Monday, February 13, 2017

Ya Shomad, zdikir yang akan menekan ego kita

“Bacalah 500 kali, ‘Ya Shamad’ setiap hari.  Mengapa?  Untuk menghilangkan perilaku kekanak-kanakan dari ego.  Mengapa?  Karena anak-anak mempunyai ego kekanak-kanakan, jika ia tidak mendapatkan sesuatu, ia menangis.  Ketika seorang anak meminta sesuatu, jangan berikan kepadanya.  Ketika ia sudah lupa, barulah kalian berikan. Tetapi kita mempunyai masalah: kita telah dibesarkan dalam ego kita.  Jadi untuk masalah itu, kita harus membaca ‘Ya Shamad’  Itu adalah rahasia untuk menekan sifat ego.  Jadi untuk segala sesuatu, ada penyakit dan ada obatnya.  Awliyaullah memberi obat yang tepat untuk suatu penyakit.  Jika kalian ingin memperoleh manfaat, kalian harus mengikutinya.”

On how to bring your ego down

“Recite 500 times “Ya Samad” a day. Why? To take away the childish action of the ego. Why? Because the child has a childish ego, if he doesn’t get something he cries. When a child asks for something don’t give him. When he forgets then you give. But we have a problem: we have been raised on the ego. So the problem we have to recite “Ya Samad.” That is a secret to bring down the ego. So for everything there is sickness and there is a medicine. The awliyaullah give right medicine for the right sickness. If you want to benefit you must follow.”

Sayyidi Mawlana Syekh Hisyam Kabbani

© Sufilive.com

Keistimewaan Warna Putih,Pakaialah Pakain=an Putih Ketika Berzikir

“Zikrullah adalah sebab yang membuat para malaikat berdoa agar kalian dikaruniai tajali Sakiinah Allah, untuk merasakan kedamaian itu di dalam kalbu.  Itulah sebabnya disarankan oleh banyak Syuyukh bahwa ketika kalian sedang melakukan awrad, tutupi diri kalian dengan kain putih dan memakai busana berwarna putih, dan `imaamah putih atau peci putih, sementara yang wanita dapat memakai kerudung putih, tutupi diri kalian dan lakukan zikrullah.

Zikir itu akan segera terserap melalui pakaian kalian dan menimbulkan wangi surgawi!  Awliyaullah, kadang-kadang kalian sedang duduk dan kalian mencium wangi harum.  Itu adalah wangi dari waliullah yang sedang lewat atau seorang malaikat yang lewat atau jin Mukmin yang lewat.  Busana dan tubuhnya telah menyerap wangi surgawi itu dengan melakukan banyak zikrullah.  Warna putih adalah yang terbaik untuk menyerap wangi ini dan untuk menarik para malaikat.  Itu adalah jalan zikrullah tertinggi.”

“Dhikrullah is a cause that makes angels request that you will be manifested with Allah’s Sakeenah, His Tranquillity, to feel that peace in your heart. That is why it is recommended through many shuyookh that when you do awraad to cover yourself with a white sheet, and to wear white clothes and a white `amaamah or white hat, and ladies wear a white scarf, wearing white and covering yourself with a white sheet, and doing dhikrullah. Then that dhikr will immediately absorb through your clothes leaving a heavenly smell! Awliyaullah, sometimes you are sitting and you smell a nice smell. That is the smell of a waliullah passing or an angel passing or a pious mu’min jinn passing. His clothes and body already absorbed that heavenly smell by his making too much dhikrullah. White is the best to absorb these smells and to attract angels. That is one of highest of ways of dhikrullah.”

Sayyadi Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

© Sufilive.com

Keutamaan Sujud

“Imam al-Qurtubi di dalam at-Tadzkirat berkata bahwa Hazrat Israfil (a) mempunyai Qur’an yang tertulis di antara kedua matanya karena ia segera bersujud ketika mendengar perintah Allah (swt) itu.  Itulah yang Allah ciptakan untuk satu sujud yang dilakukan seorang malaikat; lalu bagaimana dengan manusia, yang Allah muliakan melebihi malaikat dan jin?”

“Imam al-Qurtubi in at-Tadhkirat said that Hazrat Israfil (a) has the Qur’an written between his two eyes for rushing to do sajda on that order of Allah (swt). That is for one sajda of one angel that Allah (swt) created; what then of human beings, whom Allah (swt) honored more than angels and jinn?”

Sayyidi Mawlana Syekh Hisyam Kabbani

© Sufilive.com

Setiap Orang Mempunyai Bintangnya Masing-Masing

Shuhba Sayyidi Mawlana Syekh Hisyam Kabbani mengenai bintang-gemintang yang diciptakan untuk melambangkan manusia.

“Hari ini saya bertemu dengan seorang fisikawan yang bekerja di bidang ruang angkasa, yang mengatakan bahwa ia “menimbang bobot dari bintang-gemintang.”  Saya bertanya padanya, bagaimana ia menimbang bobot bintang-gemintang itu, apakah dengan timbangan?  Ia berkata, “Dengan cahaya mereka,” karena setiap bintang memancarkan cahaya.  Lalu saya menyebutkan bahwa beberapa bintang berukuran lebih kecil, tetapi mereka memancarkan lebih banyak cahaya.  Ia berkata, “Ya, itu benar, dan beberapa bintang yang berukuran lebih besar dapat memancarkan cahaya lebih  sedikit.”  Pembicaraan kami berakhir di sana, karena itu bukanlah tempat untuk memberikan shuhba.  Pada hakikatnya, Allah (swt) menciptakan bintang-gemintang untuk melambangkan manusia.  Setiap orang mempunyai bintang yang berhubungan dengan mereka dan kalian tidak dapat menemukan dua orang dengan bintang yang sama.  Allah (swt) memuliakan setiap manusia dengan sebuah bintang yang khas dengan hakikatnya sendiri, sebagaimana kita mengetahui dari ayat:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ

Wa laqad karamnaa Bani Adam.

Kami telah memuliakan Bani Adam. (Surat al-Israa, 17:70)

“Kami telah memuliakan manusia,” ini bisa mempunyai banyak penafsiran, dan manusia tidak mempunyai kapasitas untuk sungguh memahami kemuliaan yang diberikan Allah kepada mereka, karena Allah (swt) memberi sesuai dengan Kebesaran-Nya yang tidak dapat diukur atau digambarkan, jadi apapun yang kalian pahami, makna sesungguhnya adalah lebih tinggi.  Seseorang yang diciptakan tidak dapat memahami Penciptanya karena apapun yang kalian pahami, itu berada dalam batasnya.  Jadi menurut tafsir yang dikirimkan oleh Mawlana Syekh Nazim (q) kepada kita, Allah (swt) memuliakan setiap orang dengan sebuah bintang khusus yang memancarkan cahaya dan ini berhubungan dengan Wa laqad zayyanna as-samaa’ ad-dunya bi-mashaabiiha:

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاء الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِّلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ

Wa laqad zayyanna as-samaa’ ad-dunya bi-mashaabiiha wa ja`alnaahaa rujuuman li ’sy-syayaathiini wa `atadnaa lahum `adzaaba s-sa`iir.

Dan Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. (Surat al-Mulk, 67:5)

Allah (swt) berfirman, “Kami telah menghiasi level pertama dari alam semesta ini, as-samaa’ ad-dunya,” Dia tidak mengatakan, “jannat ad-dunya” atau, “jannat al-akhirah,” tetapi Dia mengatakan, “samaa’,” yang artinya ada level-level dalam alam semesta ini.  Para ilmuwan telah menemukan level-level ini dan mereka mengerti sedikit mengenai hal ini sekarang.  Allah berfirman, “as-samaa’ ad-dunya,”  “Level terdekat dengan dunia,” dan Allah (swt) menghiasinya dengan bintang-gemintang.   Wa ja`alnaahaa rujuuman lisy-syayaathiini, “Kami menjadikannya untuk melempar syayaathiin (setan-setan).” Allah (swt) menjadikan bintang-gemintang ini sebagai pelempar (setan).  Siapa yang Allah jadikan sebagai pelempar setan dengan batu-batuan?  Orang-orang yang melaksanakan haji!  Ini artinya bahwa Allah memerintahkan orang yang pergi haji untuk menjadi bintang pelempar setan, bagi alam semesta ini dan bagi umat manusia.  Setiap batu yang kalian lempar, dan kalian melempar 7 butir batu pada saat haji menandakan bahwa kalian adalah sebuah bintang yang cahayanya menghiasi langit pada level pertama, samaa’ ad-dunya. Itulah kemuliaan yang Allah (swt) berikan kepada kalian dan kepada setiap orang, jadi jika kalian ingin mencapai kemuliaan itu, lakukan ibadah haji paling tidak sekali seumur hidup dan itu akan membuka hakikat yang membuat bintang kalian menjadi bintang pelempar setan!

Itu adalah kemuliaan yang Allah (swt) berikan kepada Muslim, bukan hanya kepada siapa saja.  Dan di atas itu, orang yang menunaikan ibadah haji tidak melempar setan dengan bintang itu, tetapi cahayanya seperti peluru merah yang bergerak ke langit.  Imam as-Suyuti (r) berkata di dalam tafsir Surat al-Fil bahwa setiap burung membawa tiga butir batu, satu di paruhnya, dan dua di dalam cakarnya, dan ketika mereka melemparkan kerikil itu, mereka bergerak dengan kecepatan tinggi yang membuat mereka terlihat seperti merah, batu berputar yang terlempar dari gunung meletus.  Saya telah menjelaskan sebelumnya bahwa batu-batu ini terlihat seperti peluru merah yang panas yang muncul sebagai cahaya ketika mereka ditembakkan pada waktu malam.  Jadi barang siapa yang menunaikan haji dan melempar kerikil mereka pada setan besar, Iblis, kehormatan itu diberikan kepada mereka oleh Allah (swt).”

“Today I met a physicist who works in the space field, who said she “weighs the stars.” I asked her how does she weigh stars, with a scale? She said, “By their light,” as every star emits light. Then I mentioned some stars are smaller but they emit more light. She said, “Yes, that is true, and some of the bigger stars emit less light.” Our conversation ended there, because it wasn’t a place to give a suhbah. In reality, Allah (swt) created the stars to represent human beings. Everyone has a star that corresponds to them and you can’t find two human beings with the same star. Allah (swt) honored every human being with a unique star with his own reality, as we know from the verse:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ

Wa laqad karamnaa Bani Adam.

We have honored the Children of Adam. (Surat al-Israa, 17:70)

“We have honored the human being,” can have an infinite number of interpretations, and human beings have no capacity to really understand the honor given to them because Allah (swt) gives according to His Greatness that cannot be measured or described, so no matter what you understand, the real meaning is higher. A created person cannot understand the Creator because whatever you understand is within limits. So according to the interpretations that Mawlana Shaykh Nazim (q) is sending us, Allah (swt) honored everyone with a specific star that emits light and this corresponds to, Wa laqad zayyanna as-samaa’ ad-dunya bi-masaabeeha:

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاء الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِّلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ

Wa laqad zayyanna as-samaa’ ad-dunya bi-masaabeeha wa ja`alnaahaa rujooman li ’sh-shayaateeni wa `atadnaa lahum `adhaaba s-sa`eer.

And we have (from old) adorned the lowest Heaven with lamps, and We have made such (lamps) (as) missiles to drive away the evil ones, and have prepared for them the penalty of the blazing Fire. (Surat al-Mulk, 67:5)

Allah (swt) said, “We have decorated the first level of this universe, as-samaa’ ad-dunya,” He didn’t say, “jannat ad-dunya” or, “jannat al-akhirah,” but He said, “samaa’,” which means there are levels in the universe. Scientists have found levels and they now understand this a little. He said, as-samaa’ ad-dunya, “the nearest level to dunya,” and Allah (swt) decorated it with stars. Wa ja`alnaahaa rujooman lish-shayaateeni, “We made it for stoning (pelting) the shayaateen.” Allah (swt) made these stars for pelting. Who did Allah make to pelt shayaateen with stones? The people who go to Hajj! This means that Allah ordered the people who went on Hajj to be shooting stars against Shaytan, for the universe and for humanity. Every stone you throw, and you throw seven stones on Hajj, is an indication that you are a star whose light decorates the first level of the sky, samaa’ ad-dunya. That is Allah’s (swt) honor for you and everyone, so if you want to reach that honor, go on Hajj at least once in your lifetime and it will open the reality that makes your star a shooting star on devils!

That is an honor that Allah (swt) gave to Muslims, not just to anyone. And on top of that, the one who makes Hajj doesn’t shoot devils with that star, but its light is like a red bullet moving in the skies. Imam as-Suyuti (r) said in his Tafseer Surat al-Fil that each of the birds carried three stones, one in his beak and two in his claws, and when they threw their pebbles they traveled at a high speed that made them like red, spinning stones shooting from a volcano. I have explained before that these stones look like red-hot bullets that appear as lights when they are shot at night. So whoever goes on Hajj and shoots their pebbles on the big Shaytan, Iblees, that honor is given to them by Allah (swt).”

Al Fatiha

© Sufilive.com

Keutamaan Al Quran

“Wahai Muslim! Ambillah cahaya Qur’an dan fadilahnya sebagai sebuah mahkota. Jika kalian tidak membacanya, letakkan Qur’an di atas kepada kalian setiap hari dan biarkan cahayanya menembus seluruh tubuh dan sistem saraf kalian. Itu akan mempengaruhi kalian dan membuat hari kalian menjadi lebih kuat dan bertenaga. Tetapi apa yang kita lakukan? Kita meletakkan Al-Qur’an di lemari dan berkata, “Kami mendapat manfaatnya.” Di beberapa negara seperti di Indonesia dan beberapa negeri Arab, mereka menjahit sampul untuk al-Qur’an dan menggantungnya di rumah mereka sebagai berkah. Di sini, saya tidak pernah melihat al-Qur’an digantung. Kalian melihat orang-orang membaca al-Qur’an di masjid, tetapi ketika selesai mereka meletakkannya di lantai! Itu bukanlah adab yang baik, karena dengan demikian kaki mereka akan lebih tinggi daripada al-Qur’an ketika mereka salat. Al-Qur’an harus berada di atas kepala kalian! Orang yang menghormati al-Qur’an, Allah akan menghormati mereka pada Hari Kiamat, dan orang yang tidak menghormati al-Qur’an, Allah akan menghinakannya pada Hari Kiamat. Semoga Allah (swt) mengampuni kita dan menjadikan kita di antara orang-orang yang menghormati al-Qur’an.”

Sayyid Mawlana Syekh Hisyam Kabbani



“O Muslims! Take the Light of Qur’an and its benefit as a crown. If you don’t read it, put the Qur’an on your head every day and let its Light penetrate your whole body and nervous system. It will affect you and make that day strong and powerful. But what are we doing? We are putting the Holy Qur’an in a cabinet and saying, “We have benefit.” In some countries, like Indonesia and in some Arab countries, they sew a cover for the Holy Qur’an and hang it in their homes as barakah. Here, I never saw the Holy Qur’an hung as it is back home. You see people here in the mosques reading Qur’an, and when they finish they put it on the floor! That is not adab as then their feet are higher than Holy Qur’an when they pray. The Holy Qur’an must be on your head! Anyone who gives respect to Holy Qur’an, Allah will give respect to them on the Day of Judgment, and anyone who disrespects the Holy Qur’an, Allah will disrespect them on the Day of Judgment. May Allah (swt) forgive us and grant us to be among those who respect Holy Qur’an”

Sayyid Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

Waspadalah terhadap Setan - Setan Yang Mengganggu Keluarga

“Ada setan-setan yang mengganggu di dalam suatu keluarga.  Iblim mengirim mereka untuk itu.  Anak laki-laki berkata, “Bu, katakanlah kalau gadis ini baik, atau kalau tidak, jika kau tidak menemukan yang lain, aku akan mencari seseorang!”  atau, “Aku tidak suka dengan yang ini, aku suka dengan yang itu,” atau, “Aku suka dengan yang ini, aku tidak suka dengan yang itu.”  Anak laki-laki dan perempuan mendatangi saya dan menanyakan masalah yang sama!  Setiap hari saya mendapat dua belas pertanyaan mengenai hal yang sama: cerita yang berbeda antara istri dan suami, antara anak-anak dan orang tua; jika orang tuanya baik, kalian mungkin menemukan masalah di antara anak-anak mereka, misalnya saja mereka terlibat dalam sebuah gang, teroris, atau mereka menggunakan mariyuana, kokain, heroin, ekstasi, semuanya adalah karena setan-setan ini!

Untuk melindungi diri kalian, setiap hari kalian harus mengucapkan 300 kali “astaghfirullah,” agar Allah melindungi kalian dari mereka, dan 100 kali “yaa Hafizh.” Itulah sebabnya mengapa di dalam Salat Wudu sebelum Fajr dengan menghadap kiblat, kalian harus mambaca 100 kali “yaa Haliim”dan 100 kali “yaa Hafizh.”  Pembacaan “Yaa Halim” akan membuat kalian menjadi sabar dan dapat mengontrol kemarahan kalian, karena segera setelah kalian marah, setan-setan ini akan datang, ketika kalian marah, kalian dapat  bertengkar dengan ibu kalian, bertengkar dengan ayah kalian, bertengkar dengan teman-teman kalian, dan bertengkar dengan segala sesuatu yang terjadi, jadi berusahalah untuk bersabar.  Bacaan “Yaa Hafizh” akan melindungi kalian dari afaat as-samaawaati wa ‘l-ardh, “penderitaan dari langit dan bumi.”

Jadi insya Allah, itulah masalahnya dan kalian tidak bisa memberi nasihat sekarang ini, karena segala sesuatu sudah terlalu liberal sekarang.  Kalian mengatakan kepada putra kalian, “Gadis ini baik,” tetapi ia mengatakan, “Tidak.”  Kalian mengatakan kepada putri kalian, “Pemuda ini baik,” tetapi ia mengatakan, “Tidak, aku harus mengenalnya dulu, aku perlu mencintainya dulu!”  Di mana kalian akan mengenalnya, di mana kalian akan mencintainya kecuali di pantai, atau di bioskop, atau di universitas?

Derajat… ini adalah salah satu masalah!  Saya tidak ingin mengatakannya, tetapi ketika seorang anak mempunyai kebebasan untuk pergi keluar dan menjadi mandiri, maka mereka mulai mendengar, “Kau tidak memerlukan suamimu, kau tidak memerlukan uang dia, kau harus menunjukkan padanya bahwa kau lebih baik daripada dia.”  Itu juga menciptakan fitnah di antara kedua sisi.  Beberapa orang mempelajari administrasi bisnis atau mempelajari bisnis, sebagian lagi tidak tahu apa-apa tetapi menghasilkan uang lebih banyak daripada yang mempelajari bisnis!  Jadi, mau bilang apa?  Insya Allah, Allah akan mengirimkan rahmat-Nya kepada setiap orang dan membawa semuanya kembali menjadi normal, agar mereka tahu bahwa hidup itu bukannya seperti yang mereka pikirkan, yaitu mengenai kehidupan malam, disko, ini atau itu.  Suatu hari nanti kalian akan meninggalkan semua hal itu, jadi apa manfaatnya?”

As-Sayyid Mawlana Syekh Hisyam Kabbani



“There are devils interfering in families. Iblis sent them for that.. Boys say, “Mum, you say this girl is good or else if you don’t find someone, I will find someone!” or, “I don’t like this one, I like that one,” or, “I like this one, I don’t like that one.” Boys and girls come to me asking about the same problem! Every day I get twelve questions on the same problems: different stories between wives and husbands, between children and parents, if the parents are okay you might find a problem among their children, that they are gangsters, terrorists, or they use marijuana, cocaine, heroin, ecstasy, all because of these devils!

To protect yourself, you have to recite 300 times a day “astaghfirullah,” that Allah protects you from them, and 100 times “yaa Hafizh.” That is why in Salaat al Wudu before Fajr you must recite facing qiblah, 100 times “yaa Haleem”and 100 times “yaa Hafizh.” Recitation of Yaa Halim will make you patient and control your anger, because as soon as you get angry these devils will come, when you get angry you come against your mother, against your father, against your friends, against anything that happens, so try to be patient. Recitation of Yaa Hafizh is to protect you from afaat as-samaawaati wa ‘l-ard, “afflictions of the universe and Earth.”

So inshaa-Allah that is the problem and you can’t give advice now because everything is too liberal. You tell your son, “This girl is good,” and he says, “No.” You tell your daughter, “This boy is good,” and she says, “No, I need to know him first, I need to love him!” Where are you going to know him, where are you going to love him except either on the beach or in the movie theater or in the university?

Degrees…this is one of the problems! I don’t want to say it, but when the child has liberty to go out and be independent, then they start hearing, “You don’t need your husband, you don’t need his money, you have to show him that you are better than him.” That is also creating fitna between both sides. Some people study business administration or business, some people don’t know anything and make more money than people who studied business! So, what to say? Inshaa-Allah, Allah will send His mercy to everyone and bring everyone back to normal, to know that life is not what they are thinking about night life, discos and this or that. One day you leave all this behind, so what is the benefit?”

Sayyid Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

Adab berziarah ke makam para Waliyullah

Untuk mengunjungi makam, pastikan Anda mempunyai wudu, salat 2 rakaat lalu pergi berziarah. Mintalah kepada wali tersebut agar menerima Anda untuk berziarah. Mintalah izin dari penguasa spiritual (wali) di daerah itu dan bacalah shalawat terus-menerus dan lakukan ziarah Anda. Anda dapat melihat detailnya di buku Naqshbandi Awrad, pada bagian apa yang harus dilakukan ketika mengunjungi Nabi (s), dan adabnya adalah serupa. Anda boleh berdoa untuk wali tersebut, dan kemudian Anda dapat berdoa untuk Anda sendiri, keluarga Anda, masyarakat Anda dan umat Muslim secara umum, mintalah kepada Allah demi wali tersebut agar Allah mengabulkan doa Anda.

Syekh Muhammad Hisyam Kabbani
http://eshaykh.com/ibadat-worship/hajj-umrah-ziyarah/adab-of-visitation/

Menjadi Imam Sholat, Bagaimana Mengatasi Gangguan Setan

Bila kalian memimpin salat sebagai imam, jangan membuat salatnya panjang karena ada anak-anak dan orang tua di belakang kalian yang mungkin perlu pergi ke kamar mandi, atau orang yang sakit, atau mempunyai masalah dengan lututnya, tetapi imam malah membaca satu juz! Nabi (saw) membuat kita memperhatikan hal tersebut: jangan melakukan ruku` dan qiyaam panjang karena Setan akan mendatangi jemaah, dan itulah cara termudah baginya untuk datang. Ketika kalian salat sendiri, dan Setan datang pada saat qiyaam segera lakukan ruku`, bila pada saat ruku` setan datang, segeralah qiyaam, teruslah lakukan seperti ini! Tetapi salat di belakang imam yang membaca Surat al-Baqarah, begitu panjang, setan dengan mudah mempermainkan jemaah.

Shaykh Hisham Kabbani



When you lead the prayer as imam, don’t make the prayer long because there are children and elderly people behind you who might need to use the bathroom, or who are sick or have knee problems, but the imam is reciting one juz! Prophet (s) made us pay attention to that: don’t make the ruku` and qiyaam long because Shaytan will come in the jama`ah, which is the easiest way for him to come. When you are praying alone and Shaytan comes while you are in qiyaam go to ruku`, when you are in ruku` and Shaytan comes go to qiyaam, keep playing with him! But praying behind an imam who recites Surat al-Baqarah, so long, Shaytan will easily play with the congregation.

Shaykh Hisham Kabbani

Adab Tidur, Berwudhulah sebelum Anda Tidur

As-salaamu `alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.
Ketika seorang wali tidur, satu dari 49 kekuatan (rohaninya) tinggal di dalam tubuhnya sedangkan sisanya pergi ke bawah Arasy. Bagi Mukmin dan Muslim, Allah akan memanggil ruh kalian dan menyisakan sebagian darinya di dalam tubuh untuk bangun dan melakukan sujud di bawah Arasy. Jadi jika kalian mempunyai wudu dan kalian tidur seperti itu, insyaa-Allah, Allah ﷻ akan membuat kalian melakukan sujud di bawah Arasy. Mengapa kalian kehilangan kesempatan itu? Tidurlah dan kemudian bangun satu jam atau setengah jam sebelum subuh dan lakukan apa yang ingin kalian lakukan, itu lebih baik daripada kalian melelahkan diri sendiri kemudian tidur di siang hari, bukannya di malam hari.

Setiap 24 jam, 8 jam ditujukan untuk ibadah, 8 jam untuk tidur, dan 8 jam waktu bersama keluarga. 3 x 8 = 24. Boleh saja jika kalian mengambil satu jam dari sana, satu jam dari sini, tetapi berikan istirahat untuk tubuh kalian yang telah Allah (swt) berikan kepada kalian terkait Ketetapan-Nya. Mengapa Dia menjadikan tidur sebagai kewajiban? Tidur adalah wajib, kalian tidak bisa memaksakan diri kalian untuk tidak tidur, kalian akan tertidur ketika kalian duduk, mengapa? Karena Allah memberi kalian kesempatan itu dan kalian tidak tahu ganjaran apa yang kalian dapatkan. Jika kalian menghabiskan 8 jam untuk tidur, itu adalah ibadah karena Allah memberikan itu untuk kalian, jadi kalian dalam sikap sami`na wa aatha`na, mendengar dan patuh. Boleh saja memberikan satu jam dari waktu tidur kalian untuk ibadah atau untuk keluarga kalian; menghabiskan waktu bersama keluarga adalah ibadah, jadi itu akan dituliskan sebagai ibadah bagi kalian, tetapi bukannya hanya duduk dan bertengkar atau berdebat. Sekarang orang-orang duduk dan bertengkar satu sama lain atau berdebat seperti ayam jago. Apakah kalian melihat bagaimana mereka berkelahi? Jadi hormatilah ibadah kalian.

– Mawlana Shaykh Hisham Kabbani
The Adab of Sleep:
As-salaamu `alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh. When a wali sleeps, one out of 49 powers (of the soul) stay in the body and the rest go under the `Arsh. For a mu’min and for Muslims, Allah will call your soul and keep part of it in the body for waking up and to do sajda under the `Arsh. So if you have wudu and you sleep like that, inshaa-Allah Allah ﷻ will make you do sajda under the `Arsh. Why would you lose that chance ? Sleep and then wake up before Fajr by one hour or half an-hour and do what you want to do, it is better than you to tire yourself and then sleep in the day and not at night.

Every 24 hours [is designated]: 8 hours for `ibadah, 8 hours to sleep and 8 hours to work and spend time with your family. 3 x 8 = 24. It is okay to borrow one hour from here and one hour from there, but give rest to your body that Allah (swt) has given to you in respect of His decision. Why did He make sleep obligatory? Sleep is obligatory, you cannot force yourself to not sleep, you fall asleep when you are sitting, why ? Because Allah gave you that chance and you don’t know what kind of rewards you are getting. If you spend 8 hours in sleep it is `ibaadah because Allah gave that to you, so you are sami`na wa aata`na, listening and obeying. It is okay if you want to give one hour of your sleep time to your `ibaadah or your family; to spend time with your family is `ibaadah, so it will be written for you as `ibaadah, but not to just sit and fight or argue. Today people sit and fight or argue like roosters. Do you see how they fight ? So keep respect of the `ibaadah.
– Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

Zikir Khusus di Zaman yang Penuh Fitnah

Awliya’ullah bertemu dengan Nabi ﷺ pada malam pertama bulan Rajab dalam sebuah diwan al Awliya’ullah di bawah tajali hadits man `adaa lii waliyaan faqad aazhantahu bil-harb. (“barang siapa yang menentang wali-Ku, Aku nyatakan perang terhadapnya”)
Pada malam itu Nabi ﷺ telah mengijazahkan para Awliya’ullah untuk menggunakan zikrullah Ya Jabbar Ya Qahhar (100 kali setiap hari).

Telah dibukakan pintu untuk membacanya, pertama untuk ego kita agar tidak membuat kita menyimpang, kemudian membaca zikir itu untuk melawan semua yang berusaha menyerang kita khususnya instrumen Iblis yang mengaku bertindak atas nama Islam.

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani ( ق )

Link shuhba sepenuhnya:
https://youtu.be/yY60Em3hpYY



Special dhikr for the time of fitna
Awliya’ullah met with Prophet ﷺ on the first night of Rajab in the diwan al Awliya’ullah under the tajalli of the hadith man `adaa lee waliyaan faqad aadhantahu bil-harb. (“whoever opposes a wali of mine I will declare war on him”)
The Prophet ﷺ has authorized Awliya’ullah on that night to use the dhikrullah Ya Jabbar Ya Qahhar (100 times daily).
That door is open to recite it against our ego first not to deviate us and then to recite it against all those who are trying to harm us specially the instruments of ibliss claiming to act on the name of Islam.
Mawlana Shaykh Hisham Kabbani ( ق )
Link of full suhba
https://youtu.be/yY60Em3hpYY

Rahasia Sebuah Nama, Rahasia yang Dibukakan oleh Syah Naqsyband (q)

Kita mememperingati Urs (Hari Kelahiran) Syah Naqsyband (qs) dan sebuah tajali besar, manifestasi surgawi membusanai setiap orang yang hadir dan semua orang yang mengatakan bahwa mereka adalah (pengikut Tarekat) Naqsybandi, di mana pun mereka berada! Itu adalah sebuah tajali umum bagi mereka yang menyebut nama mereka mengikuti Sayyidina Syah Naqsyband (q), dan bukan nama yang membentuk seseorang tetapi apa yang Allah karuniakan kepada orang itu yang membentuk orang itu. Kalian dapat menyebut seseorang dengan gelar apapun yang kalian suka, tetapi itu tidak ada artinya jika Allah tidak memanggil orang itu dengan nama tersebut.

Itulah sebabnya kepada setiap orang Allah memberi mereka tujuh nama: satu nama di dunia sepanjang hidupnya dan enam nama di Surga di mana ia akan dikenal dengan nama itu bila ia seorang Mukmin, atau bahkan bila ia bukan Mukmin. Dan sekarang mereka membukakan sebuah ilham, sebuah hakikat yang tidak pernah mereka bukakan sebelumnya, saya tidak pernah mendengarnya sebelumnya dan kalbu saya belum pernah menerimanya, tetapi sekarang ia datang karena berkah dari Sayyidina Syah Naqshband (q) dan berkah dari Syuyukh kita, Sayyidi Syekh `AbdAllah al-Fa`iz ad-Daghestani (q) dan Mawlana Syekh Nazim Adil (q)!

Dan ilham tersebut adalah: bahwa nama kita di dunia, di mana kita banyak menghadapi rintangan dan masalah, kadang-kadang kita di atas, kadang di bawah, kadang kita menangis, kadang kita tertawa, itu tergantung pada apa yang dibawa oleh nama orang itu. Jika engkau adalah Yusuf dan ia adalah Yusuf, kalian akan melihat sebuah kehidupan yang berbeda dengan kehidupannya; engkau akan mempunyai suatu kehidupan yang sesuai dengan nama itu, menurut kepribadian kalian dan ia akan menjalani suatu kehidupan yang sesuai dengan nama dan kepribadiannya.
Tetapi dengan enam nama lainnya kalian akan menjalani kehidupan surgawi yang berbeda dengan kehidupan kalian di dunia, dan itu tergantung pada nama yang diberikan kepada kalian.

Nama-Nama yang Diberikan oleh Orang Tua Membawa Energi yang Bercampur

Nama yang diberikan kepada kalian di dunia diberikan oleh orang tua kalian, yang memiliki kesulitan mereka sendiri, dan ketika mereka memberi kalian nama itu, itu bercampur dengan negativitas mereka dan kesalehan mereka. Jadi kalian akan terpengaruh dengan apa yang mereka busanai, baik yang positif maupun yang negatif, keduanya bercampur dan membusanai diri kalian dan itulah sebabnya mengapa kalian mendapati bahwa kehidupan kalian berjalan naik turun, kadang-kadang baik, dan kadang-kadang kalian mempunyai masalah hingga akhir hayat kalian.

Sayyid Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

Nasehat Untuk Orang Tua

Mawlana Syekh Nazim Al-Haqqani (q)

(Der Morgenstern, Mei-Agustus 1992)
London

Islam mengatakan, lakukan segala sesuatu di rumah.  Di dalam rumah yang islami, sebaiknya ada ruangan yang cukup untuk orangtua, anak-anak kecil, anak-anak yang lebih besar, anak-anak perempuan, laki-laki, tamu-tamu dan orang yang sakit.  Salah satu hal yang penting bagi Muslim adalah membantu tetangganya merawat keluarga mereka yang sakit dan bayi-bayi yang baru dilahirkan.  Di dalam Islam, persalinan sebaiknya dilakukan di rumah, dibantu oleh bidan.  Para tetangga melalukan segala sesuatunya dan mereka senang untuk membantu satu sama lain dalam persalinan anak-anaknya tanpa perlu dibayar.  Sekarang setiap orang yang akan melahirkan akan pergi ke rumah sakit.

Islam mempunyai aturan-aturan untuk konsepsi anak-anak dan seorang pria yang telah menikah harus mematuhi aturan-aturan ini.  Ketika ia akan tidur dengan istrinya, ia tidak boleh dalam keadaan tidak suci, karena orang yang tidak suci adalah terkutuk.  Kita mengetahui dan memahami bahwa keturunan yang dikonsepsi secara tidak suci akan mempunyai sesuatu yang salah dengan mereka, bila tidak secara fisik, sesuatu yang buruk akan mempengaruhi kepribadian mereka; khususnya ketika seseorang yang mabuk tidur dengan istrinya.  Itu akan memberi pengaruh pada karakteristik keturunannya yang akan datang, pengaruh yang buruk pada kepribadian mereka.  Barangkali keturunan yang lebih beringas, tidak punya kasih sayang, tidak adil akan muncul dan mereka tidak mempunyai hormat terhadap orangtua atau orang-orang yang lebih tua.  Sebagai hukuman bagi orang-orang yang tidur bersama ketika mereka mabuk, anak-anak yang dilahirkan akan menentang orangtua mereka, menentang masyarakat, menentang kemanusiaan dan menentang segala peraturan dari Tuhan mereka,  Allah (swt).  Mereka tidak akan peduli dengan aturan surgawi dan tidak peduli dengan segala sesuatu.  Kita berada di zaman ini sekarang.  Oleh sebab itu, sangat penting untuk mensucikan diri baik secara jasmani maupun rohani, bukannya datang pada istri kalian dalam keadaan marah atau kesal, lapar atau sedih.  Karena baik istri maupun suami dalam keadaan seperti itu bukanlah suatu hal yang baik.  Masing-masing harus merasa senang dan bahagia, saling menerima satu sama lain.

Setiap kali seorang pria ingin tidur dengan istrinya, merupakan adab yang baik bagi seorang Muslim untuk berkata, “Wahai wanitaku, aku menerimamu sebagai istriku, seperti halnya di Hadratillah.  Maafkan aku atas segala perbuatan yang menyakitimu, dan aku akan mengampuni dirimu jika engkau menyakitiku.  Aku bahagia bersamamu sebagai istriku dan engkau bahagia bersamaku sebagai suamimu.  Jika Allah memberi kita keturunan, semoga Dia memberkatinya.”  Kemudian orang itu harus memberi sedekah, sebelum ia tidur bersama dan sang wanita harus berusaha membuat dirinya sangat cantik bagi suaminya.  Sekarang para wanita hanya membuat mereka cantik ketika mereka berada di depan umum, bukan di tempat pribadi atau bagi suami mereka di rumah.  Itu adalah perintah Ilahi bagi para wanita untuk membuat diri mereka cantik bagi suami mereka di rumah, di tempat tidur mereka.  Mereka harus membuat diri mereka kelihatan cantik dengan penuh kesenangan dan kebahagiaan, sehingga suami mereka tidak akan melihat orang lain lagi.  Dengan demikian, ketika mereka datang dan tidur bersama, mereka diberkati.  Mereka harus salat dua rakaat sebelumnya dan berdoa … (rekaman terputus)… memberi hadiah untuk membuat istrinya senang.  Ketika istrinya senang dan ia mendapat cinta dari dalam hati suaminya, maka ia juga akan memberikan cintanya dari dalam hatinya.  Allah (swt) kemudian memberkati pertemuan itu dan pernikahan itu, dan keturunan yang baik dengan kecakapan yang istimewa akan lahir.  Itulah  perintah pernikahan di dalam Islam, tetapi orang-orang telah melupakannya sekarang.

Tidak ada (jalan) yang lebih baik daripada Islam.  Itu merupakan pengaturan yang sangat indah yang mendatangkan keberkahan bagi keluarga, karena Islam membenci kekotoran baik jasmani maupun rohani.  Kesucian dan kebersamaan di jalan yang menyenangkan ini akan mendatangkan keturunan dari Surga.  Keturunan yang akan menjadikan dunia sebagai Surga—tenang dan tentram.  Orang-orang yang diberkati berjalan di muka bumi, karena Islam mengatur segalanya sejak saat konsepsi.

Pada saat kelahiran anak, (prosesnya) dibantu bidan.  Kita tahu bahwa bayi tidak bisa berada di rahim ibunya selama setahun atau lebih—beberapa di antaranya barangkali lebih dari sembilan bulan, tetapi sembilan bulan dan sepuluh hari adalah waktu kehamilan yang normal.  Dan ketika Allah (swt) (mengakhiri) makanan bayi di dalam rahim ibunya, maka bayi itu akan lahir.  Islam sangat menentang segala interferensi yang dapat menyakiti bayi atau ibunya, khususnya operasi Caesar.  Ketika seorang wanita siap untuk melahirkan dan teman-temannya akan datang dan mengatakan, “Bismillah, Bismillah. Bismillah, wahai Tuhan kami, biarkan ia keluar dengan mudah, selamat, baik baginya maupun ibunya.  Wahai Tuhan kami, berilah jalan.  Bismillah, Bismillah, Bismillah.  Allahumma shalli `ala Sayyiddina Muhammad.  Allahumma shalli `ala Sayyiddina Muhammad, demi Kekasih-Mu, wahai Tuhan kami, berilah jalan.  Wahai Tuhan kami, Bismillah.”  Dengan demikian, ketika mereka mengatakan hal ini, para malaikat akan membawa bayinya keluar dengan posisi sujud pada kedua tangannya.  Kami tidak percaya bahwa bayi itu harus melihat pisau di hadapan matanya.  Itu adalah sebuah kejahatan besar terhadap si bayi—memperlihatkan pisau pertama kali kepadanya.  Pisau adalah alat pembunuh dan sepatutnya bukan itu  yang pertama kali dilihatnya di dunia ini.  Seperti inilah dunia akan dihancurkan.  Tidak seorang pun mengizinkan mereka untuk menunggu datangnya nyeri saat melahirkan sekarang, mereka tidak dapat menghalanginya di lain pihak orang-orang juga meminta untuk dilakukan operasi Caesar.

Pada saat kelahiran keluarga harus mengeluarkan sedekah dan semua orang di lingkungannya akan datang, untuk menyaksikan dan berbagi kebahagiaan dengan keluarga, juga untuk membantu, memberikan hadiah, membantu ibu dan membatu sang ayah.

Air susu ibu tidak boleh diberikan sebelum tiga adzan dikumandangkan, yakni paling tidak setelah enam jam.  Bayi itu harus mendengar tiga adzan dikumandangkan.  Sesuai tradisi jus delima pertama kali diberikan kepada si bayi.  Sebuah biji (delima) diletakkan di antara kedua bibir bayi, lalu biji itu ditekan, sehingga jusnya keluar dan masuk ke dalam mulutnya.  Kemudian setelah tiga adzan dikumandangkan, ibunya dapat menyusuinya.  Ini seperti puasa, untuk membuat bayi itu menangis.  Ketika ia menangis, paru-parunya terbuka dan segala sesuatu di tubuhnya mulai bekerja.  Bayi yang baru itu belum terbiasa dengan atmosfer dunia ini dan ia harus menunggu sampai adzan dikumandangkan, paling tidak tiga kali—mungkin dalam waktu sepuluh jam, mungkin delapan jam.  Kemudian ketika ia mulai bernapas keluar, dan menangis dan paru-parunya bekerja, darahnya mulai mengalir dan sistem pencernaanya mulai bekerja, ia dapat disusui.

Bayi yang baru dilahirkan tidak segera memerlukan susu.  Sistem pencernaannya belum siap.  Metode baru itu bodoh dengan menyerahkan langsung bayi kepada ibunya untuk segera disusui.  Itu tidak menolong apapun, malah menyakiti.  Bayi baru perlu berpuasa.  Para profesor bisa memikirkan tentang hal ini dan mereka akan mengatakan bahwa itu tidak masalah.  Islam membawa metode terbaik bagi anak-anak agar tubuhnya bisa berfungsi dan mengalami kontak dengan atmosfer yang baru.  Selain itu penting pula untuk menunggu air susu ibu untuk keluar, karena  tubuhnya sangat lelah.  Bayi harus segera diberikan kepadanya untuk dijaga, kemudian ia harus istirahat.  Pada saat itu segala sesuatunya menjadi terbalik dan abnormal bagi bayi dan ibunya.  Seorang manusia mendarat ke bumi dan sangat penting untuk memberi waktu istirahat kepada keduanya.  Biarkan bayi menangis.  Keberkahan turun pada tangisannya.  Rahmat turun padanya dan pada ibunya.  Di dalam Islam, segala sesuatunya sempurna.

Operasi Caesar adalah dilarang dan memberi induksi agar anak cepat lahir juga haram di dalam Islam.  Lebih baik menunggu hingga perintah Ilahi datang dan bayinya siap untuk dilahirkan.  Setiap anak akan lahir dengan kepala yang menunduk pada Tuhannya.  Setan mengajari manusia untuk melakukan operasi Caesar menggunakan pisau, dan tidak membiarkan anak lahir dengan bersujud.

Pada hari ketujuh setelah kelahiran, adzan dikumandangkan di telinga kanan bayi dan iqamat di telinga kiri; kemudian dibacakan Surat “Qu huwallahu ahad” dan bayi itu dipanggil dan namanya diberikan—nama apapun yang diinspirasikan ke dalam hati orangtuanya.  Salah satu dari ketujuh namanya berasal dari hati ibu atau ayahnya.  Setelah itu, seekor kambing disembelih untuk anak perempuan dan dua ekor untuk anak laki-laki, tetapi bila mereka tidak mempunyai cukup uang untuk melakukan hal ini maka satu sudah cukup untuk anak laki-laki.  Dagingnya kemudian dibagikan kepada para tetangga, teman, saudara-saudara dan fakir miskin.  Merupakan tradisi untuk tidak mematahkan tulang kambingnya, sehingga ia harus dimasak secara keseluruhan dan orang-orang akan memakannya seperti itu.  Kemudian, sekali lagi menurut tradisi kita, tulang-belulangnya diambil dan dikubur, kita ucapkan, “Bismillahi ‘r-Rahmaani ‘r-Rahiim.”  Hal ini membuat kaum jin juga mendapat manfaat dari tulang-belulang itu.  Allah (swt) menciptakan rezeki bagi mereka juga.  Para tetangga harus datang dengan kado-kado mereka dan sedekah mereka, kemudian bergabung dalam acara yang membahagiakan itu.

Selama empat puluh hari setelah kelahiran anak itu, sampai kesucian ibunya kembali, ia harus menjaga dirinya terpisah dan tidak melakukan hubungan dengan suaminya sampai akhir periode tersebut.   Kemudian setelah periode itu ia harus menjaga dirinya untuk tidak menyusui bayinya ketika ia dalam keadaan tidak suci, yakni dalam keadaan tidak berwudu.  Ia harus segera mensucikan dirinya dan barulah ia dapat menyusui bayinya.  Hal ini agar tidak ada yang salah dengan kepribadian anak itu.  Bayi memerlukan susu ibunya, tetapi bila diberikan dalam keadaan suci, bayi itu akan lebih tenang dan dapat beristirahat.  Susu itu akan lebih memuaskannya dan ia akan menikmatinya seratus persen dan tidak membuat masalah.  Satu alasan mengapa bayi memberikan masalah bagi ibunya adalah karena mereka tidak memberikan susu yang suci.  Bahkan jika ia sanggup meminum satu bejana besar yang penuh, mereka tetap tidak akan merasa puas, tetapi jika ibunya mengucapkan, “Bismillahi ‘r-Rahmaani ‘r-Rahiim” dan ia menyusui dalam keadaan berwudu, susunya akan diberkati, dan bayinya akan bahagia dan ia akan tidur dengan damai.

Sholat Qoda

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani
Shuhba, 10 Rabi ats-Tsani 1435/9 Feb 2014

…melalui berkah Mawlana kita katakan bahwa lebih baik mengqada salat apa pun yang telah kita lewatkan, sebagai tanda ketulusan kepada Allah (swt), meskipun kita mengetahui bahwa Allah adalah Dzat yang menerima atau tidak menerima, tetapi kita melakukan apa yang bisa kita lakukan, tergantung pada niatnya. Dan in-sya Allah niat itu akan diterima oleh Allah (swt). Apa yang datang adalah bahwa untuk setahun ke depan, sejak Rabi` ats-Tsani hingga Rabi` ats-Tsani berikutnya, setiap salat (fardu) kita tambahkan dengan salat qada untuknya. Misalnya jika kita salat Zhuhur kemudian kita lakukan lagi salat 4 rakaat qada. Jadi selama setahun kita melakukan semua salat qada, karena sudah tentu kita semua melakukan salat dengan banyak ketidakmurnian. Jadi misalnya, setiap orang melakukan salat tambahan 4 rakaat untuk Zhuhur dan seterusnya. Jika kalian merasa itu teralu berat, kalian tidak perlu melakukan salat sunnah, tetapi sebagai gantinya kalian melakukan salat qada tersebut. Untuk `Ashar, kalian bisa melakukan salat qada sebelum `Ashar, begitu pula untuk Subuh, dan untuk semua salat fardu lainnya, karena banyak anak muda yang tidak melakukan Salat Subuh pada waktunya sebagaimana orang dewasa, mereka banyak yang kehilangan Salat Subuhnya. Jadi lakukan salat qada bersama salat fardu. Dengan cara seperti itu apapun yang telah kita lewatkan kita lakukan salat tambahan untuk mengqada salat yang kita lewatkan.

Kita melakukan hal ini karena kadang-kadang kita salat di pesawat terbang, jadi kita tidak tahu apakah salatnya akan diterima, dan kadang-kadang pada salat lainnya tidak tidak melakukannya dengan khusyuk dan seterusnya. Jadi setiap orang berusahalah untuk melakukan anjuran ini sedapat-dapatnya. Sekarang ini bukanlah perintah, tetapi lebih seperti permintaan, sebagaimana Mawlana Syekh mengatakan agar tidak mengatakan hal tersebut, jadi itu lebih baik. Bagi orang-orang yang tidak mengetahui, kalian dapat memberitahu mereka melalui email kepada orang-orang terdekat.

Sekarang jika sehari kita melewatkan melakukan qada ini, itu tidak apa-apa. Kita berusaha melakukannya sepanjang tahun ini mulai Rabi` al-Akhir hingga Rabi` al-Akhir tahun depan. wa min Allah at-tawfiiq bi hurmati ‘l-Fatihah.


Recorded today, Rabi ath-Thani 10, 1435, Feb 9, 2014.

suhbat: Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

…through Mawlana’s baraka we mention that it is better to make up whatever we lost of salat, in a show of sincerity to Allah swt, although we know that Allah is the One who accepts or does not accept but we do what we can, according to the intention. And in-sha-Allah the intention will be accepted by Allah swt. What came is that for the coming one year, from Rabi` ath-Thani to Rabi` ath-Thani, with every single prayer we add the qada, make-up prayer to it. For example if we pray Zhuhr then we pray another 4 rak`ats qada, make-up. So it will be one year of make-up prayers for every prayer, because for sure all of us did prayers with a lot of impurities. So for example, everyone pray 4additional rak`ats for Zhuhr, etc. If you feel it is too heavy you don’t need to pray the sunnah but in place of the sunnah you pray the qada. For `Asr you can pray the qada before `Asr. Also for Fajr, and for all the obligatory prayers, because many young ones don’t pray Fajr on time, like the adult ones, they miss the Fajr. So pray another one with it. That way for whatever we owe we pray extra to make up the missed prayers.

We do this because sometimes we are praying in the plane so we don’t know if it will be accepted, and other prayers we didn’t give attention and so forth. So everyone try to keep this recommendation as much as they can. Now that it is not an order, rather it is a request, as Mawlana Shaykh said to mention that, so it is better. For those who don’t know you can inform them by email for very close ones.

Now if one day we missed doing these qada, it is ok, if we missed one of them. We go through this year from Rabi` al-Akhir to next year Rabi` al-Akhir. wa min Allah at-tawfeeq bi hurmati ‘l-Fatiha.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...