Monday, July 23, 2012

Syaikh `Abdullah Faiz ad-Daghestani qs


Syaikh `Abdullah Faiz ad-Daghestani qs
Semoga Allah Mensucikan Rahasianya
 

Engkau adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari hati.
Kelopak mataku tidak pernah tertutup
Kecuali bahwa Engkau berada di antara mereka dan mataku.
Cinta-Mu adalah bagian dariku
seperti pembicaraan internal jiwa.

Aku tidak dapat bernapas
kecuali Engkau ada dalam napasku
Dan Aku menemukan-Mu
berburu menembus setiap inderaku.

Abul Hasan Sumnun


Beliau dilahirkan di Daghestan pada tahun 1309 H/1891 M dari sebuah keluarga dokter.  Ayah beliau adalah seorang dokter umum dan kakaknya adalah dokter bedah di kemiliteran Rusia.  Beliau dibesarkan dan dididik secara khusus oleh pamannya yang bernama Syaikh Syarafuddin ad-Daghestani ق, imam Tarekat Naqsybandi pada masa itu.  Selama masa kehamilan adiknya, Syaikh Syarafuddin ق mengatakan,

Bayi lelaki yang sedang engkau kandung tidak mempunyai pelindung di hatinya.  Dia akan mampu melihat kejadian yang telah atau akan terjadi.  Dia akan menjadi salah seorang yang dapat membaca pengetahuan tak terlihat, langsung dari Lauh Mahfuz.  Kelak dia akan menjadi seorang ‘Sultan al-Awliya’.

Di antara para awliya, dia akan dijuluki ‘Pemimpin Umat Muhammad’.  Dia akan menyempurnakan kemampuan bersama Tuhannya sekaligus bersama umat dalam waktu yang bersamaan.  Dia akan mewarisi rahasia dari Nabi Muhammad saw ketika beliau bersabda, ‘Aku mempunyai satu wajah menghadap pada Sang Pencipta, dan satu wajah memandang pada ciptaan-ciptaan-Nya.’ Dan ‘Aku mempunyai satu jam dengan Sang Pencipta dan satu jam bersama ciptaan-Nya.’

Jika telah lahir, beri dia nama `Abdullah ق (hamba Allah), karena dia akan membawa rahasia pengabdian.  Dia akan menyebarkan tarekat kembali ke negara-negara Arab.  Melalui anakmu ini, penerusnya (Syaikh Nazhim ق ) akan menyebarkan tarekat ini di negara-negara barat dan timur jauh.  Jagalah dia baik-baik.  Aku meminta hal itu sampai dia berusia 7 tahun, yang kemudian engkau akan memberikannya padaku untuk kudidik di bawah perlindunganku.

Pada tanggal 12 Rabiul Awal, hari Kamis, ibunya yang bernama Aminah melahirkan beliau, yang kemudian diberi nama `Abdullah ق.  Pada saat persalinan, tidak seorang pun menemaninya.  Suaminya sedang sibuk dan kakaknya sedang pergi.  Aminah  mengatakan bahwa dia mendapat penglihatan di mana dua wanita mendatanginya.  Yang satu adalah Rabi’ah al-Adawiyya ق dan yang satunya adalah Asiya (istri Firaun yang mempercayai keimanan Nabi Musa as). Mereka membantu persalinannya.  Setelah beberapa saat  ketika penglihatan itu berakhir, Amina melihat bayinya telah lahir.  Pada saat itu, suaminya tiba dan menolongnya.

Orang tua beliau tidak pernah mendengar Syaikh `Abdullah ق kecil menangis.  Di masa kanak-kanak usia satu tahun, mereka sering melihat Syaikh `Abdullah ق menundukkan kepalanya di lantai seperti sedang bersujud.  Ibunda, keluarga dan para tetangga heran melihat hal ini.  Beliau bisa berbicara pada umur tujuh bulan dan mampu membuat orang lain memahami perkataannya dengan jelas.

Beliau sungguh berbeda dengan anak-anak seusianya.  Sering dijumpai kepala Syaikh `Abdullah kecil ق bergerak ke kanan dan ke kiri sambil menggumamkan Nama Allah swt.  Pada usia tiga tahun, beliau sering mengatakan tentang masa depan para tamu yang datang.  Beliau mampu mengetahui nama orang yang bersangkutan tanpa mengenalnya atau diberitahu sebelumnya.  Beliau membuat kagum masyarakat, dan banyak orang mendatangi orang tuanya agar dapat melihat anak luar biasa itu dan mendengarnya berbicara.

Pada usia 7 tahun, beliau telah selesai belajar Qur’an.  Duduk bersama pamannya, Syaikh Syarafuddin ق sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang-orang padanya.  Jawaban-jawaban beliau sungguh jelas berkaitan dengan syariat Islam, meskipun belum pernah mempelajari hukum.  Beliau akan membaca ayat-ayat pendukung tanpa pernah mempelajari ilmu syariat.  Hal ini membuat masyarakat semakin tertarik pada  Syaikh `Abdullah kecil ق.

Rumah ayahnya selalu penuh dengan kunjungan orang yang menanyakan masalah-masalah, kesulitan dan urusan sehari-hari. Beliau akan menjawab dan meramalkan hasilnya.  Pada usia 7 tahun beliau menjadi amat terkenal, sehingga ketika orang ingin menikah, mereka akan menanyakan apakah perkawinannya ditakdirkan untuk berhasil.  Lebih dari itu, mereka menanyakan apakah perkawinannya telah sesuai dengan Takdir Tuhan seperti tercantum dalam Lauh Mahfuz.
Para ulama saat itu menyetujui keputusan-keputusan dan hukum peradilan yang dikatakannya.  Kaum yang memahami kagum akan pengetahuan Syaikh `Abdullah ق yang baru berusia 7 tahun, mereka akan datang dari jauh untuk mendengarkan pengetahuan spiritual yang mengalir bak air terjun.

Pamannya bertanya bagaimana ia bisa berbicara dengan begitu mudah dan tiada akhirnya.  Jawaban beliau adalah, “Wahai pamanku, hal itu datang padaku seperti kata-kata yang tertulis tepat di depanku, berasal dari Hadirat Ilahi. Aku hanya melihat dan membaca apa yang telah tertulis.”

Beliau sering berdiskusi tentang masalah-masalah dari pengetahuan mendalam yang sebelumnya belum ada yang membahasnya.  Pada usia tujuh tahun itu Syaikh `Abdullah ق mengatakan kepada para pakar hikmah saat itu, “Jika aku bicara tentang apa yang telah diletakkan pada hatiku, yaitu Pengetahuan Ilahi, bahkan para awliya pun akan menggorok leherku.”

Beliau cermat sekali dalam menjaga kewajiban syariat Islam. Beliau yang pertama muncul di masjid ketika tiba waktunya salat, lima kali sehari.  Beliau yang pertama hadir dalam majelis zikir, juga yang pertama datang dalam pertemuan para ulama juga pertemuan-pertemuan spiritual lainnya.

Beliau masyhur dalam menyembuhkan orang-orang yang sakit dengan membaca surat al-Fatiha, meniupkannya pada si sakit sehingga mereka sembuh.  Beliau mempunyai keahlian menyembuhkan orang walaupun berada pada jarak yang jauh.  Masyarakat mendatanginya demi kesembuhan orang tua, istri, atau siapa pun yang sakit dan tak mampu datang pada beliau.  Dalam waktu singkat mereka akan sembuh di mana pun tempatnya. Penyembuhan hanyalah salah satu karomah atau keutamaan yang beliau miliki.

Berbicara tentang Beliau Sendiri

Aku adalah seorang keturunan Miqdad bin al-Aswad ra, seseorang yang Nabi Muhammad saw tunjuk sebagai wakil beliau bilamana Nabi saw meninggalkan Madinah untuk suatu misi.  Aku mewarisi, seperti pamanku, lima tanda dari Tangan Barakah Nabi Muhammad saw yang diletakkan di punggung kakekku, Miqdad bin al-Aswad ra.  Dari tanda lahir ini memancar sebuah cahaya yang khas.

Pada saat itu sekitar tahun 1890-an, Daghestan berada di bawah penjajahan dan tirani tentara Rusia.  Paman beliau, sebagai pemuka agama di desanya juga ayahnya yang terkenal sebagai dokter, memutuskan untuk pindah dari Daghestan menuju Turki.  Mereka meminta Syaikh `Abdullah ق untuk mengadakan konsultasi spiritual untuk masalah hijrah itu.  Syaikh `Abdullah ق mengisahkan kejadian itu,

Malam itu aku salat malam.  Aku kembali berwudu, dan salat 2 rakaat.  Aku duduk bertafakur, menghubungkan diriku lewat perantaraan syaikhku kepada Nabi Muhammad saw.  Aku melihat Nabi saw mendatangiku bersama 124.000 sahabat-sahabat beliau.  Beliau mengatakan, “Wahai anakku, aku lepaskan seluruh kekuatanku dan kekuatan 124.000 sahabat-sahabatku dari hatiku.  Katakan pada pamanmu dan pengikutnya di desa ini untuk pindah ke Turki segera.”      

Kemudian Nabi saw memelukku dan aku merasakan diriku hilang dalam diri Nabi saw.  Begitu hal itu terjadi aku melihat diriku terangkat sebagaimana Nabi saw melakukan perjalanan malamnya (Isra’ Mi’raj).  Aku melihat diriku menaiki Buraq yang mengantarkan Nabi saw.  Aku juga melihat diriku sendiri mengalami sebuah maqam ‘Sejarak dua busur panah’ [53:9], di mana yang kulihat hanyalah Nabi saw dan bukan diriku sendiri.

Aku merasakan diriku menjadi sebuah bagian dari keseluruhan Nabi Muhammad Sallallahu alayhi wasalam.  Lewat kenaikan itu, aku menerima  kenyataan bahwa Nabi saw memasukkan ke dalam hatiku apa yang beliau terima dalam Malam Kenaikan (Isra’ Mi’raj). Segala macam pengetahuan yang masuk dalam hatiku  berupa kata-kata yang bercahaya, berubah warnanya mulai dari hijau kemudian ungu.  Pemahaman-pemahaman yang diberikan itu tidak terukur besarnya.

Aku mendengar  sebuah suara yang berasal dari Hadirat Ilahi yang mengatakan, “Mendekatlah, wahai hamba-Ku, menuju Hadirat-Ku.”  Begitu aku mendekat melalui Nabi saw, segalanya menjadi hilang, bahkan realitas spiritual Nabi saw pun lenyap.  Tidak ada yang eksis kecuali Tuhan, Dia Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Agung.’

Kembali aku mendengar sebuah suara dari seluruh Sifat-Sifat dan Nama-Nama–Nya yang bercahaya  dalam Hadirat-Nya, ‘Wahai hamba-Ku, kini saatnya maqam penghidupan melalui Nabi Muhammad saw, setelah menjadi fana, muncul serta hidup kembali dalam Hadirat Ilahi, dihiasi dengan ke-99 Sifat-Sifat.  Aku melihat diriku di dalam diri Nabi saw dan muncul di dalam setiap ciptaan yang eksis berkat Kekuatan Tuhan. Hal itu membawa kami pada maqam di mana kami mampu menyadari bahwa ada jagad-jagad lain selain jagad ini, dan di sana ada berbagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung.   Kemudian kurasakan pamanku menggucang-guncang pundakku sambil mengatakan, ”Anakku, sudah waktunya Salat Subuh.”

Aku salat di belakang beliau bersama 300 penduduk desa yang berjamaah bersama kami.  Selesai salat, pamanku berdiri dan mengatakan, “Kami telah meminta keponakan kami untuk melakukan konsultasi spiritual.”  Setiap orang tak sabar mendengar apa yang telah aku peroleh.  Namun kemudian pamanku berkata, “Dia dibawa menuju hadirat Nabi saw dengan kekuatanku.

Nabi saw telah memberi izin kita untuk hijrah ke Turki.  Lalu beliau membawa keponakanku menuju maqam-maqam sampai ke maqam ‘Dengan jarak dua busur panah [53:9]’.  Nabi saw juga membawanya menuju sebuah maqam Pengetahuan di mana Nabi saw belum pernah membukaya bagi awliya mana pun, termasuk aku sendiri.  Kenaikannya adalah sebuah petunjuk bagi awliya dulu dan yang akan datang; dan sebuah kunci untuk membuka Samudra Pengetahuan dan Kebijaksanaan.“

Aku berkata pada diriku sendiri, “Pamanku bersamaku dalam peristiwa penglihatan itu dan dengan kekuatan beliaulah aku menerima penglihatan itu.”

Setiap penduduk desa mulai bersiap untuk hijrah.  Kami bergerak dari Daghestan menuju Turki dalam sebuah perjalanan yang penuh kesulitan akibat adanya pasukan Rusia dan para perampok yang tak segan membunuh tanpa sebab.  Mendekati perbatasan Turki, kami memasuki kawasan hutan yang terkenal penuh dengan para tentara Rusia.  Saat itu waktunya Salat Subuh.  Pamanku mengatakan, ”Setelah Salat Subuh kita akan memasuki hutan itu.”

Setelah salat, kami pun mulai bergerak.  Syaikh Syarafuddin ق  berseru pada semua orang, ”Berhenti!”  lalu beliau meminta secangkir air. Seseorang membawakan air itu dan beliau membacakan surat Yaa Siin, ‘ Dan kami jadikan di depan mereka dinding dan di belakang mereka dinding, lalu Kami tutup matanya sehingga tidak melihat [36:9]  Allah swt adalah sebaik-baik penjaga.  Dia Maha Penyayang dari semua Penyayang [12:64].

Begitu beliau membaca ayat-ayat ini, setiap orang merasakan sesuatu memasuki hati mereka.  Aku melihat mereka gemetar.  Tuhan menganugerahiku sebuah penglihatan di mana saat itu pasukan Rusia mengelilingi kami di bagian mana pun di hutan itu.  Mereka akan menembak apa pun yang bergerak, walaupun itu hanya seekor burung.  Kami melewati mereka dan kami selamat.  Kami berjalan menyusuri hutan namun mereka tidak mendengar suara kami ataupun suara ternak kami.  Kami tiba di sisi lain dari perbatasan itu.

Penglihatan itu lenyap ketika Syaikh Syarafuddin ق selesai membaca Surat Yaa Siin.  Beliau cipratkan air itu pada kepala kami sambil mengatakan, “Bergerak sekarang! Namun jangan menengok ke belakang.”  Begitu kami maju, kami mampu melihat para tentara Rusia di setiap penjuru hutan, namun kami merasa bahwa kami tidak terlihat oleh mereka.  Kami bergerak sekitar 20 mil melalui hutan itu. Butuh waktu dari pagi sampai lewat tengah malam.

Kami tidak berhenti kecuali untuk salat.  Kami mendengar para tentara itu menembaki orang-orang, burung-burung, binatang-binatang dan apa pun yang bergerak, namun kami melewati mereka tanpa terdeteksi.  Hanya rombongan kami yang selamat.  Kami keluar dari hutan dan menyebrang menuju Turki.

Awalnya kami menuju Bursa, di mana Syaikh Syarafuddin ق mendirikan rumah selama setahun.  Kemudian beliau pindah ke Rashadiya, bergabung dengan pamannya,  Syaikh Abu Muhammad al-Madani ق, di mana mereka membangun sebuah desa bagi para imigran dari Daghestani.  Berjarak 30 mil dari Yalova, tepatnya di pesisir Marmara, yaitu 50 mil dari Bursa, atau 60 mil dari Adapazar.  Beliau membangun masjid pertama di desa itu.  Di sebelah masjid itu, beliau membangun rumah beliau sendiri.  Para imigran sibuk membangun rumah-rumah mereka.  Ayah ibuku membangun sebuah rumah bersebelahan dengan rumah Syaikh Syarafuddin ق.

Ketika menginjak umur 13 tahun, Turki di bawah serangan pasukan Inggris, Perancis, dan Yunani.  Tentara Turki mengenakan wajib militer bagi warganya, bahkan pada anak-anak.  Mereka menginginkan aku untuk bergabung, namun pamanku, yang mempunyai hubungan erat dengan Sultan Abdul Hamid, menolak untuk mengirimku bergabung.  Ayahku telah meninggal dan ibuku sendirian, sehingga aku harus membantu beliau.  Ketika umurku mencapai 15 tahun, Syaikh Syarafuddin ق mengatakan padaku, ”Anakku, engkau sudah dewasa.  Menikahlah sekarang.”  Aku pun menikah pada umur yang masih belia, 15 tahun;  kemudian tinggal bersama ibu dan istriku.


Khalwat Pertama dan Latihan Spiritual

Syaikh Syarafuddin ق merawat dan melatih Syaikh `Abdullah ق dengan disiplin spiritual secara intensif dan zikir yang panjang waktunya.  Enam bulan setelah pernikahan, beliau diperintahkan untuk memasuki khalwat selama 5 tahun. Beliau bercerita,

“Aku masih seorang pengantin baru, yaitu enam bulan ketika syaikhku memerintahkan aku untuk memasuki khalwat selama lima tahun.  Ibuku sangat kecewa, beliau mendatangi syaikhku, yaitu kakaknya sendiri dan protes akan keputusan itu.  Istriku juga kecewa, namun hatiku sama sekali tidak pernah mengeluh.  Bahkan sebaliknya, aku sangat senang memasuki khalwat yang sangat aku idam-idamkan itu.

Aku berangkat khalwat, meskipun ibuku menangis dan mengatakan, “Tidak ada lagi yang aku miliki selain engkau. Kakakmu masih di Rusia, dan ayahmu telah meninggal.” Aku kasihan melihat ibuku, namun aku sadar akan perintah syaikhku dan itu pasti berasal langsung dari Nabi saw.  Aku memasuki khalwat itu dengan perintah untuk mandi dengan air dingin enam kali sehari, serta menjaga segala kewajiban-kewajiban dan zikir hariannya.  Sebagai tambahan, aku diperintahkan untuk membaca tujuh sampai lima belas juz Quran  dan mengulang Nama Allah.. Allah…Allah 148.000 kali dan selawat Nabi Muhammad saw 24.000 kali setiap harinya.

Banyak lagi latihan-latihan lainnya yang harus dilakukan dengan terfokus dan penuh ketenangan.  Aku berada di sebuah gua, di tengah sebuah hutan besar, di atas gunung bersalju yang tinggi.  Satu orang ditunjuk untuk melayaniku dengan 7 buah zaitun dan 2 ons roti setiap harinya.   Saat itu umurku lima belas setengah tahun.  Ketika aku selesai berkhalwat umurku sudah mencapai dua puluh tahun, berat badanku hanya 100 pound, sangat kurus.

Penglihatan-penglihatan dan pengalaman-pengalaman yang telah terbuka tidak mampu aku ceritakan dengan kata-kata. Aku memasuki khalwat itu dengan mengatakan pada egoku, “Egoku, ketahuilah, aku tidak akan meninggalkan khalwat ini, bahkan jika aku harus mati.  Jangan coba-coba mengubah pikiranku atau menipuku.”

Ada sedikit lubang di atas gua, namun aku menutupnya dengan sepotong kain.  Aku hanya tidur sebentar dalam khalwat itu.  Aku tidak merasa butuh untuk tidur, karena dukungan surgawi begitu kuatnya.  Suatu saat aku menerima penglihatan ketika Nabi Muhammad saw berkhalwat di gua Hira.  Selama 40 hari aku duduk di belakang beliau dan tidak pernah tidur tetapi tetap dalam keadaan seperti itu.

Ketika aku berzikir, setelah lewat tengah malam, badai melanda pegunungan itu.  Aku mendengar badai itu merobohkan pepohonan, kemudian datang hujan dan akhirnya turun salju.  Begitu dingin dan tidak ada yang menghangatkanku kecuali panasnya hawa zikirku.  Sebuah angin kencang menerbangkan sumpalan kain pada lubang di atap gua.  Aku pun membeku, dan salju mulai berjatuhan di tubuhku.  Begitu dinginnya, sehingga aku tak mampu menggerakkan jari-jariku untuk berzikir.

Jantungku seakan terhenti.  Terlintas keinginan untuk menutup lubang itu kembali, namun Syaikhku datang dengan berteriak, “Anakku!  Engkau sibuk dengan dirimu sendiri atau dengan Dia yang telah menciptakanmu?!  Jika engkau mati kedinginan, itu lebih baik daripada mengizinkan hatimu lalai walau sesaat.”

Penglihatan itu membuat hatiku terasa hangat dan kemudian aku mengulangi zikirku segera.  Aku perang melawan diri sendiri.  Akhirnya aku mengatakan, “Biarkan aku mati, tetapi aku akan tetap melanjutkan zikirku.”  Tiba-tiba, angin disusul salju pun berhenti.  Sebuah pohon jatuh, tepat menutupi lubang di atap gua.

Suatu hari setelah salat malam, ketika aku sibuk dengan zikir dan hatiku terhubung dengan Asalnya, aku mengalami penglihatan bahwa diriku sedang berzikir di Hadirat Ilahi. Pada saat yang sama aku merasakan sesuatu membelitku, aku sadar itu bukan sesuatu yang spiritual tetapi berwujud. Aku teringat dengan perkataan Nabi Muhammad saw, “Tidak ada ketakutan di dalam hatiku kecuali takut pada Tuhan.” Meskipun sesuatu membelit tubuhku, aku tetap tidak terganggu dalam Hadirat-Nya.

Pada tingkatan itu aku mencapai maqam kesadaran akan 777.777 kali pengulangan Nama Ilahi.  Ketika akan mencapai 777.778 aku mendengar dari Hadirat Ilahi, “Wahai hamba-Ku, malam ini engkau telah mencapai rahasia kesadaran  akan angka / jumlah (Wuquf Adadi).  Engkau telah berhasil meraih kunci maqam itu.  Masukilah Hadirat-Ku dalam tingkatan seseorang yang mampu berbicara pada Tuhannya, tingkatan Nabi Musa as  ketika dia berbicara dengan Hadirat Ilahi.“

Aku menerima jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang para awliya belum pernah mampu mencapainya.  Aku gunakan kesempatan itu untuk bertanya pada Allah swt, “Ya Allah, apakah Nama-Mu Yang Teragung?”  Dan aku mendengar, “Wahai hamba-Ku, engkau akan diberi jawabannya nanti.”  Lalu penglihatan itu lenyap bertepatan dengan waktunya untuk Salat  Subuh.

Sebelum salat, aku diwajibkan untuk mandi dengan air dingin.  Namun karena tidak ada air yang mengalir maka aku pun mandi dengan salju.  Ketika akan bangkit untuk mandi, sebuah kepala ular menghadap tepat di wajahku, ternyata dialah yang membelit tubuhku.  Kepalanya begitu tenang sehingga jika ada gerakan karena rasa takut bisa membuatnya menyerangku.  Aku tidak mempedulikan ular itu.

Aku tahu jika aku merasa takut, dia akan menyerang.  Jadi dalam pikiranku, aku membuatnya tidak ada.  Aku tidak bisa mandi dengan ular membelitku, namun perintah syaikh harus aku ikuti.  Maka aku guyur air di sekujur pakaian dan ular itu.  Selama 40 hari, ular itu tetap membelitku.  Ketika salat, ular itu menggerakkan kepalanya untuk memberi kesempatan aku bersujud.  Selama 40 hari, ular itu terus menatapku, menungguku berbuat kesalahan atau ketakutan,  untuk kemudian menyerangku.  Itu ujian dari syaikhku, untuk melihat apakah aku takut pada selain Allah.  Pada akhirnya hal itu berakhir, ular itu mulai melepaskan belitannya dari tubuhku.  Dia berhenti sebentar di hadapanku untuk kemudian menghilang.

Syaikh `Abdullah ق melewatkan waktu lima tahun dalam khalwat semacam itu, yang berakhir ketika beliau menginjak usia 20 tahun.  Ketika beliau kembali, beliau sudah pantas untuk masuk wajib militer.  Syaikh `Abdullah ق pun bergabung dalam kemiliteran.


Kenaikan Beliau

Syaikh `Abdullah ق bercerita dalam sebuah insiden yang terjadi selama pengabdian beliau dalam kemiliteran Ottoman,

Aku  menjumpai ibuku hanya dalam waktu satu atau dua minggu.  Lalu mereka mengambilku untuk berperang dalam Safar Barlik di Dardanella.  Suatu hari ada serangan dari musuh dan kami, 100 orang tertinggal di belakang untuk mempertahankan wilayah perbatasan.  Aku adalah seorang penanda yang ulung, mampu memukul sebuah ancaman dari jarak jauh.  Kami tidak mampu mempertahankan  posisi kami di bawah serangan yang tajam.  Aku merasakan sebuah peluru menembus jantungku, aku pun terjatuh di tanah.

Ketika aku terbaring sekarat, aku melihat Nabi Muhammad Sallallahu alayhi wasalam menghampiriku.  Beliau berkata, ”Oh anakku, engkau ditakdirkan untuk meninggal di sini, namun kami masih memerlukanmu di bumi ini, baik secara spiritual maupun fisik.  Aku datang padamu untuk menunjukkan bagaimana seorang manusia meninggal dan bagaimana malaikat mengambil nyawa.”

Beliau saw memberiku penglihatan di mana aku melihat rohku mulai meninggalkan tubuhku, dari sel ke sel, berawal dari ibu jari kakiku.  Begitu kehidupan dilepaskan,  aku dapat melihat berapa banyak sel-sel dalam tubuhku.  Fungsi-fungsi setiap sel, dan penyembuh setiap penyakit dari setiap sel dan aku juga mendengar zikir di setiap sel tubuhku itu.

Begitu rohku mulai bergerak meninggalkan tubuh, aku mengalami apa yang orang rasakan ketika meninggal dunia.  Aku dibawa melihat berbagai keadaan saat kematian: kepedihan, kemudahan, dan kematian yang sangat membahagiakan.  Nabi Muhammad saw mengatakan, “Engkau termasuk orang yang meninggal dengan keadaan bahagia.”  Aku menikmati kematian itu, karena hal itu membuatku memahami ayat Quran, ‘Kami adalah milik Allah, dan pada-Nya kami kembali‘ [2:156].

Penglihatan itu berlanjut sampai aku mengalami saat rohku sampai pada napas terakhir.  Aku melihat malaikat maut datang dan mendengar pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan.  Segala macam penglihatan bagi orang yang sedang sekarat aku alami, namun aku masih dalam keadaan hidup, sehingga aku dapat memahami rahasia segala tingkatan itu.

Aku melihat rohku memandang ke bawah pada jasadku, dan Nabi Muhammad saw mengatakan padaku, “Kemarilah!”  Aku menemani Nabi saw  dalam sebuah penglihatan akan ketujuh surga.  Aku melihat apa pun yang Nabi saw inginkan aku melihatnya di dalam tujuh surga-surga itu.  Beliau mengangkatku pada maqam kebenaran di mana aku melihat nabi-nabi, semua awliya, seluruh syuhada, dan kaum yang lurus imannya.

Beliau mengatakan, “Oh anakku, sekarang aku akan membawamu melihat siksaan-siksaan neraka.“  Di sana aku melihat semua yang Nabi saw pernah sebutkan dalam hadis-hadis dan sabda beliau tentang siksaan-siksaan neraka.  Aku pun berkata, “Ya Nabi, engkaulah yang dikirim sebagai wasilah bagi umat manusia, adakah cara agar mereka dapat terselamatkan?”  Beliau menjawab, “Anakku, dengan syafaatku mereka dapat terselamatkan.  Aku menunjukkan padamu, takdir dari kaum yang aku tidak mempunyai kekuatan untuk campur tangan atas mereka.”

Nabi saw berkata, “Anakku, kini aku kembalikan kamu ke dunia dan ke dalam tubuhmu.”  Begitu Nabi Muhammad saw mengatakan hal itu, aku melihat ke bawah di mana terlihat tubuhku telah membengkak.  Aku pun berkata pada Nabi saw, “Ya Nabi Allah, lebih baik aku di sini bersamamu.  Aku tidak mau kembali.  Aku bahagia bersamamu dalam Hadirat Ilahi.  Lihatlah dunia itu.  Aku sudah pernah di sana dan sekarang aku telah meninggalkannya.  Mengapa harus kembali? Lihat, tubuhku sudah membengkak.” Nabi saw menjawab, “Oh anakku, engkau harus kembali.  Itulah tugasmu.”

Atas perintah Nabi saw, aku kembali pada tubuhku, meskipun aku tidak menginginkannya.  Aku melihat peluru telah menyatu dalam daging, dan pendarahan telah berhenti.  Begitu aku memasuki tubuhku dengan lembut, penglihatan itu pun berakhir.  Aku melihat para dokter di medan peperangan sedang mencari mereka yang masih hidup di antara yang telah gugur.  Salah seorang berteriak, “Yang itu masih hidup!”  Aku terlalu lemah untuk bergerak atau pun berbicara, sampai aku menyadari bahwa tubuhku telah tergeletak di sana selama 7 hari.  Mereka membawa dan merawatku, sampai kesehatanku pulih.

Mereka mengembalikanku pada pamanku.  Begitu aku bertemu, beliau mengatakan, “Oh anakku, apakah kamu menikmati kunjunganmu?”  Aku tidak menjawab “Ya” ataupun “Tidak” karena aku tidak tahu yang mana yang dimaksud pamanku, kunjungan kemiliteran atau kunjungan bersama Nabi saw. Kembali beliau bertanya, “Oh anakku, apakah kamu menikmati kunjunganmu bersama Nabi saw?“  Aku pun sadar bahwa beliau mengetahui segala hal yang telah terjadi padaku.  Aku pun langsung menghampirinya dan mencium tangan beliau sambil berkata, “Oh syaikhku, aku harus mengakui bahwa aku tidak ingin kembali.  Namun Nabi saw mengatakan bahwa itulah tugasku.”


Kepasrahan Mutlak Syaikh `Abdullah ق

Syaikh `Abdullah Faiz ق melanjutkan kehidupannya di bawah pengawasan pamannya, Syaikh Syarafuddin ق.  Beliau lebih maju bahkan lebih tinggi dalam pengetahuan spiritual.  Suatu hari Syaikh Syarafuddin ق sedang duduk dalam sebuah pertemuan bersama 300 ulama, baik dalam hal agama maupun tarekat.  Mereka bermaksud untuk mendiskusikan pentingnya kehidupan rohaniah.  Mereka duduk di sebuah lembah dekat dengan masjid Syaikh Syarafuddin qs.

Syaikh `Abdullah ق datang ke lembah itu.  Para ulama berkata pada Syaikh Syarafuddin ق, ”Kami kagum dengan apa yang telah engkau berikan pada anak itu.”  Dan syaikh menjawab,

“Lihatlah anak itu.  Dia mendatangiku.  Jika seorang anak berumur 7 tahun menghampirinya dan mengatakan, ”Syaikhmu berpesan agar engkau pergi ke Mekkah.” Dan bahkan jika aku tidak mengirim anak itu, maka `Abdullah ق akan menerima dan melakukan apa yang anak kecil itu katakan.  Ini karena dia menghubungkan semuanya denganku, dan dia tahu bahwa apa yang datang padanya adalah berasal dariku, tidak peduli apa maknanya.

Dia paham bahwa apa yang datang padaku berarti berasal dari Nabi Muhammad saw, karena hatiku terhubung dengan beliau, dan itu bersumber pada Tuhan.  Jika hal itu terjadi, dia tidak akan pergi ke istri atau ibunya ataupun mempersiapkan bekal.  Dia akan langsung bergegas mengarahkan kakinya menuju Mekkah.  Itulah mengapa aku mementingkan dirinya, karena aku  juga tahu maqam seperti apa yang dia tempati sekarang.

`Abdullah ق berada pada maqam yang belum pernah seorang pun mampu memasuki ataupun melihatnya, termasuk diriku.  Dia telah mencapai maqam yang lebih tinggi dariku dan lebih tinggi dari semua guru-guru pada tarekat ini. Karena tarekat berlanjut dari syaikh yang satu ke syaikh selanjutnya dan terus naik tingkatannya.  Rahasia yang diberikan secara turun-temurun akan bertambah sampai pada penerus selanjutnya.  Pada saat yang sama, tingkatan Nabi Muhammad saw juga semakin meningkat.  Setiap saat begitu Nabi saw naik tingkatannya, demikian juga dengan para awliya dalam lingkungan umat beliau.  Inilah arti dari ayat, “di atas orang-orang yang berilmu ada Yang Maha Tahu. [12:76].


Sebuah Perjumpaan dengan Gurdjieff  

Grandsyaikh `Abdullah ق sering melayani di khaniqah milik pamannya.  Setiap hari ratusan tamu mengunjungi syaikh, kebanyakan dari Daghestan.  Di antara tamu itu ada seorang guru dari Rusia, George Gurdjieff.

Beliau baru tiba di Turki setelah melewati sebuah perjalanan panjang dan sulit dalam pelarian diri dari Rusia ketika ada revolusi komunis. Gurdjieff mempunyai hubungan dengan sufi-sufi berbagai tarekat dan telah sering mengembara di seluruh pelosok Kaukasus.  Beliau bahagia bisa bertemu dengan para pewaris Tarekat Mulia Naqsybandi Daghestani.

Syaikh Syarafuddin ق meminta Syaikh `Abdullah ق sebagai penerima tamunya.  Syaikh `Abdullah ق menceritakan berbagai peristiwa pertemuan dengan murid-muridnya bertahun-tahun kemudian.  Begitu keduanya bertemu, Syaikh `Abdullah ق mengatakan, “Anda tertarik dengan  pengetahuan akan 9 titik-titik itu.  Kita bisa membicarakannya esok hari setelah Salat Subuh.  Kini silakan makan dan istirahat.”  Esoknya, Syaikh `Abdullah ق memanggil Gurdjieff untuk Salat Subuh berjamaah.  Ketika selesai, syaikh mulai membaca Surat Yaa Siin.  Setelah itu Gurdjieff mendekati beliau untuk menanyakan pengalamannya.  Gurdjieff mengatakan  hal ini,

“Begitu Anda selesai salat dan mulai membaca surat itu, aku melihat Anda datang dan meraih tanganku.  Kami  diarahkan pada sebuah taman mawar yang indah.  Anda mengatakan bahwa taman ini adalah taman Anda dan mawar-mawar itu adalah murid-murid Anda, setiap dari mereka mempunyai warna dan harum yang berbeda-beda. Anda arahkan aku pada salah satu mawar merah dan mengatakan, ”Ini adalah kepunyaanmu.  Ciumlah.”  Saat aku menciumnya, aku melihat mawar itu mekar dan aku lenyap di dalamnya dan menjadi mawar itu.  Aku memasuki akarnya dan aku dibawa ke hadirat Anda.  Aku merasa memasuki hati Anda dan menjadi bagian dari diri Anda.

“Lewat kekuatan spiritual Anda, aku mampu naik menuju pengetahuan akan kekuatan 9 titik-titik itu.  Sebuah suara yang memanggilku dengan `Abdan Nur, mengatakan, “Cahaya dan pengetahuan ini telah dianugerahkan padamu dari Hadirat Tuhan agar membawa damai dalam hatimu. Namun kamu tidak boleh menggunakan kekuatan ilmu itu,“ suara itu mengucapkan selamat tinggal dan penglihatan  berakhir saat Anda selesai membaca Yaa Siin.

Syaikh `Abdullah ق menjawabnya,  “Surat Yaa Siin dinamakan “Hati Quran” oleh Nabi Muhammad Sallallahu alayhi wasalam dan pengetahuan akan 9 titik-titik ini dibuka padamu melalui surat ini.  Penglihatan itu barakah dari ayat: Salam! Sebagai ucapan dari Yang Maha Penyayang [36:58].

Setiap dari 9 titik-titik itu melambangkan 9 wali yang mempunyai tingkatan tertinggi dalam Hadirat Tuhan.  Mereka adalah kunci-kunci menuju ilmu-ilmu rahasia di antara umat manusia, namun tidak ada izin untuk menggunakan kunci-kunci itu.  Ini adalah sebuah rahasia yang secara umum tidak akan dibuka sampai Hari Kiamat kelak ketika Imam Mahdi alayhi salam muncul, dan Yesus alayhi salam ( Nabi Isa as ) kembali.

Pertemuan kita ini telah diberkati.  Jagalah itu sebagai sebuah rahasia dalam hatimu dan jangan dibicarakan dalam kehidupan ini.  `Abdan Nur, itulah namamu bagi kami, kamu bebas untuk tinggal atau pergi sesuai tanggung jawabmu mengizinkan.  Engkau selalu kami terima.  Engkau telah mencapai keselamatan dalam Hadirat Ilahi.  Semoga Tuhan memberkahimu dan memberimu kekuatan dalam tugasmu.


Maqam-Maqam Beliau dan Perkataan Beliau setelah Khalwat Kedua

Setelah umur 30 tahun, Syaikh `Abdullah ق diperintahkan untuk memasuki khalwat kedua selama 5 tahun.  Selama khalwat itu, penglihatan-penglihatan dan maqam-maqam dianugerahkan pada beliau yang mustahil untuk dijabarkan dalam buku ini.  Setelah khalwat kedua, kekuatan akan ketertarikan spiritual beliau meningkat.  Beliau menjadi terkenal semasa hidup Syaikh Syarafuddin ق.  Orang-orang berdatangan untuk belajar dari beliau.


Beberapa Perkataan Beliau Yang Penting

“Aku tidak berbicara pada kalian tentang berbagai maqam, manifestasi atau tingkatan tanpa aku pernah memasuki maqam itu atau mengalami manifestasinya.  Aku tidaklah seperti yang lain.  Aku tidak berbicara dengan memisahkan pandanganku dari hatiku.  Menerangkan detil maqam-maqam padamu tanpa mengetahui realitasnya.  Tidak demikian!  Pertama aku mengikuti jalannya dan melihatnya.  Aku mempelajari realitas dan rahasia-rahasia yang kutemukan selama perjalanan itu.  Aku mengamalkan jalan itu sampai meraih kepastian, mata dari  kepastian, kebenaran dari kepastian.  Hanya dengan itu aku mengatakannya padamu, memberimu sedikit rasa dari apa yang telah aku rasakan sampai aku mampu membuatmu mencapai maqam itu tanpa melelahkan dan memberimu kesulitan”.

“Ada 5 maqam dalam hati: Qalb, Sirr, Sirr as Sirr, Khafa dan Akhfa.  Qalb adalah Hati, Sirr adalah Rahasia, Sirr as Sirr adalah Rahasia di balik Rahasia, Khafa adalah Tersembunyi, dan Akhfa adalah Yang Paling Tersembunyi.  Rahasia tarekat ini berdasar atas  5 maqam tersamar dalam hati (lathaif).

Lathifah al-Qalb, Tingkatan Hati, ada di bawah wewenang Nabi Adam as, karena ini melambangkan aspek fisik dari hati.  Lathifah as-Sirr, Tingkatan Rahasia, ada di bawah wewenang Nabi Nuh as, karena ini melambangkan kapal yang selamat dari kegelapan dan banjir akibat ketidakpatuhan.  Lathifah Sirr as-Sirr, maqam Rahasia Dibalik Rahasia yang berada di bawah wewenang 2 nabi, yaitu Ibrahim as dan Nabi Musa as, di mana mereka melambangkan Hadirat Ilahi di muka bumi ini.  Tuhan menciptakan Ibrahim as sebagai simbol dari semua khalifah-Nya di bumi, sebagaimana tercantum dalam ayat ciptaan umat manusia [2:30].  Musa as telah diberkahi dengan pendengaran dan perkataan pada Tuhan, Dua atribut penting dalam Pengetahuan.

Lathifah al-Khafa, maqam Tersembunyi di bawah wewenang Yesus as (Nabi Isa as) atas pengetahuan tersembunyi.  Beliau melambangkan pengetahuan hikmah.

Lathifah al-Akhfa, maqam Paling Tersembunyi, di bawah Realitas Muhammad saw karena beliau dianugerahi sebuah maqam tinggi di atas seluruh nabi dan utusan-utusan-Nya.  Beliau yang dinaikkan pada malam Isra’ Mi’raj menuju Hadirat Ilahi.  Ini melambangkan kalimat suci sebagai kesaksian keimanan  dalam, “Tidak ada tuhan selain Allah.” dilanjutkan “Muhammad adalah utusan Allah.”

Cahaya-cahaya dari maqam-maqam ini telah ditunjukkan padaku.  Cahaya dalam Hati berwarna kuning.  Cahaya dari Rahasia berwarna merah.  Cahaya dari Rahasia di balik Rahasia adalah putih.  Cahaya dari Maqam Tersembunyi adalah hijau.  Dan cahaya dari Maqam yang Paling Tersembunyi adalah hitam.

Kelima maqam-maqam itu adalah pusat  dari sembilan 9 titik yang melambangkan tempat ilham dari Hadirat Tuhan dalam setiap hati manusia.  Letaknya di bagian dada manusia dan melambangkan 9 tingkatan tersembunyi dan berbeda di setiap orang.  Setiap maqam terhubung dengan seorang wali, yang mempunyai wewenang untuk mengontrol titik itu.  Jika para pencari dalam Tarekat Naqsybandi mampu membuka selubung dan membuat kontak spiritual dengan awliya yang punya wewenang atas titik-titik ini, dia bisa saja diberi pengetahuan dan kekuatan untuk menggunakan ke sembilan titik ini.

Persyaratan yang berhubungan dengan pembukaan ke sembilan titik ini hanya dapat disinggung secara tak langsung.  Maqam Pertama, berkenaan dengan kekuataan untuk memenjarakan ego.  Kunci dari Maqam Kedua adalah zikir dengan La ilaha ill-Allah.

Maqam Ketiga adalah menyaksikan pengukiran Nama Allah di dalam hati (naqsy).  Maqam keempat berhubungan dengan arti dari apa yang diukir dalam hati.  Maqam kelima adalah menanamkan ukiran itu dengan zikir kalian.

Maqam Keenam adalah dengan membuat jantung berhenti memompa pada suatu ketika dan mulai memompa lagi pada suatu saat.  Maqam Tingkatan Ketujuh adalah menjadi waspada berapa kali kita menghentikan jantung dan berapa kali hitungan kita saat membuatnya memompa lagi.

Maqam Tingkatan Kedelapan adalah dengan menyebut ayat Muhammadun Rasulullah saw ketika menghentikan jantung dan setiap memulihkannya lagi. Maqam Tingkat Kesembilan adalah dengan kembali ke dalam gua kalian, sebagaimana firman Tuhan dalam Surat al-Kahfi, Dan jika kamu menjauhkan diri dari mereka dan apa yang mereka sembah selain dari Allah, maka bersembunyilah kamu ke dalam  gua, niscaya Tuhan kamu akan mencurahkan kepada kamu rahmat-Nya dan menyiapkan barang-barang kebutuhan dalam urusan kamu [18:16]

Gua itu adalah Hadirat Tuhan, Di sini seseorang mengucapkan doa Nabi Muhammad saw, “Ya Allah, Engkaulah tujuanku dan Ridha-Mu Yang kuinginkan.”  Jantung, yang berganti antara berhenti untuk memompa dan pulih kembali, terjadi dalam tingkatan inti dari Hadirat Ilahi.  Karena Inti Ilahiah adalah sumber seluruh ciptaan, hati itu akan selalu ada di setiap ciptaan di jagad ini.

Hati yang telah mencapai  Rahasia-rahasia ke Sembilan titik ini akan mampu melihat segala hal, mendengar segala hal, mengetahui segala hal, merasakan apa pun, “Hingga Tuhan menjadi telinga di mana dia mendengar, menjadi mata saat dia melihat, menjadi lidah ketika dia berbicara, menjadi tangan ketika dia meraih, dan kaki dengannya dia berjalan.  Dia menjadi seperti Tuhan, dia hanya berkata “Jadi!” dan terjadilah.”


Surat Wasiat Syaikh Syarafuddin ق

Pada hari-hari akhir beliau, Syaikh Syarafuddin ق menulis surat wasiatnya dan memberikannya pada Syaikh `Abdullah ق.  Saat itu beliau meramalkan, “Sepeninggalku, sebuah kesempatan akan datang padamu untuk meninggalkan Turki.  Ambillah kesempatan itu, karena tugasmu bukan di sini, tetapi di luar Turki.”

Syaikh `Abdullah ق mempunyai dua orang putri dari istrinya yang bernama Halima.  Yang tertua bernama Rabia dan adiknya bernama Madiha.  Sembilan anak beliau yang lain tidak mampu bertahan hidup.  Begitu Syaikh Syarafuddin ق wafat, sebuah utusan Raja Faruq dari Mesir mendatangi beliau untuk berbela sungkawa karena Syaikh Syarafuddin ق mempunyai banyak pengikut dari Mesir.  Salah satu pangeran yang ikut dalam delegasi itu tertarik pada putri Syaikh `Abdullah ق, Madiha, dan ingin mempersuntingnya.

Syaikh `Abdullah ق sadar akan kesempatan untuk meninggalkan Turki yang pernah dikatakan syaikhnya. Beliau langsung menerima lamaran itu, dan tanpa ada keluhan dari putrinya, pernikahan pun terjadi dengan cepat.  Tidak beberapa lama ketika Syaikh `Abdullah ق menerima undangan menantunya untuk datang ke Mesir, beliau mengatakan,

“Aku pergi ke Mesir dan tinggal bersama putriku.  Hubungan antara putriku dengan suaminya tidak begitu baik.  Tak beberapa lama pernikahan itu pun berakhir pada perceraian.  Aku melaksanakan nasihat syaikhku untuk mengambil kesempatan itu.  Aku naik kapal bersama putri-putriku dan istriku di Alexandria dan berlayar menuju Latakia.  Aku pergi ke Aleppo, di mana kami mendarat hanya dengan uang 10 piastres (10 sen) dalam saku dan tidak ada perbekalan sama sekali.  Kami menuju masjid untuk Salat Maghrib.  Di sana ada seorang laki-laki mendekati kami dan mengatakan padaku, “Oh syaikhku, jadilah tamuku.”  Dia membawa kami ke rumahnya.  Aku menganggap bahwa ini adalah  salah satu karamah syaikhku, di mana Tuhan membukakan sebuah pintu bagi kami, dari Turki menuju Mesir sampai ke Aleppo”.

Syaikh `Abdullah ق tinggal sementara waktu di Aleppo, di mana masyarakatnya sangat menghormatinya.  Para ulama berdatangan dan mendengarkan beliau, mereka kagum akan ceramah dan pengetahuan beliau.  Mereka menyebutnya sebagai penyegar agama.  Beliau kemudian pindah ke Homs untuk waktu yang amat singkat, di mana beliau mengunjungi  masjid dan  makam sahabat Nabi Muhammad saw, Khalid bin Walid ra.  Kemudian pindah lagi ke Damaskus, di daerah Maidan, dekat dengan makam Saad ad-Din Jibawi ق, seorang awliya dari keluarga Nabi saw.  Kemudian beliau mendirikan Zawiya pertamanya, sebagai cabang dari Tarekat Naqsybandi yang telah hilang dari Damaskus di bawah  Syaikh Khalid ق menuju Daghestan dengan Syaikh Ismail ق sebagai khalifahnya, sekarang dikembalikan lagi ke Damaskus.  Dua putri Syaikh `Abdullah ق telah menikah. Rabi’a mempunyai empat anak, tiga perempuan dan satu laki-laki.  Madiha menikah dengan Syaikh Tawfiq al-Hibri, salah satu ulama besar di Lebanon.

Dalam waktu singkat banyak orang memenuhi Zawiya Syaikh `Abdullah ق.  Mereka datang dari berbagai kota: para sufi, orang-orang pemerintahan, pedagang dan masyarakat umum.  Murid-murid berdatangan setiap hari untuk duduk  di depan pintu khaniqah.  Setiap hari, makanan disediakan  bagi ratusan, bahkan banyak yang menginap di sana.

Kemudian datang perintah spiritual untuk pindah ke Jabal Qasiyun.  Tempat tertinggi di Damaskus, di mana dari atas bukit itu, seluruh kota dapat terlihat.  Dengan bantuan dua khalifah senior beliau yaitu Syaikh Muhammad Nazhim Adil ق dan Syaikh Husein `Ali ق, beliau membangun sebuah rumah. Rumah dan masjid itu masih berdiri di sana, dan masjid itu adalah juga tempat makam beliau.

Beliau melihat sebuah penglihatan, di mana ketika membangun masjid itu, Nabi Muhammad saw berserta Abu Bakar ash-Shiddiq ra, `Ali ra, Syah Naqsyband ق  dan Ahmad al-Faruqi ق  datang dan meletakkan tanda akan bentuk dan lokasi dinding-dinding masjid.  Begitu penglihatan itu berakhir, tanda-tanda itu terlihat dan banyak yang hadir bisa melihatnya.  Bertahun-tahun kemudian, ratusan dari ribuan pengunjung diterima untuk pengobatan, salat, praktik-praktik ibadah dan untuk belajar segala macam pengetahuan syariat dan rohaniah.

Sering kali Syaikh `Abdullah ق diperintahkan Nabi saw untuk melaksanakan khalwat-khalwat.  Waktunya bervariasi antara 40 hari sampai setahun.  Dua puluh khalwat telah dilaksanakan sepanjang hidup beliau.  Beberapa khalwat dilaksanakan di Damaskus, Jordan, Baghdad di makam Syaikh `Abdul Qadir Jailani ق, dan sisanya di Madinah.  Di setiap khalwat, kekuatan spiritual dan maqam beliau pun meningkat.

Suatu hari Syaikh `Abdullah ق mengirim pesan lewat Syaikh Nazhim ق untuk Syarif `Abdullah, Raja Yordania waktu itu. Raja itu adalah salah satu murid syaikh.  Pesan beliau, “Jangan salat berjamaah khususnya pada hari Jumat, karena aku mendapat penglihatan, bahwa kamu akan terbunuh.”  Namun Raja itu tidak menggubris peringatan itu, dan seminggu kemudian beliau tewas ketika berangkat menuju Salat Jumat.

Bertahun-tahun kemudian, seorang sepupu kami mendapat kecelakaan karena tembakan di Beirut.  Dia dibawa untuk dioperasi.  Kami pergi pada Grandsyaikh `Abdullah ق karena khawatir akan keadaannya.  Baru saja kami sampai untuk memberitahu, ternyata beliau sudah berteriak, “Kembalilah!  Sudah tertulis bahwa dia akan meninggal, namun dengan doa-doaku dia akan hidup.  Operasi yang dilakukan akan berhasil.”

Ketika kami kembali, sepupu kami sudah dalam keadaan koma dan mereka membawanya menuju ruang operasi.  Kami memberi tahu ibunya tentang apa yang Syaikh `Abdullah ق katakan untuk memberi beliau harapan. Esoknya, sepupu kami telah siuman.  Dia mengatakan, “Aku melihat Grandsyaikh datang dan mengoperasiku.  Itulah yang menyelamatkan aku.”

Syaikh `Abdullah ق sering berbicara tentang kejadian yang akan datang.  Beliau mengatakan,

“Telah diketahui bahwa ada dua macam takdir.  Yang pertama adalah takdir yang termasuk “tergantung” atau takdir yang bisa berubah.  Hal itu sudah tertulis di Loh Mahfuz.  Hal ini akan tergantung akan kemauan dan perbuatan, sebab dan akibat.  Semua awliya bisa mengubah takdir semacam ini bagi murid-muridnya untuk melatih mereka dan mempengaruhi takdirnya dengan mengubah kelakuan dan kebiasaan mereka.  Wewenang untuk mengubah takdir yang bisa berubah ini diberikan pada syaikh bagi murid-murid beliau karena ada hubungan keduanya dalam Kehendak Ilahi”.

“Takdir yang kedua telah tertulis dalam Kitab Induk, sebagaimana ayat: Allah swt hapuskan apa yang Dia kehendaki dan di Sisi-Nya Ummul Kitab [13:39], dan ini disebut Takdir yang Tetap.  Para Awliya tidak pernah mencampuri  takdir yang tetap itu, di mana ada dalam Tangan Tuhan”.

“Tuhan memberi wewenang untuk mengubah  takdir mutlak ini kepada 9 Awliya yang mempunyai posisi tertinggi dalam Hadirat Ilahi, dengan izin Nabi Muhammad saw di mana beliau yang pertama mendapatkan kekuatan itu dari Tuhan.  Mereka mengontrol 9 titik kesadaran manusia yang berhubungan dengan maqam-maqam berbeda dalam pendakian seseorang dalam perjalanannya menuju Hadirat Ilahi.  Tuhan menganugerahkan hal ini pada kesembilan awliya yang tidak pernah berubah dari zaman Nabi Muhammad sallallahu alayhi wasalam sampai sekarang, kekuatan untuk menggunakan Sultan adz-Dzikir.

Setiap orang tahu bahwa zikir utama adalah pengulangan dari La ilaha ill-Allah dan dipraktikkan oleh semua tarekat, termasuk Naqsybandi.  Namun Sultan adz-Dzikir adalah sebuah zikir yang sangat berbeda.  Tuhan mengatakan, sesungguhnya Kami  yang menurunkan zikir dan sesungguhnya Kami memeliharanya [15:9].

Zikir yang dimaksud di sini adalah Kitab Suci al-Quran.  Zikir Kesembilan Wali ini  di samping La ilaha ill-Allah,  adalah juga membaca Rahasia dari al-Quran.  Mereka membaca al-Quran, bukan seperti kita membacanya dari awal sampai akhir, namun mereka membacanya beserta seluruh rahasia-rahasia dan kebenaran di dalamnya karena Tuhan berfirman, tidak ada yang basah dan kering kecuali sudah tertulis dalam sebuah catatan yang jelas [6:59].  Tidak ada satu pun ciptaan Tuhan di jagad-jagad ini yang tidak tercantum dengan segala rahasia mereka dalam Kitab Yang Jelas, Kitab Quran.

Awliya membaca Quran dalam Sultan adz-Dzikir sambil membaca rahasia-rahasia setiap ciptaan, dari awal sampai akhir.  Tuhan memberikan setiap huruf Quran, menurut Sembilan Wali Tertinggi Tarekat Naqsybandi (inilah pertama kalinya syaikh membuka rahasia ini), dengan dua belas ribu pengetahuan.  Quran berisi sekitar 600.000 huruf, jadi setiap huruf para awliya ini mampu mengambil 12.000 pengetahuan!

Setiap awliya berbeda menurut tingkatan masing-masing. Kita bisa melihat salah satunya, sebagai contah ada yang mampu membaca Quran dengan kekuatan Sultan adz-Dzikir yang menyerap 12.000 makna dalam setiap huruf, sekali dalam hidupnya.  Yang lain mampu melakukannya tiga kali sepanjang hidupnya.  Yang ketiga mampu melaksanakan sembilan kali seumur hidupnya.  Dan yang lain mampu melakukannya 99 kali dalam hidupnya.

Rahasia ini berbeda dari satu awliya dengan awliya lain. Syah Naqsyband ق mampu melakukannya  999 kali sepanjang hidup beliau.  Ahmad al-Faruqi ق mampu membacanya  9.999 kali.  Dan Syaikh Syarafuddin ق mampu membacanya dalam 19.999 kali sepanjang hidup beliau.

Di sini Syaikh `Abdullah ق berhenti.  Namun Syaikh Nazhim ق mengatakan, ”Dalam setiap napas, Grandsyaikh `Abdullah Daghestani ق  mengeluarkan napas dengan  Sultan adz-Dzikir dan mengambil napas dengan Sultan adz-Dzikir.  Beliau sering menamatkan Quran dua kali dalam setiap napas.“


Sebuah Perjumpaan dengan John Bennett

Di antara banyak pengunjung dan pencari di pintu Grandsyaikh Abdullah ada seorang warga Inggris bernama John G. Bennett.  Dalam berbagai bukunya, dia menceritakan tentang pertemuannya dengan Grandsyaikh `Abdullah ق.  Di bawah ini adalah bagian dari perkataannya yang dikumpulkan dari buku Concerning  Subud  dan Witness.

Bennet menulis dalam buku itu, ”Syaikh `Abdullah ق  adalah seorang awliya sejati di mana seseorang bisa segera merasakan kepercayaan penuh bersamanya.“  Selanjutnya dalam Witness dia mengatakan:

“Syaikh menungguku di atas atap rumah beliau.  Rumah itu terletak di atas kota dengan panorama yang luar biasa indah… Aku merasa tenang dari awal, kemudian dalam waktu singkat sebuah kebahagiaan mengisi tempat itu.  Aku sadar bahwa aku sedang berada dalam hadirat seorang pria yang sangat baik”.

Setelah mengucapkan salam seperti biasa dan pujian terhadap bahasa Turkiku, beliau dengan heran bertanya, “Mengapa engkau tidak membawa saudara perempuan yang bersamamu?  Aku punya sebuah pesan untukmu dan juga untuknya.”  Kelihatannya tidak seorang pun yang pernah mengatakan tentang saudariku, Elizabeth pada beliau.  Kami langsung menuju rumah beliau, dan Dadji pemanduku telah pergi meninggalkanku di pintu tanpa berbicara pada siapa pun.  Aku pun menjawabnya, karena mengira beliau adalah seorang muslim maka tidak berkenan bertemu dengan seorang wanita.  Beliau berkata dengan sederhana,  “Mengapa tidak?  Aturan dan adat adalah untuk perlindungan bagi orang-orang bodoh; aku tidak berkaitan dengannya.  Lain kali, kalau anda lewat Damaskus bisakah anda membawanya ke sini?”  Aku berjanji bila ada kesempatan.

Kami duduk terdiam untuk beberapa saat, mengamati kota kuno di bawahnya.  Ketika beliau mulai berbicara, aku merasa susah untuk terbangun dari lamunanku.  Beliau mengatakan, “Aku sedang menanti seseorang datang hari ini, namun aku tidak tahu kalau itu anda.  Beberapa malam yang lalu satu malaikat datang ke kamarku, memberitahukan kalau anda akan datang berkunjung dan menitipkan 3 pesan.  Anda telah memohon petunjuk Tuhan berkaitan dengan istri Anda.  Istri Anda dalam penjagaan Tuhan.

Anda telah mencoba menolongnya, namun itu hal yang salah.  Anda mengganggu pekerjaan yang sedang Tuhan lakukan dalam rohnya.  Tidak ada gunanya khawatir akan dia, dan tidak ada gunanya untuk mencoba mengerti.  Pesan kedua adalah tentang rumah Anda.  Anda memohon pada Tuhan untuk mengikuti kata hati atau mengikuti orang lain. Anda harus percaya pada diri sendiri.  Anda akan dianiaya oleh orang Armenia, tetapi janganlah takut.  Anda telah menarik banyak orang untuk mengikuti anda, maka jangan ragu-ragu bila yang lain marah.”

Beliau ( Syaikh Abdullah) kembali terdiam.  Aku kagum dengan 2 pertanyaan, yang memang benar aku telah berdoa agar diberikan petunjuk hanya atas dua pertanyaan itu. Pesan yang terpenting adalah yang terakhir.  “Anda harus tahu bahwa ada kejahatan besar dalam dunia ini.  Manusia akan menyerahkan diri pada pemujaan materi.  Mereka telah kehilangan kemauan dan kekuatan untuk memuja Tuhan.  Tuhan telah mengirimkan utusan-utusan untuk menunjukkan jalan keluar dari situasi semacam itu, dan kembali Dia telah melakukannya lagi pada zaman sekarang. Seorang utusan telah ada di bumi, identitasnya telah banyak diketahui.  Sebelumnya dia akan datang menuju barat.  Para pria telah dipilih untuk mempersiapkan jalan beliau... dan telah ditunjukkan padaku bahwa anda adalah salah satunya… Utusan itu akan datang ke negaramu dan bahkan ke rumahmu…”

“Jangan pernah Anda berhenti beribadah pada Tuhan, tetapi jangan perlihatkan.  Di luar bersikaplah seperti yang lain. Tuhan telah menunjuk 2 malaikat untuk menjagamu.  Yang satu akan membimbing dan mengarahkanmu sehingga anda tidak membuat kesalahan seperti dulu lagi.  Dan satunya lagi akan melakukan kewajiban ibadah yang tidak dapat Anda lakukan.  Aku sarankan agar sering-sering mengucapkan La ilaha ill-Allah, yang artinya tunduk hanya pada Allah  semata.”

Ketika aku mengatakan bahwa ini adalah pengakuan keimanan bagi muslim, beliau menjawab  bahwa Kristen dan Islam sama, dasar dari semua agama adalah bahwa manusia tidak seharusnya mengikuti kehendak diri sendiri, namun Kehendak Tuhan.


Ketika Beliau Meninggalkan Kehidupan ini

Kami mengamati berbagai peristiwa luar biasa dengan Grandsyaikh kami.  Kehidupan beliau penuh dengan kegiatan yang bermanfaat.  Beliau selalu tersenyum dan tak pernah marah.  Beliau tidak mempunyai penghasilan, namun makanan berlimpah di dalam rumahnya.  Bagaimana beliau menunjang hidupnya, pertanyaan itulah yang ada di setiap pikiran orang.  Masyarakat yang berdatangan tanpa diundang mencapai 200 orang, namun selalu saja mereka mendapatkan makanan telah tersedia bagi mereka.  Kami selalu heran, “Darimana asal nasi, roti dan daging ini?”

Aku jarang melihat Syaikh `Abdullah ق tidur di malam hari. Sepanjang siang, beliau selalu menerima tamu-tamu dan malamnya duduk di ruang pribadinya membaca Quran, Dalail al-Khayrat, mengamalkan zikir pribadinya dan berselawat Nabi saw.  Beliau beribadah setelah tengah malam sampai pagi hari.  Beliau membantu kaum yang membutuhkan semampu beliau dan memberi perlindungan bagi mereka yang tidak punya rumah dalam masjidnya. Beliau penuh rasa kemanusiaan.  Lidah ini rasanya tidak mampu menjelaskan perbuatan-perbuatan dan sifat-sifat baik beliau.

Suatu hari pada tahun 1973 beliau mengatakan, “Nabi Muhammad saw memanggilku.  Aku harus pergi dan menjumpai beliau. Beliau mengatakan, ‘Engkau akan datang padaku setelah menjalani operasi mata,’” dan memang mata kiri beliau tidak begitu baik.  Beliau sudah memberi tanda pada kami bahwa beliau akan meninggalkan kami, namun kami tidak mampu menangkapnya.  Beliau hidup di dalam kami dan hidup dalam setiap orang yang pernah mengenalnya, bahkan kucing-kucing yang selalu berada di sekitar beliau.

Setelah beliau pergi untuk operasi mata, beliau tidak mau makan.  Kami memohon beliau untuk makan, namun beliau menolaknya dengan mengatakan, “Aku sedang berada dalam khalwat penuh, karena Nabi saw sedang memanggilku.”  Beliau hanya berkenan menerima roti kering yang dilembutkan dalam air, sekali sehari.  Beliau berkata, “Aku tak mau hidup lebih lama lagi.  Aku ingin bergabung dengan Nabiku saw dan bersama beliau.  Beliau sedang memanggilku, Tuhan sedang memanggilku.”

Hal ini seperti hantaman kilat bagi kami, namun kami tidak mempercayainya.  Beliau kemudian menulis sebuah wasiat yang menyatakan, “Hari Minggu yang akan datang aku akan wafat.“  Berarti tanggal 30 September 1973 atau tanggal 4 Ramadhan 1393 H.  Semua orang terpukul dan takut menghadapi hari itu apakah ramalan beliau akan terjadi.

Saat itu pukul sepuluh, hari Minggu, tepat di saat yang beliau ramalkan, kami semua duduk di kamar beliau.  Syaikh `Abdullah ق berkata padaku, ”Rasakan detak jantungku.”  Aku pun memeriksanya dan hasilnya lebih dari 150.  Lalu beliau mengatakan, “Oh anakku, ini adalah detik-detik terakhir hidupku.  Aku ingin sendirian.  Semua harus pergi ke ruang rapat.”  Hanya tersisa 10 orang dalam kamarnya.  Dua orang dokter datang, satu adalah kakakku dan satunya teman kami.  Mereka berdua adalah ahli bedah. Grandsyaikh tidak ingin yang lain kecuali saudara beliau yang ada dalam kamarnya.

Kami mendengar putri Grandsyaikh menjerit, “Ayahku telah wafat, ayahku telah wafat.”  Kami berlarian menuju kamar beliau dan melihat Grandsyaikh sudah tidak bergerak lagi.  Dengan cepat kakakku memeriksa detak jantung dan tekanan darahnya, namun tidak lagi terdeteksi. Dia berlari dengan histeris menuju mobil untuk mengambil sebuah alat penyemprot dan obat, lalu kembali lagi.  Dia masuk lagi dengan sikap yang sama, ingin menyuntik Syaikh di dadanya dan kembali memompanya.  Dokter yang lain mengatakan, “Apa yang kamu lakukan?  Syaikh sudah meninggal 7 menit yang lalu.  Hentikan ketololanmu.” Namun kakakku tetap bersikeras melakukannya.

Dan kemudian Grandsyaikh membuka mata beliau, mengangkat tangan dan berkata dalam bahasa Turki, “Burak!” yang berati “Hentikan!”

Setiap orang terkejut.  Tidak pernah sebelumnya mereka mendengar mayat bisa berbicara.  Aku tidak akan melupakan hal ini sepanjang hidupku.  Semua yang hadir, para profesor dan dokter pun tak pernah melupakannya. Setelah itu baru kakakku meletakkan peralatannya kembali. Kami hanya berdiri dalam keadaan takjub.  Beliau sudah meninggal atau belum?  Apakah beliau hanya menyembunyikan diri sementara untuk kemudian kembali lagi?  Itulah rahasia yang Tuhan anugerahkan pada Kekasih-kekasihnya dan para Awliya yang bepergian dalam Kerajaan-Nya, dalam Cinta-Nya, di dalam Rahasia-Rahasia-Nya.  Suatu hari yang tak terlupakan.

Berita duka cita itu tersebar laksana tornado yang dahsyat, berputar dengan cepat melalui Damaskus, Aleppo, Jordan, Beirut.   Pelayat datang dari berbagai penjuru untuk melihat beliau terakhir kalinya.  Kami memandikannya, dan dari jasad sucinya tercium wangi.  Kami menyiapkan beliau dalam salat janazah dan pemakaman keesokan harinya.  Seluruh ulama Damaskus hadir dalam pemakaman itu.  Empat ratus ribu orang turut dalam salat jenazah untuk beliau.  Penduduk berbaris di sepanjang rumah sampai masjid Ibnu Arabi, di mana beliau dibaringkan.

Ketika kami kembali ke rumah beliau setelah salat jenazah, kami melihat peti mati meluncur di antara kepala-kepala  para pelayat tanpa ada bantuan siapa pun, bergerak dari masjid beliau menuju pemakaman.  Butuh waktu 3 jam untuk kembali dari masjid Muhyiddin Ibnu Arabi ق menuju masjid Grandsyaikh, padahal biasanya hanya ditempuh dalam waktu 20 menit disebabkan besarnya kerumunan para pelayat di jalanan.

Semua orang menangis, mereka tidak menginginkan Grandsyaikh Abdullah qs dikubur.  Tidak seorang pun yang mempercayainya dan mau menerimanya.  Hal itu cukup membuat kami mengingat keadaan para Sahabat ketika ditinggalkan oleh Nabi Muhammad saw.  Kami memahami mengapa Umar ra, Utsman ra, dan `Ali ra tidak mampu menerima ketika Nabi Muhammad saw telah meninggal dunia.  Kami mengalami keadaan itu, dan kami membayangkan bagaimana bisa Abu Bakar ra menanggung perasaan itu.

Semua pejabat pemerintahan dan para ulama datang ke masjid menunggu pemakaman beliau.  Tiba-tiba tidak tahu asalnya sebuah pesan disampaikan pada imam yang mengatakan bahwa, “Jangan mengubur Grandsyaikh sampai Syaikh Nazhim ق tiba.”  Tak seorang pun percaya akan pesan itu, karena tidak ada cara untuk mengontak Syaikh Nazhim ق yang sedang berada di Siprus.

Tidak ada telepon, mesin faks, ataupun telegram yang memakan waktu 2 hari.  Tidak ada yang percaya bahwa pesan itu adalah nyata.  Namun karena cinta kami pada syaikh, kami bahagia untuk menunda pemakaman itu dan menunggu sampai Syaikh Nazhim ق datang.

Saat itu adalah Ramadhan, semua orang berpuasa.  Para ulama dan kerumunan tidaklah surut.  Ada yang ingin pulang, kami mengatakan bahwa mereka bebas untuk kembali, namun kami tetap akan menunggu.  Setelah beberapa waktu menunggu, dan hanya pengikut beliau yang paling setia yang masih tersisa.  Sebelum matahari terbenam, Syaikh Nazhim ق menaiki tangga.  Bagaimana beliau tiba dengan tiba-tiba tidak seorang pun tahu.  Masih menjadi misteri sampai saat ini.

Syaikh Nazhim ق membawa jasad Grandsyaikh ke masjid dan kembali melakukan salat untuk beliau.  Syaikh Nazhim ق menguburkan jasad Syaikh `Abdullah ق dengan tangan beliau sendiri.  Ketika beliau mengusap debu di wajahnya, kami mencium wangi cendana, amber, musk yang tidak biasa kami cium sebelumnya.  Syaikh Nazhim ق meminta kami semua untuk naik dan berbuka puasa.  Hanya aku dan kakakku yang tetap tinggal, melihat dari jendela untuk melihat apa yang terjadi.

Syaikh Nazhim ق berdiri di pusara makam, seperti sedang salat.  Dan hanya dengan kedipan mata, Syaikh Nazhim ق menghilang.  Peristiwa ini semakin memberi kami kejutan setelah berbagai kejutan yang terjadi.  Tak ada kata yang mampu kami ucapkan.  Lima belas menit lewat dan tiba-tiba kami melihat Syaikh Nazhim ق muncul kembali di tempat beliau menghilang.  Kami berlari ke pintu begitu Syaikh Nazhim ق keluar.  Beliau berkata, “Apa!  Kalian masih di sini? Belum berbuka puasa?  Baiklah, lebih baik temani aku!” Kami pun turun dan berbuka puasa bersama beliau.  Syaikh Nazhim ق kembali ke Beirut malam itu juga, dan naik pesawat menuju Siprus.


Ramalan Syaikh `Abdullah ق

Grandsyaikh `Abdullah ad-Daghestani ق, Naqib al-Ummah, semoga Tuhan memberkahi rohnya, meramalkan berbagai peristiwa, yang mana ada yang telah terjadi dan beberapa masih kita tunggu.

Pada tahun 1966, beliau mengatakan, ”Tahun depan ada suatu perang antara Israel dan Arab.  Arab akan kalah.“  Dan beliau berkata bahwa akan ada perang lagi antara keduanya.  Sebelum beliau meninggal beliau mengatakan, “Akan ada sebuah perang besar dalam satu bulan ini antara Arab dan Israel.”  Pada tanggal 3 Oktober, 3 hari sepeninggal beliau, Arab dan Israel memasuki peperangan lagi.

Suatu saat Madiha, putri Grandsyaikh berpikir untuk membeli rumah dengan suaminya di Beirut dan Grandsyaikh mengatakan, ”Jangan!”  Dia memaksa dan ayahnya tetap mengatakan, ”Jangan!”  Madiha tetap menginginkannya dan ayahnya tetap bersikukuh sambil mengatakan, “Beirut akan penuh pertumpahan darah.  Setiap rumah akan terkena imbas pertumpahan darah itu dan tidak akan ada yang bisa melarikan diri.“  Beliau mengatakan hal ini pada tahun 1972 dan peristiwa itu terjadi pada 1975.  Sebelum wafat, beliau mengatakan pada kami, ”Aku melihat kalian di Tripoli,  di utara Lebanon.”  Inilah cara untuk menyarankan kami agar pindah dari Beirut.
Beliau mengatakan, “Aku melihat Inggris memasuki Islam.”  Beliau meramalkan bahwa keluarga kerajaan di Eropa akan mendukung Islam, karena mereka masih mempunyai darah keturunan Arab.“  Hal ini akan menarik mereka menuju spiritualitas dan menimbulkan berbagai jenis aliran spiritual, dan menarik mereka menuju Hadirat Tuhan.”

Pada masalah yang berhubungan dengan hal itu, beliau mengatakan, “Ketika John Benett mengunjungiku dan bersaksi  bahwa Tuhan adalah satu dan Muhammad adalah utusan-Nya, dia menanyakan apa yang harus dia lakukan.  Aku katakan padanya untuk merahasiakan kesaksian itu.  Karena itu dia mampu membawa banyak orang dari tanah asalnya, Inggris untuk membawa kesaksian itu dan membuat mereka tertarik akan spiritualitas.“

“Cina akan berada di bawah wewenang seorang Awliya besar, yang akan menjadi salah satu awliya-awliya di zaman Imam Mahdi as dan Nabi Isa (Yesus as). Nama beliau adalah Abdur Rauf al-Yamani ق.  Melalui pengaruh beliau, Cina akan menandatangani kesepakatan dengan Barat untuk tidak menggunakan senjata nuklirnya. Cina akan terpecah menjadi berbagai negara kecil.  Akan ada berbagai masalah di Timur Jauh, di Kepulauan Korea, dan sebuah kekuatan besar akan campur tangan untuk meredakannya”.

“Sebuah negara non Arab di Timur Tengah akan menyerang wilayah teluk Persi, di mana hal itu akan menyebabkan seluruh dunia dalam ketakutan dan sumber minyak akan di tutup”.

Beliau katakan, ”Kairo akan tenggelam di bawah laut.”  Beberapa waktu kemudian Rusia membangun bendungan Aswan, yang berisi air yang berjumlah besar dan baru-baru ini ditemukan tiang fondasinya yang longsor.  Beliau menerangkan,

“Siprus akan tenggelam di bawah air, dan gunung Olympus dekat Bursa akan meletus.  Di bawahnya ada dua elemen, gas dan api yang sampai sekarang masih terpisah, dan para awliya selalu berdoa agar kedua elemen ini tidak tercampur. Dari letusannya, ratusan dari ribuan orang yang ada akan terluka dan menjadi tuna wisma”.

“Akan ada perang di wilayah Teluk, di mana sebuah kebakaran/ledakan besar akan muncul dan mengikut sertakan seluruh dunia”.

“Jerman dan Inggris akan memimpin seluruh Eropa.  Di Jerman ada seorang awliya, ditunjuk oleh Imam Mahdi as dan Nabi Isa (Yesus as), yang tugasnya mengangkat dan melatih masyarakat dalam spiritualitas.  Awliya ini tersembunyi namun dia ada di antara mereka”.

“Akan ada sebuah perubahan besar dalam pendekatan Arab di bidang politik,  dan satu rezim yang kuat akan merubah Arab menjadi pemerintahan yang lebih baik”.

Sebelum beliau meninggal, dalam sebuah pertemuan dengan murid-murid terdekat beliau, Syaikh `Abdullah ق mengatakan,

“Akan ada perdamaian, dan Amerika akan menjadi pemimpin pembicaraan mengenai perdamaian, hal itu akan menghentikan peperangan antara Arab dan Israel.  Tandanya adalah runtuhnya Komunis dan perpecahan  kerajaan Rusia menjadi berbagai bagian.  Tidak ada kekuatan di dunia, kecuali Amerika.  Sebagian besar pemerintahan Arab akan berpihak ke Amerika.  Konflik akan terhenti dan Arab-Israel akan hidup damai.  Lambat laun seluruh konflik di bumi akan berakhir dan kedamaian di mana-mana.  Semua orang bahagia dan tidak pernah mengharap perang akan terjadi lagi”.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...