Monday, May 6, 2013

Bagaimanakah cara memandang kepada pelaku maksiat?

Alhamdulillah, saya menemukan sebuah video yang sangat berkesan bagi diri saya pribadi dan semoga juga bermanfaat bagi saudaraku dimanapun berada. Video ini berisi sebuah suhbah dari Syaikh Al-Habib Ali al-Jufri. Saya mencoba menyalinnya kembali dalam bentuk tulisan dengan maksud sebagai catatan pribadi dan juga agar semakin mudah disebarkan mutiara-mutiara ilmu hikmah dari beliau. Sehingga kita bisa mengambil manfaat darinya untuk semakin meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT..aamiiin..

Berikut kutipan suhbah yang saya maksud, walaupun tidak lengkap dan hanya beberapa patah kata namun sangat mendalam maknanya bagi kita. Bagaimanakah cara memandang kepada pelaku maksiat? begitulah kiranya isi suhbah yang disampaikan. Mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap sesuatu yang merupakan rahasia Allah SWT..

Terimakasih kepada penerjemah yang telah bersusah payah menerjemahkan suhbah dari Al Habib Ali al Jufri yang sangat bermanfaat ini.

Bagaimanakah cara memandang kepada pelaku maksiat?
Oleh : Syaikh Al-Habib Ali al-Jufri 


" Kenapa kamu melihat diri kamu lebih baik dari orang lain? Pikirkanlah. Berhati-hatilah wahai orang yang yang hendak menuju kepada Allah SWT. Janganlah kamu melihat orang yang berdosa atau orang yang bermaksiat dengan pandangan penghinaan. Itu adalah suatu keadaan yang sangat bahaya. Pandangan yang seperti ini adalah yang dilarang. Ia akan memberi kesan pada hati. Ia menzalimi hati disebabkan oleh pandangan sedemikian menyebabkan hati menjadi gelap.

Telah melihat seorang abid dari Bani Israil yaitu seorang abid selama 500 tahun hanya beribadah saja. Telah melihat seorang abid dari Bani Israil kepada seorang fasik dari Bani Israil yang tidak pernah taat langsung kepada Allah SWT. Seorang ini datang dari satu arah dan seorang yang lain pula datang dari satu arah. Ketika keduanya saling melihat satu sama lain, saling berpalinglah keduanya satu sama lain. Tetapi atas sebab apa? Ahli ibadah ini berpaling atas sebab keangkuhannya terhadap orang yang bermaksiat itu. Ia menyangka Allah tidak mengampuniya selama-lamanya. Dia melihat dirinya lebih bagus atas sebab ibadahnya. Makna ibadah yang sesungguhnya adalah ibadah yang menambahkan kita kerendahan diri dan senantiasa merasa kekurangan. Ahli ibadah ini berbangga dengan amalan ibadahnya.

Orang yang bermaksiat itu pula berpaling dari ahli ibadah, tapi atas sebab apa? Karena dia malu terhadap Allah SWT. Ketika mana dia berpaling dari ahli ibadah itu dia berkata: "Astagfirullah al adzim siapalah aku ini untuk berjumpa dengan seorang yang baik lagi beribadah sedangkan aku ini orang yang fasik."

Adalah abid ini dari golongan Bani Israil ianya mendapat karamat (kemuliaan) karena ibadah yang bagus dia lakukan bahwasanya awan menaunginya apabila dia berjalan. Apabila datang mentari di waktu pagi, datang awan menaunginya. Maka ketika dia bertemu dengan orang fasik tadi kemudian dia berpaling dari si fasik itu karena takabbur. Apa yang difokuskan disini adalah tentang pandangan. Pandangannya kepada si fasik itu dengan pandangan kesombongan dan berpalingnya si fasik itu karena malu, ketika mereka berpisah, awan yang berada di atas si abid itu terus meninggalkannya dan mengikuti si fasik lalu menaunginya selepas itu. Apa sebabnya? karena dia (si abid) memandang dengan pandangan penghinaan.

Tidak dibenarkan bagi kamu menghina seseorang. Hinalah maksiat tapi jangan kamu menghina si pelaku maksiat. Hinalah kekufuran tapi jangan kamu menghina si kafir. Karena (secara) hakikat yang telah dihinakan pada kafir itu adalah hakikat kekufuran. Apakah dia hakikat kekufuran itu? yang mati dalam kekufuran. Tapi selagi mana dia masih hidup ia tidak dihinakan. Sesungguhnya kamu tidak tahu keadaan yang bagaimana ia mati. Jadi kamu langsung tidak dibenarkan menghina seorang pun daripada makhluk Allah SWT.

Ada tiga jenis bentuk pandangan. Dari malam ini kita tutup daripada berlaku pembalikan sehingga tidak menzalimi hati ini.
1. Melihat kepada aurat, yaitu apa yang diinginkan oleh nafsu.
2. Melihat dunia dengan pandangan kebesaran
3. Melihat makhluk Allah dengan pandangan penghinaan.

Tiga pandangan ini kita niat agar dijauhkan darinya. Kita berlindung dari tiga perkara ini dengan pandangan yang akan mencurahkan cahaya pada hati ini. Pandangan yang akan mencurahkan cahaya pada hati ini adalah pandangan yang telah dibenarkan Allah ta'la untuk melihatnya dengan pandangan tafakur. Dan pandangan kepada ibu bapak, kepada Ulama, kepada kawan-kawan seislam dengan pandangan kasih sayang. Dan pandangan kepada pelaku maksiat dengan pandangan belas kasihan. Dan pandangan kepada orang yang taat dengan pandangan kemuliaan. Inilah dia bagian dalam pandangan melihat kepada lembaran al Quran. Pandangan yang seperti ini memberi cahaya dalam hati. Inilah dia jalan penyelesaian terhadap 3 jenis pandangan tadi.

Dalam pembicaraan kita tentang hati dalam majlis hari ini. Mestilah berjaga-jaga terhadap perkara ini. Jadi kita ulang kembali secara ringkas di akhir majlis kita. Dalam majlis kita mebicarakan tentang faidah/hasil taubat. Terhasil taubat di hati dengan melahirkan imaknya ke jalan menuju Allah SWT. Impaknya ini akan menyebabkan kita bergerak berpandukan hati. Hati ini penting karena ia merupakan tempat pandangan Alllah dan diantara kepentingan hati seperti sabda baginda Sayyidina Muhammad SAW ketika bersaksi untuk bersumpah: " Demi Yang Maha Membolak-balikkan hati. jadi membolak balik hati ini merpuakan perkara yang sangat penting.

(bersambung)






Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=Z51cFs3CPJM&feature=share


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...