Friday, March 1, 2013
Rahasia Thariqatu ‘l-`Aliyyah
Rahasia Thariqatu ‘l-`Aliyyah
Sultan Awliya Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani (q)
Lefke, Siprus, 23 Februari 2013
A’udzu Billahi min asy-syaythani-r rajim
Bismillahi-r Rahmani-r Rahim
Madad Ya Sultan Al-Anbiya' Sayyidi -l Awwalin wa -l Akhirin.
Jalan kita adalah melalui shuhba (asosiasi) dan kebaikan berada dalam kebersamaan. Ini adalah prinsip Thariqatu ‘l-`Aliyyah. Tujuan dari shuhba adalah untuk mendidik murid, dan itu bukan melalui jalan yang sulit.
Syekh, Bismillahi-r Rahmani-r Rahiim, ada dua macam, … Di antara mereka yang merupakan pendidik, dan sebagian lagi adalah pemimpin. Tetapi Syekh Tarbiyah/pendidik adalah lebih tinggi dalam hal kebesaran dan kekuatannya. Mereka mengetahui jalan. Tanpanya orang-orang tidak akan sampai dan mungkin akan menyesatkan diri mereka sendiri dan juga orang lain. Thariqatu ‘l-`Aliyyah ini memerlukan seorang pelatih yang sempurna yang mampu memimpin hamba-hamba Tuhan menuju jalan kebenaran.
Jumlah mereka semakin sedikit sekarang ini. Itu artinya kemunculan mereka sudah dilarang. Mereka dilarang untuk tampil kecuali mendapat izin. Mereka harus mempunyai izin untuk mengajar dan berbicara mengenai materi-materi yang tersembunyi, begitu juga dengan materi yang umum dan jelas di dalam Thariqatu ‘l-`Aliyyah. Kita hidup di zaman ini…
Bismillahi-r Rahmani-r Rahim, ada 41 tarekat, di mana 40 di antaranya telah menutup pintunya dan hanya satu tarekat yang terbuka; yaitu Thariqatu ‘n-Naqsybandiyyatu ‘l-`Aliyyah. Jika Imam dari tarekat lainnya datang, mereka harus minta untuk dilatih secara spritual, untuk dilengkapi oleh seorang Syekh yang sempurna di dalam Thariqatu ‘n-Naqsybandiyyatu ‘l-`Aliyyah, atau Jalan Naqsybandi yang mulia. Mereka harus tahu hal ini, jika tidak, mereka tetap berada di level mereka.
Mawlana Syekh, Sulthanu-l Awliya, yang namanya disebutkan dalam sanad emas Thariqatu ‘l-`Aliyyah, beliau adalah yang terakhir dalam membawa rahasia terbesar dari Thariqatu ‘n-Naqsybandiyyatu ‘l-`Aliyyah. Beliau telah meninggalkan kita… meninggalkan… beliau meninggalkan seseorang untuk melanjutkan Thariqatu ‘l-`Aliyyah. Jalan lainnya telah tertutup. Kalian mengerti? Mereka telah tertutup. Mereka menuruni bukit, sekarang waktunya untuk mendaki bukit, tetapi mereka tidak mempunyai kekuatan untuk mendaki, kecuali Thariqatu ‘n-Naqsybandi.
Mereka harus mengetahuinya, jemaah ini—Thariqah Syadzili dan thariqah lainnya, bahwa di masa sekarang, kekuatan dari lokomotif adalah bersama Naqsybandi, tidak ada yang lainnya. Mereka harus tahu dan mencari pelatihan spiritual. Tidak ada seorang pun di antara Timur dan Barat, Syadzili atau thariqah lain cocok untuk urusan ini, karena mereka telah mencapai … mereka tidak mempunyai kekuatan, mereka duduk, makan, minum dan menikmati perkataan bahwa mereka adalah para Syadziliyyin, atau Qadiriyin atau Rufa’iyyin, atau salah satu dari ke-41 thariqah. Mereka seperti ini, berpikir untuk mencapai apa yang kita capai, tetapi mereka tidak dapat mencapainya kecuali dengan sebuah lokomotif. Mereka menemukan sebuah jalan yang mudah untuk berjalan, tetapi jika seperti orang ini yang mendaki bukit, apa yang kita lakukan? Duduk di sini sampai lokomotif datang untuk membawa mereka dan menggerakkan mereka. Kalau tidak, itu mustahil.
Mereka berkata, “Datanglah kepada kami.” Kita boleh mendatangi pertemuan dari salah satu thariqah. Mereka senang untuk duduk dan berzikir, menikmati undangan bahwa Syekh mereka adalah seperti ini dan itu. Ya, Syekh kalian seperti ini, tetapi kalian tidak mengikuti jejak kaki mereka. Mereka menjadi seperti anggur yang diperas, mereka telah terbenam di dalam dunia ini. Kita sekarang berada di zaman di mana hanya ada sedikit orang; tidak ada orang-orang sejati yang tersisa, dan semua awliya telah lenyap. Inilah yang mereka katakan, para awliya telah lenyap, mereka tidak terlihat.
Jemaah ini, mereka bicara tetapi mereka tidak mempunyai rahasia; rahasia thariqah, mereka tidak mempunyainya. Jika jalannya mudah untuk dijalani, ketika waktunya tiba, seperti sekarang, untuk mendaki—kalian menyebutnya apa? Tongkat geser (alat untuk membantu jalan), mereka memerlukan tongkat geser. Saya biasanya selalu duduk di samping sopir, mungkin selama 60 tahun, saya tidak pernah tahu mereka masuk ke gigi satu, dua atau tiga. Jemaah ini seperti itu, mereka tidak mempunyai sopir, masing-masing berusaha untuk dirinya sendiri. Untuk apa? Dengan syekh yang mana kalian melanjutkan latihan kalian?
Syekh mana yang mempunyai izin? Siapa yang memberi kalian latihan spiritual? Tetapi mereka seperti “siapa yang meniru suatu kelompok, maka ia termasuk di antara mereka” (Hadits) “Orang-orang akan dibangkitkan bersama dengan orang yang mereka cintai.” (Hadits). Mereka cinta, tetapi mereka mencintai thariqah mereka melebihi Thariqatu ‘l-`Aliyyah. Mereka akan tetap berada di tempatnya.
Biarkan mereka menikmati apa yang mereka pelajari dan selesai. Tetapi tidak ada mesin untuk menggerakkannya… tidak ada mesin untuk menggerakkan mereka. Dari Timur ke Barat sudah jelas bahwa Sanad Emas Naqsybandi kita berakhir pada Mawlana Sulthanu-l Awliya, Syekh `Abdullah Ad-Daghestani (q). Masalah ini memerlukan keseriusan dan siapa yang berusaha, mereka akan mendapatkannya. Segala yang disukai ego mereka, mereka memberikannya, lalu mereka mengaku bahwa kami berada dalam thariqah seperti ini. Tidak! Kalian seperti orang yang pergi piknik. Biarkan mereka.
Biarkan salah seorang di antara mereka mengaku bahwa ia adalah seorang pelatih spiritual. Ia akan senang untuk duduk bersama mereka, kami tidak keberatan. Ia bisa memberi, tetapi mereka, jemaah ini, tidak mampu memberikan apa-apa kepadanya. Jika mereka mengambil manfaat darinya, mereka akan sangat beruntung, kalau tidak jika ia datang bersama mereka dan mereka tidak mendapat apa-apa, maka mereka telah menyia-nyiakan waktu mereka.
Syekh, tidak ada lagi Syekh. Para wali telah lenyap. Semua Syekh, Syekh sejati adalah wali Allah (swt). Dan mereka tidak perlu untuk menampakkan diri mereka dan untuk memanggil orang agar datang kepada mereka, tidak. Untuk mengunjungi saudara-saudara dan tinggal bersama mereka adalah diizinkan, tidak perlu menghentikan hal itu. Jika ia senang mengunjungi mereka, kunjungilah mereka. Tetapi jika mereka ingin memberinya, ia mempunyai emas, sementara mereka mempunyai tembaga atau kaleng. Kaleng! Sementara ia mempunyai emas, atau berlian.
Ini adalah hal yang sensitif. Para wali telah lenyap. Syekh kita dulu berkata, “Di Damaskus ada 40 di antara mereka.” Syekh Effendi ketika dalam perjalanan ke Masjid ‘Umawi, melalui Suq al-Hamidiya, mereka datang dan Syekh Effendi datang dari arah berlawanan, mereka biasanya mengganti arahnya. Mereka biasa menakut-nakutinya tetapi Syekh Effendi tidak pernah terpengaruh sama sekali. Beliau sungguh diperkaya dengan Ilmu Sejati. Beliau tidak memerlukan apa-apa. Para Awliya Allah (swt) adalah seperti ini.
Mereka tidak ingin keadaan spiritual mereka terbuka, tidak. Tidak ada izin untuk itu. 40 di antara mereka pergi ke Masjid ‘Umawi setiap hari, sebagian di antara mereka duduk selama setengah jam, sebagian lagi satu jam, dan sebagain lagi 20 menit di (makam?) Sayyidina Yahya (a). Shalawat dan salam semoga tecurah pada Nabi kita (saw). Ketika mereka mengatakan ia lenyap, ia lenyap, jangan bertanya mengenainya. Jangan bertanya mengenainya, karena kalian tidak mempunyai keseimbangan untuk mengetahuinya. Jagalah adab kalian terhadap setiap orang, sehingga tidak ada yang dapat menahan kalian.
Mereka adalah anak-anak Nabi (saw). Ia mempunyai kharisma spiritual, ia mempunyai daya tarik, oleh sebab itu, mereka senang bersamanya. Tidak ada masalah. Ia memberi kepada mereka, tetapi mereka tidak memberi apa-apa kepadanya.
Semoga Allah (swt) menjaga kita teguh di jalan yang Haqq, karena kita tidak menginginkan dunia ini. Selesai. Dunia ini adalah bangkai, mereka yang mengejarnya adalah anjing-anjing. Tidak, kita mempunyai ribuan pengikut! Kalian adalah seorang hamba, dan saya juga seorang hamba. Tidak lebih dari ini. Jika ada pelatihan dalam hal adab, ambillah dari setiap orang, kami tidak keberatan, tetapi jika tidak, maka jangan membuang-buang waktu.
Masya'Allah! Ia mengambil karena ini, mereka ingin agar ia datang bersama mereka. Kami tidak keberatan. Jangan berpisah dengan mereka, jika mereka memintamu atau ingin agar engkau datang bersama mereka, bawakan sesuatu untuk mereka agar mereka bahagia, kami tidak keberatan. Kami tidak melarang siapapun, dan kami adalah orang yang paling miskin, yang paling lemah.
Saya berpikir bahwa sekarang awan telah tertarik oleh sebuah mesin ke kiri atau ke kanan, atau dengan baterai? Inilah yang saya pikirkan. Saya punya banyak waktu….
Syekh Bahauddin: Syekh tidak mempunyai pekerjaan (bercanda)
Mawlana: Ketika masya Allah, ia aktif. Biarkan ia memikirkannya soal itu.
Syekh Bahauddin: Apakah awan mempunyai mesin atau tidak? Atau ia mempunyai kait untuk ditarik?
Mawlana: Ini adalah pekerjaan saya, jika mereka suka, “selamat datang!” Jika tidak, biarkan mereka pergi. Silakan cek bagaimana awan bergerak, apakah ia ditarik atau apakah ia bergerak seperti ini? Saya melihat, lalu ada orang yang kurang pandai datang dan bertanya mengenai berbagai hal dan itu membuat saya marah. “Yahoo! Saya berpikir sekarang “ “Apa yang engkau pikirkan o Syekh?” “Aku berpikir tentang awan.” “Awan?” “Awan…apakah mereka ditarik dengan kaitan atau dengan mesin?”
Syekh Bahauddin: Inilah yang syekh pikirkan.
Mawlana: Saya memberinya izin, biarkan ia menanyakan hal ini. Sibukkan dirimu dengan hal-hal seperti ini. Apa yang bisa kita lakukan, ini yang tertinggi. Beberapa orang ketika mereka muncul dari sisi itu, saya mengumpat pada mereka. Inilah cara mengajar orang di masa ini, mereka tidak mengerti kecuali dengan bahasa umpatan.
Semoga Allah mengampuni saya. Wali-wali lainnya tertawa ketika saya berbicara seperti ini. Mereka senang ketika saya berbicara seperti ini. Mereka duduk seperti ini, “Apa yang engkau pikirkan o Syekh?” “Aku berpikir berapa ton berat awan itu?” “Engkau tidak punya pekerjaan lain?” “Tidak, saya sudah pensiun. Saya sudah pensiun. Saya berpikir tentang cara menimbang awan, meletakkannya ke dalam timbangan.” “Oh faqir, maafkan aku.” Semoga Allah mencurahkan Kemurahan-Nya pada kalian. Fatiha.
Wa min Allah at Tawfiq
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment