menjadi kenyataan dalam perang Uhud.

Abu Bakar ra jugaseorang penyair sebelum menjadi Muslim. Beliau dikenal dengan deklamasinya yang luar biasa dan ingatannya yangsempurna terhadap puisi yang panjang yang menjadi kebanggaan bangsa Arab.   Kualitas ini menjadikan beliau menonjoldalam Islam.  Bacaan Qur’annya sangatjelas dan menyentuh sehingga banyak orang yang masuk Islam hanya karenamendengar bacaan beliau ketika sedang berdo’a. Orang-orang Quraisy berusaha melarang beliau berdo’a di halaman rumahnyauntuk menghindari agar orang-orang tidak mendengarnya.

Juga karenaingatannya, banyak Hadits penting yang sampai pada kita sekarang.  Di antaranya adalah hadits yang menunjukkantata-cara shalat yang benar dan yang menjelaskan secara spesifik mengenaiproporsi yang tepat dalam zakat.  Tetapitetap saja di antara ribuan Hadits yang telah dibuktikan kesahihannya, hanya142 saja yang berasal dari Abu Bakar ra. Putri beliau, ‘Aisya menyatakan bahwa ayahnya mempunyai buku berisilebih dari 500 Hadits tetapi suatu hari beliau menghancurkannya. Pengetahuanyang tetap disembunyikan oleh Abu Bakar ra adalahyang berhubungan dengan pengetahuan surgawi, `ilmu-l-ladunni, yang menjadisumber bagi pengetahuan para Wali, pengetahuan yang hanya dapat diteruskan darihati ke hati.

Meskipun beliauseorang yang lemah lembut, beliau juga menjadi orang pertama dalampertempuran.  Beliau memberi dukungankepada Rasulullah saw dalam semua kampanyenya baik dengan pedang maupun dengannasihatnya.  Ketika yang lain gagal danmelarikan diri, beliau tetap berada di sisi Rasulullah sawyang tercinta. Diriwayatkan bahwa suatu ketika ‘Ali as bertanyakepada para sahabat siapa yang mereka anggap paling berani.  Mereka menjawab bahwa ‘Ali-lah yang palingberani.  Tetapi beliau menjawab, “Bukan!  Abu Bakar-lah yang paling berani.  Dalam perang Badar di mana tidak ada satu punyang berdiri untuk menjaga Rasulullah saw shalat, Abu Bakar ra berdiridengan pedangnya dan tidak membiarkan musuh mendekat.”

Sudah tentu beliauyang menyusul Rasulullah saw sebagai Khalifah dan pemimpin yang jujur.  Beliau mendirikan Departemen Keuangan Umum(Baytu-l-mal) untuk memelihara orang miskin dan orang-orang yangmembutuhkan.  Beliau juga yang pertamadalam mengkompilasi seluruh al-Qur’an dan menyebutnya sebagai"Mushaf."

Dalam hal transmisispiritual, beliau adalah orang pertama yang memberi instruksi dalam metodemembaca Kalima (La ilaha ill-Allah) yang keramat untuk memurnikan hati dengancara berdzikir, dan sampai sekarang, metode itu masih dilakukan dalam thariqatNaqsybandi. 

Meskipun Allah swt memuliakanAbu Bakar ra denganmenjadikannya orang yang pertama dalam segala hal,  Allah bahkan memberinya kemuliaan lebih banyak ketika beliau memilih untukmenjadi yang kedua.  Karena Abu Bakar ra satu-satunyasahabat Rasulullah dalam hijrahnya dari Makkah ke Madinah.  Mungkin sebutan akrab bagi beliau adalah"yang kedua di antara berdua ketika mereka berada dalam gua," sepertiyang telah disebutkan dalam Surat9:40. Umar ra berkata,“Aku berharap suatu hari nanti, seluruh amal dalam hidupku akan setara denganamalnya.”

Ibn `Abbas berkatabahwa suatu hari Rasulullah saw sakit. Beliau pergi ke masjid dengan kepala yang ditutupi sehelai kain.  Beliau duduk di  minbar, dan berkata, “Jika Aku harusmengangkat seseorang sebagai teman akrabku (khalil), Aku akan memilih Abu Bakar ra, tetapi teman terbaik bagiku adalahpersahabatan dalam Islam.”  Kemudianbeliau memerintahkan agar semua pintu rumah di sekitar masjid yang terbuka kearah masjid Rasulullah saw agar ditutup kecuali pintu milik Abu Bakar ra.  Danpintu itu tetap terbuka sampai hari ini.

Keempat Imam danMasyaikh Naqsybandiyya memahami dari Hadits tersebut bahwa seseorang yangmendekati Allah swt melalui ajaran dan tauladan Abu Bakar ra akanmenemukan dirinya melewati satu-satunya pintu yang tetap terbuka kepadaKehadirat Rasulullah saw.


DariKata-katanya Sayidina Abu Bakar as-Shidiq ra

“Tidak adapembicaraan yang baik jika tidak diarahkan untuk memperoleh ridha Allah.  Tidak ada manfaat dari uang jika tidak dibelanjakandi jalan Allah swt.  Tidak ada kebaikandalam diri seseorang jika kebodohannya mengalahkan kesabarannya.  Dan jika seseorang tertarik dengan pesonadunianya yang rendah, Allah tidak akan ridha kepadanya selama dia masihmenyimpan hal itu dalam hatinya.”

“Kita menemukankedermawanan dalam Taqwa (kesadaran akan Allah swt), kekayaan dalamYaqin(kepastian), dan kemuliaan dalam kerendahan hati.”

“Waspadalahterhadap kebanggan sebab kalian akan kembali ke tanah dan tubuhmu akan dimakanoleh cacing.”

Ketika beliaudipuji oleh orang-orang, beliau akan berdo’a kepada Allah swt dan berkata, “YaAllah, Engkau mengenalku lebih baik dari diriku sendiri, dan Aku lebih mengenaldiriku daripada orang-orang yang memujiku. Jadikanlah Aku lebih baik daripada yang dipikirkan oleh orang-orang inimengenai diriku, maafkanlah dosa-dosaku yang tidak mereka ketahui, danjanganlah jadikan Aku bertanggung jawab atas apa yang mereka katakan.”

“Jika kalianmengharapkan berkah Allah, berbuatlah baik terhadap hamba-hamba-Nya.”

Suatu hari beliaumemanggil Sayidina ‘Umar ra danmenasihatinya sampai ‘Umar ra menangis.Sayidina Abu Bakar ra berkatakepadanya, “Jika engkau memegang nasihatku, engkau akan selamat, dan nasihatkuadalah ‘Harapkan kematian selalu dan hidup sesuai dengannya.’”

“Mahasuci Allahyang tidak memberi hamba-hamba-Nya jalan untuk mendapat pengetahuanmengenai-Nya kecuali dengan jalan ketidakberdayaan mereka dan tidak ada harapanuntuk meraih pencapaian itu.”

Abu Bakar ra berpulangke Rahmatullah pada hari Senin (seperti halnya Rasulullah saw)  antara Maghrib dan ‘Isya pada tanggal 22Jumadil Akhir, 13 AH.  Semoga Allah SWT memberkatinyadan memberinya kedamaian.  Rasulullah saw pernah berkata kepadanya, “Abu Bakar ra, engkau akan menjadi orang pertama dariummatku yang masuk Surga.”

Rahasia Kenabianditeruskan dari Abu Bakar ra kepadapenerusnya, Salman al Farisi ra .
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...