Thursday, May 16, 2013

Penjelasan mengenai Kata “Sulthan” di Dalam Surat ar-Rahman

Penjelasan mengenai Kata “Sulthan” di Dalam Surat ar-Rahman
Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani qs
9 Maret 2013 - Maryland, US


Bismillahir Rahmaanir Rahim

Syafaat Nabi (saw). Tingkatkan kecintaan kalian kepada Nabi (saw) lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, karena beliau adalah Sultan. Jadi apa yang Allah (swt) katakan di dalam kitab suci al-Qur’an:

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ

Yaa ma`asyar al-jinni wa’l-insi in istatha`tum an tanfudzuu min aqthaari’s-samawaati w ’al-ardhi fa ’nfudzuu laa tanfudzuuna illa bi-sulthaan.

Wahai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah! Kamu tidak akan dapat melewatinya tanpa otoritas! (Surat ar-Rahmaan, 55:33)

Dalam bahasa Arab, “sulthan” artinya “orang yang memiliki segalanya,” yaitu Nabi (saw). Jadi pertama adalah melalui Nabi (saw), kedua melalui Syariahnya, ketiga melalui awliyaullah dan keempat melalui Imam Mahdi (as). Siapapun dari keempatnya dapat membawa kalian menuju level tertentu dan Nabi (saw) dapat membawa kalian ke level tertinggi.

Insyaa-Allah semoga Allah (swt) memberi kita seorang Sultan, dan untuk menemukan seorang Sultan di zaman sekarang adalah sulit. Bukannya mereka yang menyebut diri mereka “sultan”, tetapi Sultan sejati. Saya mendengar dari Grandsyekh, semoga Allah memberkati ruhnya, (bahwa maqam seorang) Sultan adalah mencapai Level Fana. Ketika kalian mencapai Level Fana, kalian sungguh mengalami:

أَنَا جَلِيْسُ مَنْ ذَكَرَنِي
Anaa jaliisu man dzakaranii.
Aku duduk bersama orang yang mengingat-Ku. (Ahmad, Bayhaqi)

Jadi Sultan kalian adalah ‘di samping kalian,’ jika kalian dapat mengatakannya seperti itu, artinya Allah (swt) membusanai kalian dari Kekuatan Nabi (saw) di mana kalian mampu mencapai “baqaa,” dan baqaa adalah Sang Sultan. Jadi baqaa muncul setelah fana; Fanaa’un fillah, lalu muncul Baqaa’un fillah. Setelah kalian meniadakan diri dan fana sepenuhnya terhadap Allah, pada saat itu Allah akan membusanai kalian dengan baqaa, “kekal.” Ketika kalian dibusanai dengan itu, maka kalian akan disebut sebagai “Sulthan al-Awliya.” Itulah sang Sultan yang dapat membawa kalian ke sana.

Itulah sebabnya mengapa awliyaullah mengetahui bahwa para pengikut mereka tidak mampu melakukan hal itu. Jadi, apakah mereka mempunyainya? Kalian mungkin telah melihat bulu-bulu serabut pada sikat rambut. Ketika kalian menyisir rambut, banyak rambut yang terkumpul pada bulu-bulu sikat itu, bahkan jumlahnya lebih banyak daripada bulu-bulu sikat itu sendiri. Jadi awliyaullah adalah “bulu-bulu sikat” dan Nabi (saw) yang memegang mereka semua.

Ketika kalian menggunakannya, menyisirkan cinta mereka dan memberi wangi-wangian pada diri kalian, kalian melihat (banyak helai) rambut. Murid akan terhubung dengan bulu-bulu sikat itu dan bulu-bulu sikat itu akan menghubungkan dengan gagangnya, yang memegang sikat itu, dan sikat itu adalah Nabi (saw). Awliyaullah tahu bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa, jadi mereka berkata, “Baiklah, sisir mereka!” dan dengan satu tarikan, mereka menarik kita semua! Jadi, mereka menyisir kita setiap hari, seperti halnya seseorang yang tidak bisa menyisir rambutnya, mereka memerlukan seseorang untuk menyisirkannya. Awliyaullah menyisirkan kalian dan menghubungkan kalian kepada Nabi (saw) dan Nabi (saw) menghubungkan kalian kepada Hadirat Ilahi. Semoga Allah mengampuni kita dan menjadikan kita di antara orang-orang ini.

Wa min Allahi 't-tawfiiq, bi hurmati 'l-habiib, bi hurmati 'l-Fatihah.

© Hak cipta 2013 oleh Sufilive. Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Transkrip ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta internasional. Mohon menyebutkan Sufilive ketika membagi transkrip ini. JazakAllahu khayr.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...