Muslimsufi : Makna Syahadat
Maulana Sulthanul Awliya’ Syaikh Muhammad Nazhim ‘Adil al-HaqqaniKamis, 6 Desember 2001, Lefke, Siprus Turki
Makna dari syahadat adalah, “Ya Rabbi, wahai Tuhanku, Aku
meninggalkan Setan dan mereka yang besertanya di belakangku dan Aku palingkan
wajahku kepada-Mu.” Wajah berarti keberadaan seluruhnya dari seseorang dengan
ketulusan dan tanpa kemunafikan atau syirik, tanpa mengatributkan apa pun
kepada-Nya, Pencipta langit dan bumi, Yang Ada sebelum apa pun yang Dia
ciptakan. Segala sesuatu dalam mulk-Nya (kerajaan-Nya) dan malakut-Nya memiliki
penciptaannya masing-masing, juga suatu tujuan, suatu hikmah, suatu rahasia
masing-masing. Jika kalian menanam suatu bibit tertentu, hanya pohon tertentu
yang akan tumbuh melalui rahasia tertentu yang terkandung dalam bibit tersebut.
Dalam bibit zaitun (olive) terdapat rahasia pohon zaitun.
Lihatlah
‘Azhimat dari Allah! Bibit terkecil pun memiliki fitrah-nya sendiri, kejadiannya
yang khusus (konstitusi privat, pengaturan alami). Dengan rahasianya yang
tersendiri pula, atom-atom bergabung. Dan elektron-elektron juga mempunyai
rahasianya yang lain. Segala sesuatu diciptakan sebagai suatu contoh dan
bersifat unik, Allah tidak menciptakan sesuatu yang sama, itu bukan atribut-Nya,
tetapi segala sesuatu selalu bersifat baru, menurut fitrahnya yang lain dan
berbeda. Siapakah yang menanam pohon-pohon liar di gunung-gunung? Siapakah yang
menaruh binatang-binatang di sana? Allah menciptakan alam ini dari awalnya.
Karena itu kita berkata, “Aku palingkan wajahku menuju Pencipta langit dan bumi,
Allah”, dan kita berkata, “Subhanaka, Allaahumma, wa bi hamdika wa tabaraka
ismuka”… Siapa yang mengucapkan syahadat, berarti mengatakan bahwa dia tidak
menghadapkan wajahnya pada siapa pun selain Allah.
Pada hari ini, Jumat,
Allah mengundang para penghuni Surga menuju ‘Hasinat-ul Quds’, suatu maqam di
Kekuatan-Nya. Kata-kata ini tidak dapat diterjemahkan… Setelah bahasa Arab,
bahasa Persia adalah bahasa yang paling kaya dan paling berharga yang biasa
dipelajari orang-orang dulu. Siapa yang dapat membaca dan mengerti haruslah
mempelajari kedua bahasa ini. Mereka adalah seperti dua sayap. Orang-orang
berada pada dua level: beberapa adalah terpelajar, dan yang lain tidak
terpelajar. Ada halk edebiyati dan adapula divan edebiyati--literatur umum dan
literatur khusus. Darwis Yunus k adalah seseorang yang menceramahi orang umum
kebanyakan. Dia pernah berbicara tentang kincir air. Dan dia memang seperti
itu-- mengambil dan memberikan kepada orang-orang dari sumbernya, seperti
seorang ibu yang terkadang mengunyah terlebih dahulu makanan untuk membuatnya
mudah dimakan oleh sang bayi, yang belum memiliki gigi. Dengan cara seperti ini
pulalah, sang bayi mendapatkan sebagian rahasia sang ibu pula. (Saat ini, para
ibu tidak lagi melakukan hal ini, dan anak-anak tumbuh dewasa sebagai
orang-orang yang liar berangasan…) Yunus k dan Awliya lainnya terinspirasi oleh
Haqq.
Orang-orang tidak tahu lagi perbedaan antara kepala dan kaki. Dan
tidak setiap orang akan menjadi kepala. Jika seandainya semua menjadi kepala,
tetap akan ada perbedaan, karena beberapa kepala adalah kosong… Tak ada seorang
pun yang seperti orang lainnya. Ada yang terpelajar dan tidak terpelajar, guru
dan murid, orang berilmu dan orang lalai. Kalian tak dapat mencampur segala
sesuatunya. Pada susu terdapat krim dan air, tidak semuanya adalah krim. Tanpa
susu, tidak ada krim, tetapi krim akan terapung di bagian atas. Itu adalah
sebuah pelajaran. Rasulullah diutus kepada suatu ummat yang lalai. Saat ini,
ilmu pengetahuan telah ada dan maju, dan mereka berpikir bahwa mereka adalah
orang-orang yang demikian terpelajar, tetapi mereka tidak memahami makna dari
ilmu atau pengetahuan itu. Siapa yang mengucapkan syahadat berarti mengucapkan
bahwa dia akan menghadapkan wajahnya kepada Allah, dan bahwa dia tidak
menghadapkan wajahnya pada selain-Nya setelah itu.
Jadi, pada setiap
Jumat ada undangan Tuhan untuk hamba-hamba Allah. Para malaikat mengumumkan,
“Dia adalah Malik-ul Mulk, Allah dzal Jalaal mengundang hamba-hamba-Nya untuk
menuju Dar-ul Salam.” Jika kita ingin berbicara tentang peristiwa ini, kita
membutuhkan waktu satu minggu untuk melukiskan Kesultanan-Nya dan
keindahan-keindahan di dalamnya…. Dan setiap undangan memiliki tajalli yang lain
dan keindahan yang berbeda pula ragam dan macamnya. Setiap orang diterima
berdasarkan tingkatan dan maqamnya. Saya pernah diundang oleh beberapa Sultan,
dan pada meja-meja mereka pada setiap kursi tertulis sebuah nama. Orang-orang
duduk berdasarkan tingkat dan pangkat mereka, dan seperti ini pula undangan
Tuhan. Kemudian Allah akan menyediakan makanan dan pakaian… Kemudian Allah
menunjukkan kesempurnaan-Nya kepada orang-orang beriman yang wajahnya bersinar
seperti matahari-matahari ketika mereka melihat kepada-Nya. Untuk beberapa
orang, hanya sejumput cahaya yang dibukakan baginya, karena mereka akan terbakar
jika dibukakan seluruhnya. Mereka hanya meraih tingkat tertentu saja semasa
hidupnya di muka bumi dan mereka tidak mampu membawa lebih banyak cahaya. Jika
mereka diberi lebih banyak lagi, ‘sekring’ (fuse) mereka akan terbakar… Ketika
Jamaal dan Jalaal, keindahan dan kesempurnaan Allah dibukakan pada hamba-hamba,
mereka tak akan mampu memalingkan lagi wajah mereka…
Jadi, makna dari
syahadat adalah untuk menghadapkan wajah seseorang pada Allah, dan untuk membuat
jarak dari Setan--untuk memotong ikatan yang mengikat seseorang dengan Setan,
sehingga Setan tak mampu mendekat lagi. Itulah makna syahadat. Mengucapkan
A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim, mengingatkan diri kita akan makna
ini, sehingga Setan tidak lagi menyimpan harapan terhadap kita. Ketika dia
mencoba mendekat, mengucapkan A'uudzu… memisahkan kita darinya. Siapa yang dapat
mengucapkan ini selama 40 hari, Setan akan melepaskan diri darinya dan Setan
akan mengatakan pada pengikut-pengikutnya untuk tidak mendekati kalian lagi,
karena tidak ada lagi harapan bahwa mereka akan mampu mempengaruhi kalian lagi.
Setelah itu, Setan akan datang setiap 40 hari lagi untuk memeriksa apakah dia
(Setan) dapat melakukan sesuatu lagi atau tidak (untuk menggoda kalian). Dan
jika kalian berkata, “Kau ada lagi? A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim!”
Dia akan melarikan diri… Mengucapkan syahadat berarti mengakui ketuhanan Allah
dan kehambaan diri kita, untuk mengakui Dia sendiri saja, untuk hidup bagi-Nya
dan untuk bekerja bagi-Nya… Seseorang tak akan dapat memuaskan egonya dan
menjadi hamba Allah pada waktu yang bersamaan…
Turunkan hujan, ya Allah,
dan buatlah hati orang-orang menjadi lunak… Oh Allah, siapakanlah hati kami
untuk pertemuan dengan Sayyidina Mahdi u. Kirimkan beliau dan pasukannya itu
saja cukup! Semoga kesultanan Setan terhancurkan dan Sayyidina Mahdi as datang.
Fatihah
No comments:
Post a Comment