Monday, April 22, 2013

Adab Ziarah ke Makam Nabi Muhammad Shollallooh Alayhi Wa Sallam


Adab Ziarah ke Makam Nabi Muhammad Shollallooh Alayhi Wa Sallam
Syaikhul Islam al-Hafiz Imam Muhyidin al-Nawawi al-Bantani al-Sayfi'i

Dikutip dari buku Ensiklopedia Akidah Ahlus Sunah: Maulid dan Ziarah keMakam Nabi (saw)
oleh Syekh Muhammad Hisyam Kabbani (qs)

Imam al-Nawawî menulis dalam al-Îdhâ fî Manâsikal-Hajj:62
Ziarah ke MakamJunjungan Kita Rasulullah saw.
 

Dalam bab ini akan dibahas tindakan-tindakan yang dianjurkanuntuk mereka yang sedang menunaikan haji.

Pertama : Masalah yang pertama berkenaan dengan mereka yangmengerjakan haji dan umrah.  Bila merekakeluar dari Mekah, hendaknya mereka pergi ke kota Rasulullah saw. untuk menziarahi tanahpemakamannya.  Ini salah satu tindakan terpentingyang dapat mengantar kita menuju Allah swt.  Al-Bazzâr dan al-Dâruquthnî meriwayatkan dari Ibn‘Umar bahwa Rasulullah saw mengatakan, “Siapa menziarahi makamku, syafaatkuakan terjamin baginya.”63
 
Kedua, menyangkut tindakan-tindakan yangdianjurkan dan lebih disukai untuk peziarah, yaitu hendaklah ia berniat tatkalamenziarahi Rasulullah saw.  Niatnyahendaklah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dengan berkunjung ke masjidnyadan melakukan salat di dalamnya.
 
Ketiga, dianjurkan juga bahwa bila peziarah sedangdalam perjalanan, hendaklah ia meninggikan bacaan selawat dan salamnya kepadaNabi saw., dan bila ia melihat pohon-pohon Madinah, tanah haramnya yangdiberkahi, atau tanda-tanda apa saja dari Madinah, hendaklah ia meningkatkan lagibacaan selawat dan salamnya; dan hendaklah ia memohon kepada Allah swt agarmenerima ziarahnya dan memberikan balasan baik atas ziarahnya itu.
 
Keempat, dianjurkan agar yang sedang berhaji melakukanpenyucian diri dengan mandi sebelum memasuki Madinah dan mengenakan pakaianpaling bersih.  Ia mesti membayangkandalam hatinya kemuliaan Madinah, suatu tempat terbaik di muka bumi setelah Mekahmenurut sebagian ulama; yang lainnya beranggapan Madinah tempat terbaik di mukabumi tanpa pengecualian.  Apa yangmenjadikannya begitu mulia dan dihormati adalah karena kehadiran Nabiullahsaw., sang makhluk terbaik.
 
Kelima, yang sedang berhaji hendaklah menyesuaikandirinya dengan perasaan tentang kebesaran Rasulullah saw; hatinya hendaklahdiliputi oleh kehadiran beliau, seolah-olah ia sedang melihat beliau.
 
Keenam, tatkala ia sampai ke pintu masjid beliau,hendaklah ia membaca apa yang dibacanya sewaktu memasuki Mekah; hendaknya iamasuk dengan kaki kanan dan keluar dengan kaki kiri, sebagaimana seharusnya ialakukan sewaktu masuk dan keluar dari masjid lainnya.  Begitu ia mendekat ke rawdhah yangsuci, yaitu tempat antara makam Nabi saw. dan mimbar beliau, hendaklah iamelakukan salat tahiyatul masjid di dekat mimbar, di tempat berdirinyaRasulullah saw.  Dalam buku tentangMadinah, jarak antara mimbar Nabi saw dan tempat berdirinya, yaitu tempat yangbeliau gunakan untuk mengerjakan salat sampai beliau wafat, adalah empat puluhhasta dan satu jengkal, sedangkan jarak antara mimbar dan makam adalah lima puluh tiga hasta dansatu jengkal.  Wa Allâh a‘lam.
 
Ketujuh, setelah ia melakukan salat tahiyatul masjiddi rawdhah (atau di mana saja di dalam masjid), sewaktu bersyukur kepadaAllah swt atas karunianya ini, dan meminta-Nya agar menyempurnakan tugasnya danmenerima ziarahnya ini, hendaklah ia menghadap ke dinding makam yang mulia,dengan kiblat ada di belakangnya, sambil melihat ke bagian terbawah daridinding makam, merendahkan pandangannya dalam keadaan khidmat dan takzim,mengosongkan hati dari urusan dunia dan fokus pada sikap hormatnya, dan padakedudukan orang yang kehadirannya ia rasakan. Kemudian hendaklah iamenyampaikan salam dengan suara yang tak terlalu keras dan tak terlalu halus, tetapisedang-sedang saja; hendaknya ia membaca:
 
Al-salâm ‘alayka yâ Rasûl Allâh
Al-salâm ‘alayka yâ Nabî Allâh
Al-salâm ‘alayka yâ Khiyârat Allâh
Al-salâm ‘alayka yâ Khayr Allâh
Al-salâm ‘alayka yâ Habîb Allâh
Al-salâm ‘alayka yâ Nadzîr
Al-salâm ‘alayka yâ Basyîr
Al-salâm ‘alayka yâ Thuhr
Al-salâm ‘alayka yâ Thâhir
Al-salâm ‘alayka yâ Nabî al-rahmah
Al-salâm ‘alayka yâ Nabî al-ummah
Al-salâm ‘alayka yâ Abâ al-Qâsim
Al-salâm ‘alayka yâ Rasûl Rabb al-‘âlamîn
Al-salâm ‘alayka yâ Sayyid al-mursalîn wa yâ Khâtam al-nabiyyîn
Al-salâm ‘alayka yâ Khayr al-khalâ’iq ajma‘în
Al-salâm ‘alayka yâ Qâ‘id al-ghurr al-muhajjalîn
Al-salâm ‘alayka wa ‘alâ âlika wa ahlbaytika wa azwâjika wa dzurriyyâtika wa ashhâbika ajma‘în
Al-salâm ‘alayka wa ‘alâ sâ’ir al-anbiyâ’wa jamî‘ ‘ibâd Allâh al-shâlihîn
Jazâka Allâh yâ Rasûl Allâh ‘annâafdhala mâ jazâ nabiyyan wa rasûlan ‘an ummatihi
Wa shallâ Allâh ‘alayka wa sallamakulla mâ dzakaraka al-dzâkirûn wa ghafala ‘an dzikrika al-ghâfilûn
Afdhala wa akmala wa athyaba mâ shallâwa shallâ mâ ‘alâ ahad min al-khalq ajma‘în
Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh wahdahulâ syarîka lahu
Wa asyhadu annaka ‘abduhu wa rasûluhuwa khiyâratuhu min khalqihi
Wa asyhadu annaka qad ballaghta al-risâlahwa addayta al-amânah wa nashahta al-ummah wa jâhadta fî Allâh haqqajihâdihi
Alâhumma âtihi al-wasîlah wa al-fadhîlahwab‘atshu maqâman mahmûdan alladzî wa‘adtahu
Wa âtihî nihâyata mâ yanbaghî ‘anyas’alahâ al-sâ’ilûn
Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad‘abdika wa rasûlika al-nabî al-ummî wa ‘alâ âl sayyidinâ Muhammad wa azwâjihiwa dzurriyyâtihi
Kamâ shallayta ‘alâ sayyidinâ Ibrâhîmwa ‘alâ âl sayyidinâ Ibrâhîm
Wa bârik ‘alâ sayyidinâ Muhammad‘abdika wa rasûlika al-nabî al-ummî wa ‘alâ âl sayyidinâ Muhammad wa azwâjihiwa dzurriyyâtihi
Kamâ bârakta ‘alâ sayyidinâ Ibrâhîmwa ‘alâ âl sayyidinâ Ibrâhîm fî al-‘âlamîn innaka hamîd majîd.
 
Artinya:
Kedamaian atasmu, wahai Utusan Allah swt
Kedamaian atasmu, wahai Nabi Allah swt
Kedamaian atasmu, wahai Pilihan Allah swt
Kedamaian atasmu, wahai Kebaikan Allah swt
Kedamaian atasmu, wahai Kekasih Allah swt
Kedamaian atasmu, wahai Pemberi peringatan
Kedamaian atasmu, wahai Pemberi kabar gembira
Kedamaian atasmu, wahai Kesucian
Kedamaian atasmu, wahai Orang Suci
Kedamaian atasmu, wahai Nabi penuh rahmat
Kedamaian atasmu, wahai Nabi umat manusia
Kedamaian atasmu, wahai Ayah al-Qâsim
Kedamaian atasmu, wahai Utusan Tuhan Semesta Alam
Kedamaian atasmu, wahai Junjungan para nabi danPenutup para nabi
Kedamaian atasmu, wahai Yang terbaik dari segala makhluk
Kedamaian atasmu, wahaiPemimpin dari orang-orang yang berwajah cemerlang
Kedamaian atasmu dan ataskeluargamu, penghuni rumahmu, istri-istrimu, putra-putrimu, dan semua sahabatmu
Kedamaian atasmu dan atas semua nabi dan hamba-hambaAllah yang saleh
Semoga Allah swt memberimu pahala dengan sebaik-baikpahala yang pernah diberikan kepada nabi dan rasul atas nama umatnya
Selawat dan salam dari Allah swt semoga dilimpahkankepadamu setiap kali orang mengingatmu dan setiap kali orang lalai darimengingatmu
Dengan selawat dan salam yang paling utama, paling sempurna,  dan paling baik, dari yang pernah diberikankepada semua makhluk
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah swt, dantak ada sekutu bagi-Nya
Dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya engkau adalahhamba-Nya, utusan-Nya, dan pilihan-Nya di antara semua makhluk
Dan aku bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah-Nyadan menunaikan amanah-Nya, memberikan nasihat kepada umat, dan berjuang untukAllah swt dengan sebenar-benarnya
Ya Allah swt, berikanlah kepadanya kedudukan-sebagai-penghubung,keutamaan, dan angkatlah beliau ke kedudukan mulia yang telah engkau janjikankepadanya
Dan berikanlah kepadanya tujuan tertinggi dari apayang sepantasnya dimohonkan oleh para pemohon
Ya Allah swt, sampaikanlah selawat kami kepadajunjungan kami, Muhammad saw, hamba-Mu dan rasul-Mu, nabi yang ummi; juga kepadakeluarga junjungan kami, Muhammad saw, kepada istri-istrinya dan putra-putrinya
Sebagaimana engkau telah memberikan selawat kepadajunjungan kami, Ibrahim as, dan kepada keluarga junjungan kami, Ibrahim as
Dan berikanlah berkah kepada junjungan kami, Muhammadsaw, hamba-Mu dan rasul-Mu, nabi yang ummi; dan kepada keluarga junjungan kami,Muhammad saw, kepada istri-istri dan putra-putrinya.
Sebagaimana engkau telah memberikan barakah kepadajunjungan kami, Ibrahim as, dan kepada keluarga junjungan kami, Ibrahim as,selagi di dunia
Sesungguhnya Engkau MahaTerpuji dan Mahamulia.
 
Bagi mereka yang takdapat menghafal semua bacaan ini atau tidak punya waktu membacanya, cukuplahuntuk membaca sebagiannya saja, minimal hendaklah ia membaca al-salâm‘alayka yâ Rasûl Allâh.
 
Setelah itu, bila adaorang yang memintanya menyampaikan salam kepada Rasulullah saw, maka hendaknyaia membaca al-salâm ‘alayka yâ rasûl Allâh min fulân ibn fulân (salamkepadamu, wahai Rasulullah saw dari si fulan anak fulan), atau sejenis bacaansalam lainnya.  Setelah itu, hendaklah iamelangkah satu kaki ke sebelah kanan untuk mengucapkan salam kepada Abû Bakr rakarena berdiri pada bahu Rasulullah saw; 
 
kemudian ia katakan: al-salâm‘alayka yâ Abâ Bakr safiyy Rasûl Allâh wa tsâniyyahu fî al-ghâr, jazâka Allâh ‘anummat al-Nabî khayran (salam kepadamu, wahai Abû Bakr ra, teman dekatRasulullah saw, dan pendampingnya dalam gua, semoga Allah swt membalasmu denganpahala terbaik atas nama umat Nabi saw).  Setelah itu, ia melangkah satu kaki ke sebelahkiri dari posisinya semula, ke hadapan ‘Umar ra, sambil mengatakan: al-salâm‘alayka yâ ‘Umar a‘azza Allâh bika al-islâm, jazâka Allâh ‘an ummat Muhammadkhayran (salam kepadamu, wahai ‘Umar ra, Allah swt telah menguatkan Islamdenganmu, semoga Allah swt membalasmu dengan sebaik-baiknya pahala dengan atasnama umat Muhammad saw). 
 
 Kemudian iakembali ke posisi semula, ke depan Rasulullah saw, dan ia pun dapat bertawasulkepada Nabi saw untuk kepentingan dirinya, dan meminta syafaatnya di depanTuhannya yang Mahasuci dan Mahatinggi, dan salah satu hal terbaik yang dapat iabacakan adalah apa yang diriwayatkan oleh kawan-kawan kita dari al-‘Utbî, dimana mereka sungguh mengagumi apa yang dikatakannya:
 
Selagi aku sedang dudukdekat makam Nabi saw, seorang Arab Badui datang dan berkata, “al-Salâm ‘alaykayâ Rasûl Allâh saw!  Aku telahmendengar Allah swt berfirman, ‘Kalau saja mereka itu, tatkala sadar telahberbuat zalim pada dirinya, datang kepadamu dan meminta ampunan kepada Allahswt, dan Rasul saw kemudian memintakan ampunan buat mereka, niscaya mereka akandapatkan bahwa Allah swt itu sungguh Maha Pengampun dan Maha Penyayang’(4:64), kini aku datang kepadamu untuk meminta ampunan atas segala dosaku,dengan mengharap bantuan syafaatmu pada Tuhanku.”  Ia pun kemudianmembacakan syair berikut:
 
Wahai yangterbaik dari semua yang tulang-belulangnya dikuburkan di kedalaman bumi,
Dan yang dariwewangiannya, kedalaman dan ketinggian menjadi terasa harum,
Biarlah akumenjadi tebusan bagi sebongkah kuburan yang engkau huni,
Yang didalamnya terdapat kesucian, karunia, dan kemurahan hati!
 
Kemudian ia pergi, dan aku pun tertidur.  Dalam tidurku, aku melihat Nabi saw.  Beliau berkata kepadaku, “Wahai ‘Utbî, cepatlahkejar orang Badui itu dan sampaikanlah kabar baik kepadanya bahwa Allah swt telahmengampuninya.”64
 
Peziarah kemudian hendaklah maju ke arah kepala makamdan berdiri di antara makam dan pilar yang ada di sana , sambil menghadap kiblat (dengan tidakmemutarkan punggungnya pada makam).  Hendaklahia memuji Allah swt dan mengagungkannya dan memanjatkan doa untuk dirinyamenyangkut apa yang ia perlukan dan ia inginkan, untuk kedua orangtuanya, danuntuk siapa saja yang ia sukai di antara kerabatnya, guru-guru yangdihormatinya, saudara-saudara, dan muslimin pada umumnya; kemudian iamendatangi rawdhah memanjatkan doa dan melakukan salat.  Terdapat keterangan dalam dua kitab Shahîhyang diriwayatkan dari Abû Hurayrah ra bahwa Nabi saw bersabda, “Di antara makamkudan mimbarku terletak salah satu taman surga, dan mimbarku  menghadap ke kolam (hawdh)-ku.  Berdirilah di mimbar itu dan berdoalah.”
 
Kedelapan, tak diperbolehkan mengelilingi makam Nabisaw., dan makruh hukumnya berdiri begitu dekat dengan makam sehinggakeseluruhan bagian depan atau belakang seseorang bersentuhan dengannya.  Ini menurut pandangan al-Hâlimî danyang lainnya.  Juga makruh hukumnya menggosok-gosok makamdengan tangannya atau menciumnya.65  Tatacara yang baik adalah berdiri agak jauh darinya,sebagaimana halnya bila orang berada dari seseorang yang masih hidup.  Begitulah yang dikatakan oleh ulama, danhendaklah kita tak terbawa-salah oleh tindakan-tindakan orang kebanyakan yangmelanggar perilaku baik ini; kita seharusnya hanyalah mengikuti resep yangdianjurkan ulama saja, tak perlu memedulikan perilaku orang-orang kebanyakan.  Seorang tokoh yang dihormati, yaitu Abû ‘Alîal-Fudhayl ibn ‘Iyâdh kurang lebih mengatakan begini: Seseorang seharusnyamengikuti jalan yang sesuai dengan petunjuk dan tidak terbelokkan kejalan-jalan yang ditempuh oleh segelintir orang, dan hati-hatilah dengan jalankesesatan yang ditempuh oleh mereka yang akan binasa.  Oleh karena itu, orang yang punya pikiranbahwa menggosok dan sejenisnya akan memberinya banyak barakah telah tersesatkanoleh kebodohannya dan ketakpeduliannya, karena barakah itu terdapat pada ajaranyang sesuai dengan syariat dan apa yang dikatakan oleh ulama; dengan demikianbagaimana mungkin pahala dapat diperoleh melalui tindakan yang bertentangandengan ajaran yang benar?
 
Kesembilan, selama tinggal di Madinah, hendaknya iamengerjakan seluruh salatnya di masjid Nabi saw, dan hendaklah berniat iktikaf didalamnya.
 
Kesepuluh, dianjurkan agar ia sehari-hari pergi kepekuburan Baqi, khususnya pada hari Jumat; pertama-tama hendaklah ia membacasalam dulu kepada Nabi saw.  Bila sampaidi Baqi, katakanlah: al-salâm ‘alaykum dâra qawmin mu’minîn wa innâ insyâ’aAllâh bikum lâhiquun, Allahummaghfir li ahli baqî al-gharqad, Allahummaghfirlanâ wa lahum.  Kemudian ia berziarahke makam-makam yang ada di sana seperti makam-makam Ibrahim, ‘Utsmân, al-‘Abbâs, al-Hasan putra ‘Alî, ‘Alîputra al-Husayn, Muhammad ibn ‘Alî, Ja‘far ibn Muhammad,dan lainnya.  Titik akhir perhentian,hendaklah di makam Shafiyyah, bibi Rasulullah saw.; disebutkan dalam beberapa hadissahih bahwa makam-makam di Baqi memiliki keutamaan, demikian juga dalammenziarahinya.66
 
Kesebelas, dianjurkan untuk berziarah ke makam-makam syuhadaUhud, sebaiknya dilakukan pada hari Kamis, dan hendaknya diawali dari makam Hamzahdan dimulai sejak pagi-pagi sekali setelah salat shubuh di masjid Nabi saw,sehingga ada cukup waktu yang memungkinkan untuk kembali ke masjid sebelum salatzuhur.
 
Kedua belas, dianjurkan sekali untuk mendatangi masjidQuba, lebih baik dilakukan pada hari Sabtu, dengan niat untuk mendekatkan dirikepada Allah swt dengan ziarah ke sana dan salat di dalamnya.  Ini didasarkanpada hadis yang dapat dipercaya dalam kitab al-Tirmidzî dan yang lainnya dariUsayb ibn Hudzayr, bahwa satu salat di masjid Quba seperti satu kali umrah;dan dalam dua kitab Shahîh, diriwayatkan bahwa Ibn ‘Umarmengatakan bahwa Rasulullah saw. suka datang ke masjid Quba, baik denganberkendaraan atau berjalan kaki, untuk melakukan salat dua rakaat di sana , dan dalam satu riwayat yang terpercaya disebutkanbahwa beliau biasanya datang ke sana pada hari Sabtu.  Dianjurkan pulaberziarah ke sumur al-Arisy, yang terletak di samping masjid Quba, dan meminumairnya serta berwudu dengannya.
 
Ketiga belas, dianjurkan agar mengunjungi semua tempatbersejarah dalam Islam.   Ada sekitar tigapuluhtempat semacam ini, semuanya dikenal baik oleh penduduk Madinah.  Yang berhaji hendaklah mengunjungitempat-tempat tersebut sekerap mungkin.  Iajuga hendaknya pergi ke dan minum dari sumur-sumur yang biasa digunakan olehRasulullah saw untuk berwudu dan mencuci.  Terdapat tujuh buah sumur yang seperti ini.
 
Keempat belas, yang berhaji seharusnya berlaku takzimterhadap kota ini selama ia tinggal di sana, dengan memelihara perasaan dalamhatinya bahwa kota ini merupakan tempat yang dipilih sebagai tempat hijrah dantinggal Rasulullah saw, serta tempat beliau dimakamkan; hendaknya ia bersikapseolah melihat Nabi saw datang dan pergi di kota ini, dan bagaimana beliauberjalan di jalan-jalan kota ini.
 
Kelima belas, tinggal di Madinah (khususnya untukbelajar) adalah dianjurkan dengan persyaratan yang sama dengan yang telahdisebutkan berkaitan dengan tinggal di Mekah.  Anjuran untuk melakukan hal ini terdapat dalamShahîh Muslim; Ibn ‘Umar dan Abû Hurayrah meriwayatkanbahwa Nabi saw bersabda, “Siapa saja yang bertahan melalui segala kesulitan dankesengsaraan di Madinah, aku akan menjadi saksi dan pemberi syafaat baginyapada Hari Pembalasan.”67
 
Keenam belas, dianjurkan bagi seorang mukmin untukberpuasa di Madinah kapan saja dan hendaklah sesering mungkin, dan hendaklahmemberi sedekah sebanyak mungkin kepada tetangga-tetangga Nabi saw (yaitumereka yang melakukan mujâwarah, seperti tinggal di Madinah agar dapatmemelihara sunah), karena hal tersebut merupakan satu cara menunjukkankesetiaan dan kepercayaan kepada Nabi saw.
 
Ketujuh belas, hendaklah ia tidak membawabarang-barang tembikar yang terbuat dari tanah dan batu-batu dari Tanah HaramMadinah, juga kendi-kendi dan perkakas lain yang terbuat darinya,sebagaimana telah disebutkan sebelumnya berkaitan dengan Tanah Haram Mekah.
 
Kedelapan belas, dilarang berburu di Tanah HaramMadinah, juga mencabut dan memindahkan sesuatu dari pohon-pohonan di Tanah Haram;aturan ini telah dibahas dalam pembicaraan tentang Tanah Haram Mekah. Batas TanahHaram Madinah adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bukhârî dan Muslimdalam kedua kitab Shahîh-nya dari ‘Alî ibn Abî Thâlib radari Nabi saw., “Tanah Haram Madinah adalah antara ‘Ayr dan Tsawr (sebuahbukit di belakang Uhud)”; dan dari Abû Hurayrah ra yang mengatakan, “Bila aku melihatrusa makan rumput dan minum di Madinah aku tak akan mengganggunya.” Nabi saw jugamengatakan, “Apa yang terhampar di antara dua bidang batu hitamnya (itulahbatas-batas kota ).”Dengan demikian hadis tersebut diriwayatkan oleh sekelompok sahabat dalam keduakitab Shahîh tersebut.
 
Kesembilan belas, bila ia akan meninggalkan Madinahdan pulang ke negerinya atau pergi ke negeri lainnya, dianjurkan untuk mengucapkanselamat tinggal kepada masjid dengan melakukan salat dua rakaat dan berdoamenyangkut apa saja yang sesuai dengan keperluannya; hendaklah ia mendatangimakam dan mengatakan hal yang sama dengan doa yang telah disebutkan padapermulaan dan katakanlah, “Ya Allah swt, janganlah Engkau jadikan ini kaliterakhir bagiku untuk datang ke Tanah Haram Rasul-Mu; mudahkanlah aku untukdatang kembali ke kedua Tanah Suci ini, dan limpahkanlah kepadaku ampunan dankeamanan dalam kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang, dan berikanlahkepada kami keselamatan selagi pulang dengan rahmatmu.” Ia pun dapatmeninggalkannya dengan menghadap sambil menjauh dari makam.
 
Kedua puluh, hal-hal penting berkaitan dengan MasjidNabi saw: diriwayatkan dalam Shahîh al-Bukhârî dari Ibn ‘Umarbahwa ia mengatakan, “Pada masa Rasulullah saw, masjid dibangun denganbata-bata dari tanah yang dijemur, atapnya terbuat dari pelepah kurma, dantiang-tiangnya dari batang pohon kurma.  AbûBakr ra tidak menambahkan apa pun padanya; ‘Umar ra menambahkan padanya danmembangun jalan yang biasa digunakan selama masa Nabi saw dengan batu bata danpelepah kurma dan tiang-tiang dari batang pohon kurma.  Pada gilirannya, ‘Utsmân ra mengubahnya danmenambahkan lebih banyak lagi.  Beliaumeninggikan dinding-dindingnya dengan batu-batu yang dipahat dan batu gamping,membuat tiang-tiang dari batu yang dipahat dan atap dari kayu jati.”Seharusnyalah melakukan salat fardu itu di masjid yang dulu ada di masaRasulullah saw.  Karena hadis sahih yangtadi disebutkan, yaitu “Satu salat di masjidku ini lebih baik dari seribu salatdi masjid-masjid lain,” hanya berlaku pada masjid yang berada di tempat padamasa beliau saja.68  Bilaseseorang melakukan salat bersama jamaah, maka sebaiknyalah melangkah maju kebarisan pertama, dan barisan-barisan yang langsung berada di belakangnya.Hendaknya ia memerhatikan apa yang pernah saya peringatkan.  Dalam kedua kitab Shahîhterdapat riwayat dari Abû Hurayrah ra bahwa Nabi saw mengatakan, “Mimbarkumenghadap ke kolamku.” Al-Khaththâbî mengatakan bahwa makna dari hadis iniadalah bahwa siapa yang menjaga salatnya di dekat mimbarnya, maka ia akanmendapatkan air dari kolam Nabi saw pada Hari Perhitungan.  Hadis lain dalam Shahîh menyebutkan,“Di antara makam dan mimbarku, terletak salah satu taman surga.”
 
Kedua puluh satu, beberapa orang awam menyatakan bahwaRasulullah saw pernah bersabda, “Siapa saja yang berziarah kepadaku dan kepadaayahku, Ibrahim as, pada tahun yang sama, aku memberi jaminan surga untuknya.”  Anggapan ini salah.  Pernyataan ini bukanlah dari Rasulullah saw dankata-kata ini tak disebutkan dalam kitab hadis mana pun.  Tetapi, ini lebih merupakan suatu bikinanorang-orang yang suka menyelewengkan. Menziarahi makam-makam para wali Allahswt tidaklah dilarang.  Yang ditolakhanyalah apa yang diriwayatkan oleh orang umum, padahal tak ada hubungan antaraberziarah ke al-Khalîl (Ibrahim as) dan ibadah haji; ziarah ke makam al-Khalîlmerupakan tindakan amal saleh terpisah.  Samahalnya dengan perkataan sebagian masyarakat awam yang menyatakan bahwa bilamereka berhaji dan melengkapinya dengan ziarah ke Yerusalem, maka mereka telahmenyempurnakan hajinya.  Ini adalah pandanganyang salah.  Meskipun berziarah keYerusalem itu dianjurkan, namun ini tak ada hubungannya dengan ibadah haji.  Wa Allâh a‘lam.
 
Kedua puluh dua, bila seseorang bernazar untukberziarah ke makam Nabi saw atau Yerusalem, ada dua pandangan menurut mazhab Syafii;yang lebih tepat adalah yang menyatakan bahwa dianjurkan untuk pergi menunaikannya,tetapi tidaklah wajib.  Wa Allâh a‘lam.
 

 
Catatan Kaki
62. Imam al-Nawawî, al-Îdhâhfî Manâsik al-Hajj (Damaskus: Dâr Ibn Khaldûn, tanpa tahun, h.140-150. Lihat juga bagian yang sama dalam al-Adzkâr al-Nawawî (berbagaiedisi) dan Majmû‘-nya (8:212f.).
63. Hadis hasan:lihat di atas, bagian al-Tawassul.
64. Lihat di atas.
65. Untuk restu Imam Ahmadterhadap menyentuh dan mencium makam, dan kata-kata al-Dzahabî yang membenarkanadanya efek dari tindakan ini dalam Mu’jam al-Syuyûkh, vol. 1, h. 73,#58, lihat di atas. “(Para sahabat) melihat Nabi saw dengan mata mereka sendiritatkala beliau masih hidup, menikmati kehadirannya secara langsung, menciumtangannya secara sungguh-sungguh, mereka hampir bertarung satu sama lainmemperebutkan sisa-sisa air wudunya, ikut mencukur rambutnya yang suci padawaktu berhaji, dan bahkan bila beliau memercikkan air dari mulutnya sungguhtidak akan jatuh kecuali pada tangan seseorang sehingga ia dapat mengusapkannyake mukanya sendiri.  Sementara kita tidakmemiliki keberuntungan yang sedemikian besar itu untuk ikut serta merasakannya,maka kita lemparkan bagian tubuh kita sendiri pada makamnya sebagai tanda rasaketerikatan, ketakziman, dan penerimaan, bahkan dengan menciumnya.  Tidakkah kamu melihat apa yang dilakukan olehTsâbit al-Bunanî tatkala ia mencium tangan Anas ibn Mâlik dan meletakkannya diatas mukanya sambil mengatakan: “Inilah tangan yang pernah menyentuh tanganRasulullah saw?” Kaum muslim tidaklah melakukan hal-hal semacam ini kecualididorong oleh kecintaannya yang menggebu kepada Nabi saw, sebagaimana merekadiperintahkan untuk mencintai Allah swt dan Nabi-Nya saw lebih dari kecintaanmereka pada hidupnya sendiri, anak-anaknya, seluruh umat manusia, hartanya, dansurga serta bidadari-bidadarinya.”
66.   Kaum “Salafi”/Wahabi telah menghancurkan semua makam ini, sehinggamereka tak lagi dapat dikenal bila ada orang ingin menziarahinya sesuai dengantuntunan sunah menurut definisi dari Imam al-Nawawî, sehingga Baqi sekaranglebih tampak seperti padang pasir, tak satu pun dari makam-makam itu yang dapatdikenali. Pada masa Nabi saw, orang-orang yang dimakamkan di sana tidak banyak, sehingga mudah untukdikenali di mana tempat mereka berada. Meskipun demikian, pada masa-masakemudian karena pemakaman tersebut jadi penuh oleh kaum muslim, pentingnyatanda-tanda untuk menentukan di mana para sahabat itu dimakamkan menjadisemakin penting ketimbang pada masa lampau, sebagaimana pentingnya memeliharatanda daerah tempat makam Nabi saw berada.  Itulah mengapa kaum muslim telah terusmempertahankan tanda-tanda ini dari perubahan-perubahan waktu dan penggantian,sampai kaum Wahabi dan kaum “Salafi” muncul terlibat dalam hal ini.  Namun demikian, sangatlah penting memeliharatanda-tanda ini, terlebih pada masa sekarang, karena alasan yang disebutkanoleh al-Nawawî tadi.
67.   Ibn Hajar al-Haytsamî menambahkan dalam syarahnyaatas al-Nawawî,  “Ahmad, al-Tirmidzî,dan yang lainnya meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, ‘Siapa saja yang dapatmeninggal di Madinah, biarlah ia meninggal di sana ,karena aku akan memberikan syafaat untuk siapa saja yang meninggal di sana .’ Banyak hadistentang keutamaan tinggal dan meninggal di Madinah.”
68.   Ibn Hajar al-Haytsamî mengatakan, “ Ada perbedaaan di antara ulama sehubungandengan hal ini. Meskipun demikian, tak ada hadis sahih dari Nabi saw yangberbeda dengan apa yang dikatakan al-Nawawî.”
 
Wa min Allah at Tawfiq

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...